BREAKING NEWS

EVA NITAMI (Economic Value Added atau Nilai Tambah Ekonomi)

EVA NITAMI. Seorang fotografer dan penyanyi dalam sebuah even memperingati hari jadi surat kabar ternama di Bandung. Bisa jadi, profesi yang mereka geluti saat aku ambil gambar ini, hanyalah nilai tambah mereka saja.


Pradirwan - Jalan tol Pasteur Sabtu siang itu tak bersahabat denganku. Selepas melewati pintu keluar tol Baros, nampak dari kejauhan mobil-mobil di depanku mulai melambat.


Jalan yang sejatinya hanya dua lajur itu berubah menjadi tiga lajur. Kemacetan tak terhindarkan. Bahkan bahu jalan pun terpakai arus kendaraan. Aku melihat plang sisi kananku, masih 4 km lagi menuju gerbang tol.

"Daripada mengutuk kemacetan, lebih baik ku nikmati saja," gumamku. Aku melirik dashboard mobilku, masih setengah 12. Mata kuliah ketiga oleh Bu @setiawanaudita sekitar 1 jam lagi. Masih cukup waktu meskipun harus rela menahan lapar yang mulai menyergap perutku.

Aku membuka kaca jendela, membiarkan angin bebas masuk. Udara panas jalanan seakan tak ku pedulikan lagi. Aku menyalakan musik.  Alunan lagu favorit terdengar. Aku hanyut dalam dentuman irama musik yang beradu dengan suara mesin mobil yang berjalan perlahan-lahan.

Kemacetan ini ku lalui. Aku sampai di kampus 12.50 WIB. Aku perhatikan sekitar, dari sebuah gazebo, tak nampak rekan-rekanku disana. Tak lama berselang, kulihat dosenku masuk ke gedung tempat ku belajar, tak lama kemudian @broto.wijiono dan @rudifiandra nampak. Kami bertiga masuk setelah ketiga jari kami menempel di mesin sidik jari.

Bahasan kali ini tentang EVA. EVA adalah kependekan dari Economic Value Added  atau di Indonesia dikenal dengan NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi), sebuah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.

Ada poin penting disampaikan Bu @setiawanaudita yang perlu digarisbawahi. Bahwa kita butuh sebuah "nilai tambah". Ia pun menceritakan tentang peluncuran sebuah produk telepon pintar dengan berbagai keunggulan jika ditambahkan casing tertentu. Hal ini bisa menambah kemampuan fitur produk tersebut, dan pastinya menambah nilai jualnya.

Menurutnya, nilai tambah itu bukanlah terminology yang hanya cocok untuk menjelaskan barang atau jasa yang bagus saja. Melainkan juga bisa digunakan untuk menjelaskan keberadaan seseorang didalam lingkungannya, terutama dalam lingkungan kerja.

Coba kita perhatikan, pada setiap kantor, ada begitu banyak karyawan dengan karakter dan perilakunya masing-masing. Mengapa ada karyawan yang disukai orang sekantor, dan mengapa ada yang menjadi bahan pergunjingan? Mengapa ada karyawan yang dihormati meski jabatannya tidak tinggi, dan mengapa ada yang dipandang sebelah mata? Bukankah itu juga soal nilai tambah yang dimilikinya dimata orang lain?

Kita semua suka sekali dengan benda yang memiliki nilai tambah. Kita juga suka kepada pelayanan yang bernilai tambah. Kita, juga sangat suka kepada orang-orang yang memiliki nilai tambah didalam dirinya.
Maka jika kita bisa menjadi pribadi yang mempunyai nilai tambah bagi lingkungan, kita akan disukai oleh banyak orang. 

Di kantor, hanya mereka yang mampu memberikan nilai tambah itulah yang kita sebut sebagai karyawan yang unggul. Mereka yang tidak memiliki nilai tambah hanya disebut sebagai karyawan biasa saja, karyawan rata-rata alias medioker.

Ia pun mencontohkan aku sebagai pribadi yang memiliki nilai tambah. Menurutnya, selain bidang pekerjaanku sebagai PNS, hobiku memotret menjadi nilai tambah. Mendokumentasikan kegiatan melalui foto juga sama pentingnya bagi sebuah perusahaan.

Contoh lainnya adalah kemampuan berkomunikasi yang baik. Sejak dulu saat dosenku bekerja di sebuah bank, ia sudah seringkali ditunjuk membawakan​ acara (MC). Hingga kini, kemampuan itulah yang terkadang menjadi nilai tambahnya.

Sebuah nilai tambah tidak melulu hal-hal besar seperti yang disebutkan di atas. Kita bisa memulainya dengan hal-hal kecil dan sederhana.

Sekelompok karyawan sudah ‘selesai’ dengan tugasnya. Lalu mereka menunggu perintah atasan selanjutnya sambil kongkow-kongkow di kantin, terkadang malah ghibah dan menceritakan hal negatif tentang perusahaan. Salah seorang dari mereka mengambil inisiatif untuk membersihkan perlengkapan kerjanya, merapikan meja kerja, memeriksa lagi kalau-kalau ada yang terlewat saat mengerjakan tugasnya, memastikan laporannya benar-benar lengkap sehingga atasannya tidak harus bolak-balik menelepon. Itu adalah nilai tambah. Perhatikanlah; nilai tambah sering terletak pada hal-hal sederhana seperti itu.

Dengan mengerjakan hal-hal sederhana tersebut, tanpa kita sadari, itu bisa menghemat banyak waktu. Coba perhatikan, bukankah kebiasaan selalu memeriksa ulang pekerjaan mengurangi risiko kesalahan? Mereka yang sering membuat kesalahan karena ketidaktelatenan itulah yang menghabiskan waktu lebih lama. Sedangkan bagi yang telaten dan bekerja dengan baik, akan menghemat banyak waktu.

Selain itu, terkadang disebuah kantor sudah  diterapkan system' yang baik. Namun hal tersebut bukan berarti kita tidak bisa membuat nilai tambah.

Perubahan selalu terjadi, dan agar perusahaan kita bisa terus eksis dibutuhkan 'continuous improvement', perbaikan terus-menerus, meskipun kita merasa apa yang saat ini dilakukan sudah baik. Kita bisa memperoleh nilai tambah dengan cara belajar hal baru dari orang-orang pilihan yang kita nilai punya sesuatu yang bernilai lebih.

Kita semua tentu menginginkan perbaikan dalam karir. Entah promosi kepada jabatan yang lebih tinggi, mendapatkan kenaikan gaji serta fasilitas yang bagus atau apapun itu. Semuanya​ hanya akan bisa diraih jika kita bisa menjadi karyawan yang unggul. Sedangkan keunggulan sangat ditentukan oleh nilai tambah apa yang bisa kita berikan kepada perusahaan.

Jadi, mulai sekarang, mari belajar dan berkomitmen untuk meberikan nilai tambah yang lebih banyak. Karena hanya dengan cara itu kita bisa menjadi pribadi yang unggul, baik dihadapan teman-teman, di mata atasan, terlebih lagi, dalam penilaian Tuhan. Hasilnya? Insya Allah, akan mengikutinya kemudian.

Semoga bermanfaat.

Bandung, 02/04/2017

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes