BREAKING NEWS

Menikah, Rumah, dan Negara

Meninjau proyek rumah sepupu, Cirebon  (25/12/2018).

"Mbangun rong tiang iku kangelan, mirip luru jodoh. Ana duite, durung tentu ana sing ngedol karange, ana sing ngedole, durung tentu cocok. Kudu pas kabehanane." (Membangun rumah itu sesulit mencari jodoh. Ada uangnya, belum tentu ada yang menjual tanahnya. Ada yang menjual (tanahnya) belum tentu sesuai keinginan. Harus pas semuanya.)


Pradirwan ~ Bagi yang belum menikah, pertanyaan "kapan menikah?" menjadi pertanyaan paling membosankan. Kita tahu, perkara menikah itu bukanlah hal yang mudah. Butuh persiapan yang matang. Tak hanya soal menyatukan dua insan dan keluarga yang berbeda, banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan setelah menjadi keluarga, misalnya terkait kebutuhan pokok.

Rumah (papan) menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi selain pakaian (sandang) dan makanan (pangan). Sebagian orang berpikir pernikahan itu tidak apa-apa dimulai dari nol. Jadi, menikah dengan persiapan alakadarnya yang penting nikah dulu, lainnya gampang. Tidak memikirkan bagaimana kehidupan setelah hari H pernikahan itu. Rumah kontrak dulu tak apalah, asal bisa satu atap bersama, yang penting sandang dan pangan masih tercukupi.

Saya masuk dalam golongan yang berfikir simpel seperti ini. Membangun rumah tangga dengan modal nekat. Akhirnya, setelah menikah tidak bisa membangun rumah dan lebih memilih mengontrak rumah. Tapi, rumah sudah menjadi prioritas utama untuk kami miliki setelah menikah.

Beruntung, pasangan yang saya nikahi mau berjuang bersama membangun rumah. Konon, hanya sedikit orang yang bisa merasakan kebahagian dan kebanggaan membangun rumah baru dan rumah tangga hasil keringatnya sendiri. Alhamdulillah, saya merasakannya.

Pepatah mengatakan “Rumahku Surgaku”. Sekecil apapun rumah yang kita miliki adalah tempat yang paling nyaman untuk kita tinggali, karena dari sinilah "surga" itu bermula. Untuk membuat "surga" itu hadir tidaklah mudah. Banyak sekali godaannya.

Membangun rumah itu menguras segalanya. Tak hanya materi, energi dan perhatian kita turut terkuras. Akibatnya seringkali membuat kepala kita menjadi pening, perasaan menjadi sangat sensitif alias gampang banget tersinggung.

Seberapa pun duit yang dialokasikan, kok rasanya tidak pernah cukup. Ini juga karena banyak hal "tetek bengek" yang terkadang lupa kita kalkulasikan. Jangan sampai karena hal-hal sepele dapat memicu pertengkaran saat membangun rumah. Akibatnya, kalau tidak sama-sama berpapang dada, dapat membuat semua bubar,  rumah terbengkalai (tidak jadi-jadi), hubungan keluarga pun hancur berantakan.

Nah, maka dari itulah, selain harus pandai memenej mental, kita juga harus cermat menghitung kebutuhan dananya. Cara mengkalkulasikan (hitungan kasar) yang biasa saya lakukan adalah dengan mulai menghitung kebutuhan material bahan bangunan, biaya tukang (pengerjaan), disesuaikan dengan harga sekarang dan proyeksi kenaikan harga (misalnya 20-30%). Proyeksi ini perlu juga untuk antisipasi kalau ternyata kita kekurangan bahan dan atau memang ada kondisi tertentu yang membuat harga material menjadi naik.

Angka itu masih ditambah biaya tak terduga lainnya, biasanya sekitar 20%. Jadi misalnya kita hitung harga bahan bangunan dan upah tukang 100jt, maka minimal biar "aman" kita menyediakan dana sekitar 140-150 jt.

Kenapa ada biaya tak terduga? Dana ini biasanya untuk mengantisipasi kebiasaan yang sudah berjalan di kampung saya, seperti slametan buka teki, munjuk suwunan (munggah molo), menjaga keamanan proyek, dan lain-lain.

Agaknya, wejangan ini cocok juga untuk yang bersiap membangun rumah.

"Le, kowe nek mbangun omah kudu jembar dodo mu, kudu dowo nalarmu, soale mbangun omah iku cubone gede, nek kowe sembrono, ora jembar dodomu, ora dowo nalarmu, biso biso malah bubrah kabeh, soale kanggo wong saiki, mbangun omah iku podo dene mbangun negoro." 

(Nak, kamu kalo membuat rumah harus lapang dadamu, harus panjang nalar/fikiranmu, karena membangun rumah itu cobaannya besar, kalo kamu sembrono/ceroboh, enggak lapang dadamu, enggak panjang nalar/pikiranmu, bisa bisa malah buyar semua, soalnya untuk orang jaman sekarang, membangun rumah itu sama saja dengan membangun negara.) 

Semoga bermanfaat.

Artikel ini ditayangkan oleh AyoBandung.com

KPP Madya Bandung Peroleh Predikat ZI—WBK

Kepala KPP Madya Bandung, Andi Setiawan menerima piagam penghargaan dariM Menpan-RB Syafruddin atas keberhasilan KPP Madya Bandung menjadi Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI-WBK) di Hotel Sultan Jakarta, (Senin, 10/12).

Pradirwan - Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) karena telah berhasil membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI-WBK), di Hotel Sultan Jakarta, (Senin, 10/12). Menpan-RB Syafruddin menyerahkan langsung piagam penghargaan tersebut kepada Kepala KPP Madya Bandung, Andi Setiawan.

Menelusuri Cerita di Balik Kemegahan Batu Lawang Cirebon

Batu Lawang, objek wisata alam yang terletak di Gunung Jaya Desa Cupang Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon ini, mulai menjadi salah satu objek wisata baru yang menjadi favorit para wisatawan. 

Pradirwan - Sejak warga desa yang berhimpun  dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sebuah lembaga kerjasama dengan Perum Perhutani membenahi pada awal 2017 lalu, objek wisata alam yang terletak di Gunung Jaya Desa Cupang Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon ini, mulai menjadi salah satu objek wisata baru yang menjadi favorit para wisatawan. Pemandangan alam, perbukitan, dan tebing bebatuan Objek Wisata Batu Lawang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan pada musim liburan kali ini.

Potensi alam bak surga tersembunyi berada di sana. Sebuah bukit batu dengan lukisan alam yang bernilai seni tinggi. Udara sejuk, tenang, dan nyaman dengan pemandangan Kabupaten Cirebon dari atas membuat para wisatawan enggan untuk beranjak. Di tempat tersebut, wisatawan bisa melepas kepenatan pikiran di sela kesibukan sehari-hari.

Baca juga : Kejawanan, Destinasi Wisata Pantai Kebanggaan Cirebon

Penamaan Batu Lawang yang berarti Batu Pintu (lawang berarti pintu dalam bahasa Jawa), terinspirasi dari dua tebing menjulang yang menyerupai dua pintu yang sedang terbuka. Ada juga yang menyebutkan bahwa, motif (bentuk) bebatuan tebing itu menyerupai pintu pada bangunan jaman dulu.

Untuk menuju lokasi Batu Lawang, terdapat  dua jalan, pertama dari arah Ciwaringin dekat Rumah Sakit Sumber Waras kemudian belok ke arah kiri. Jalur ini lebih singkat jika dari Palimanan-Cirebon, namun jalan yang dilalui belum diaspal, masih bebatuan terjal.

Jalur kedua dari arah Prapatan belok ke ki kiri arah Rajagaluh lurus sekitar 1 km, kemudian belok ke kiri melewati sebuah jembatan, belok ke kiri melewati area persawahan.  Jalur ini sudah diaspal, malah beberapa bagian nampak baru. Namun, hanya bisa dilewati mobil kecil. Tak perlu takut tersesat karena sudah disediakan rambu penunjuk arah untuk mencapai lokasi Batu Lawang ini. Jalur kedua inilah yang disarankan google maps saat saya menyambangi objek wisata tersembunyi ini, Selasa (25/12/2018).

Objek Wisata yang mempunyai fasilitas cukup lengkap ini terbilang sangat murah. Biaya masuknya hanya Rp7.000 per orang, ditambah biaya parkir Rp5.000 bagi yang membawa kendaraan, wisatawan bisa menikmati keindahan sepuasnya.

Meskipun aksesnya cukup jauh, ketika sampai di lokasi rasa lelah terbayar dengan pemandangan indah gugusan tebing Batu Lawang dengan ukiran alam sangat indah. Ada beberapa jenis tebing batu dengan lukisan berbeda. Ada yang eksotis bermotof jalur melingkar. Ada juga batu tak beraturan dalam satu bukit. Setiap sekat batu memiliki tonjolan yang berbeda.

Tebing-tebing itu sering digunakan sebagai sarana olahraga panjat tebing. Tebing Cupang menjadi tebing yang paling digemari pemanjat di wilayah III Cirebon. Tebing ini memiliki ketinggian 23–30 meter dan lebar sekitar 50 meter dengan jenis batuan andesit dan memiliki empat jalur pemanjatan yang dibuat pada tahun 1993-an oleh tim dari Bandung dan FPTI Cirebon.

Jalur yang disediakan pengelola untuk menikmati Batu Lawang

Di lahan seluas 2,5 hektare milik Perhutani ini, wisatawan dengan mudah berfoto dari berbagai sudut pandang. Untuk menikmati pemandangan alam dari atas, pengunjung cukup melewati jalur yang sudah disediakan. Beberapa bagian jalur itu berupa anak tangga yang terbuat dari adukan semen dan bebatuan yang tersusun. Pengunjung dengan mudah mengelilingi bebatuan andesit itu, hingga sampai ke puncak tebing Batu Lawang.

Pada beberapa bagian di atas tebing, pengelola juga menyiapkan tempat untuk berswafoto. Meski terbuat dari bambu rakitan, namun tempat berfoto itu aman untuk disinggahi. Meski keamanan terjaga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, wisatawan diharapkan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan mengikuti segala aturan yang berlaku, seperti batasan tiga orang di tempat foto dan dilarang mencorat-coret bebatuan.

Spot swafoto

Di balik kemegahannya, Batu Lawang dan sekitarnya menyimpan berbagai cerita. Konon, gunung Jaya menjadi salah satu lokasi yang dikeramatkan karena menyimpan berbagai kisah perjuangan para Wali Sanga dalam menyebarkan agama Islam, diantaranya Sunan Bonang. Petilasan (situs) Sunan Bonang berada dikaki gunung Jaya sebelah barat, tak jauh dari Batu Lawang. Aura disekeliling petilasan tersebut sangat kental dengan mistis.

Cerita bermula ketika Sunan Gunung Jati bersama Sunan Bonang berniat menyebarkan Agama Islam ke selatan. Dalam perjalanannya saat mencapai Gunung Jaya, rombongan beristirahat.

Tak dinyana, rombongan tersebut disusul oleh Nyi Mas Gandasari yang memohon pertolongan Sunan Gunung Jati untuk menyembuhkannya. Persoalan Nyi Mas Gandasari adalah karena setiap bersuami, suaminya langsung meninggal.  Oleh Sunan Gunung Jati, persoalan Nyi Mas Gandasari diserahkan kepada Sunan Bonang.

Sunan Bonang kemudian menyembuhkan Nyi Mas Gandasari dengan mengeluarkan seekor ular welang dari tubuh Nyi Mas Gandasari. Kesembuhan Nyi Mas Gandasari ini diperingati dengan sebuah “pernikahan batin” dengan cara menguburkan ular welang dari Nyi Mas Gandasari yang disebut Pangeran Welang dan tongkat Sunan Bonang. Sampai saat ini kita bisa menyaksikan 2 buah cungkup makam tersebut di dalam bangunan situs.

Nyi Mas Gandasari di kemudian hari menjadi murid Sunan Gunung Jati dan menjadi salah satu panglima perangnya. Kesaktian Nyi Mas Gandasari sudah sangat tersohor dan tak ada seorang laki laki pun yang mampu mengalahkannya. Dalam sebuah sayembara yang diselenggarakan untuk mendapatkan jodoh, Nyi Mas Gandasari dikalahkan oleh Syekh Magelung Sakti (Pangeran Soka). Keduanya kemudian dijodohkan oleh Sunan Gunung Jati dan menjadi suami isteri.

Keunikan lainnya dari Gunung Jaya adalah di puncaknya terdapat sumur kejayaan. Coba naiklah ke puncak Gunung Jaya setinggi sekitar 700 meter itu. Di puncak Gunung Jaya terdapat sebuah sumur kering. Keadaan sumur itu memang selalu kering. Karena itulah, konon, jika ada yang mendapat atau menemukan sumur itu dalam keadaan berair adalah pertanda semua keinginan bakal terkabul. Namun yang pasti pemandangan di puncak Gunung Jaya sangat cantik.

Artikel ini ditayangkan Ayobandung

Kejawanan, Destinasi Wisata Pantai Kebanggaan Cirebon

Pengunjung menikmati pantai Kejawanan Cirebon belum lama ini. 

Pradirwan - Siang itu, pada saat matahari bersinar dengan teriknya, rombongan keluarga yang dipimpin Uling (nama panggilan), aparat Desa Wangunharja, Kecamatan Jamblang Kab. Cirebon, mengunjungi Pantai Kejawanan, 23 Desember 2018. Pantai yang sejatinya merupakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) itu kini menjadi salah satu destinasi wisata alternatif warga Cirebon dan sekitarnya.

“Waktu masih kecil saya pernah kesini. Dulu pantai ini sangat sepi,” ungkap Uling.

Sejak beberapa tahun terakhir, pantai yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso, Lemah Wungkuk Kota Cirebon dan terletak dekat dengan pelabuhan Cirebon dan Ade Irma Suryani Cirebon Waterland ini semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan.


Berwisata ke Pantai Kejawanan terbilang sangat terjangkau. Pengunjung yang datang berjalan kaki tidak dipungut biaya sepeser pun. Biaya masuk dikenakan hanya bagi yang membawa kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor. Itu pun terbilang sangat murah meriah, hanya Rp1.000 saja per kendaraan ditambah tarif parkir Rp5.000. Dengan tarif semurah ini, para pengunjung sudah bisa menikmati pemandangan pantai Kejawanan ini.

Memasuki pantai, pengunjung akan disuguhi pemandangan deretan kapal penangkap ikan yang sedang bersandar di bagian teluknya. Untuk mendapatkan pemandangan terbaik, datanglah pagi-pagi sekali atau sore hari untuk mendapatkan sunrise atau sunset. Dari pantai Kejawanan ini, Gunung Ciremai menjadi salah satu spot menarik untuk background photo landscape, selain kumpulan kapal-kapal yang bersandar itu.

Setelah berjalan beberapa meter, di sebelah kanan, nampak bibir pantai dan beberapa warung yang berdiri persis disisi pantai. Seorang ibu pemilik warung mempersilakan rombongan masuk untuk beristirahat. Jika biasanya pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman dari luar warung, tidak dengan warung-warung disini. Mereka mempersilakan semua pengunjung untuk singgah, meskipun membawa makanan dan minuman.

Kondisi Pantai Kejawanan yang landai dan dangkal ini menjadi daya tarik tersendiri. Anak-anak dapat bermain air hingga ke tengah pantai. Selain itu, terdapat perahu karet yang disewakan. Harga sewanya Rp20.000 untuk setiap perahu karet. Pengunjung juga bisa menggunakan perahu motor milik nelayan disana. Hanya dengan tarif Rp5000 per orang, pengunjung dapat berkeliling pantai Kejawanan.

Selain menikmati berbagai fasilitas yang tersedia, tak sedikit pengunjung yang memilih bersantai menikmati suasana Pantai Kejawanan sambil menikmati kuliner yang tersedia di Warung-warung di tepi pantai.

Artikel ini ditayangkan Ayobandung

Mal Pelayanan Publik Transmart Soreang Diresmikan


Bupati Bandung, Dadang M. Nasser bersama Chairul Tanjung di Trans Mart Soreang Kab. Bandung, Jumat (21/12).

Pradirwan - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, membuka Mal Pelayanan Publik di wilayah Kabupaten Bandung pada Jumat (21/12/2018). Layanan publik yang berada di mal tersebut antara lain layanan dari Polres, Samsat, Disdukcapil, BKD, DPMTSP, dan layanan perpajakan dari KPP Pratama Soreang dan KPP Pratama Majalaya.

Baca juga: Hartadinata Abadi - Ditjen Pajak Imbau Pengusaha Emas Sadar Pajak

Mal Pelayanan Publik tersebut secara langsung diresmikan oleh Bupati Bandung, Dadang M. Nasser, bersama Founder dan Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, disaksikan Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Soreang, Harry Pantja Sirait serta sejumlah tamu undangan.
Kegiatan tersebut juga sekaligus meresmikan Trans Mart Soreang, Kabupaten Bandung.

Pengunjung melintas di area tunggu Mall Pelayanan Publik Trans Mart Soreang

“Untuk tahap awal, kami menyediakan layanan pembuatan NPWP, Konsultasi Perajakan, dan pembuatan e-billing untuk pembayaran pajak. Berikutnya nanti akan ditambah dengan layanan penerimaan e-SPT (laporan pajak secara elektronik / online) baik SPT Masa maupun SPT Tahunan, “ungkap Kepala KPP Pratama Soreang, Harry Pantja Sirait.

Menurutnya dibukanya Mal Pelayanan Publik tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta sarana edukasi bagi wajib pajak.

“Kami berharap semua layanan perpajakan yang sudah berbasis elektronik bisa kami layani di Mal ini. Seperti e-SPT, e-filing, e-biling, e-reg, dan lain-lain bisa kami layani disini. Ini juga kan sebagai sarana edukasi masyarakat supaya bisa menggunakan layanan elektronik tersebut, “terangnya.

Guna mendukung upaya tersebut, pihaknya berkomitmen untuk menyediakan papan informasi digital dengan menggunakan layar sentuh (touch screen).

” Untuk sistem antrian, kami menggunakan pesan singkat (SMS), sehingga Wajib Pajak bisa memesan nomor terlebih dahulu dan memperkirakan waktunya sebelum datang ke Mal Pelayanan Publik ini,” kata Harry.
Loket pelayanan KPP Pratama Soreang di Mall Pelayanan Publik Trans Mart Soreang

Sementara itu, Bupati Bandung, Dadang M. Nasser menambahkan, jika konsep yang diterapkan di Mal Pelayanan Publik ini akan sangat membantu masyarakat. Bahkan ia mengaku terinspirasi dengan kantor Gubernur yang berada di Jepang.

“Di lantai atas saya meminta untuk dibuat sebagai pelayanan publik. Ini terinspirasi saat melakukan kunjungan ke Jepang. Kantor Gubernur di sana itu di lantai atas, jadi pengunjung bisa sambil berbelanja baik masuk atau keluar Mal,” pungkasnya.

Sumber : kahijinews , Jabar Ekspres , pojoksatu , Ayobandung , GalamediaNews , inilah koran

Wujudkan Sinergisme, Kedua Kanwil di Jabar Ini Jalin Kerjasama


Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomo dan Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat, Ibnu Chuldun menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) di Kanwil Kemenkumham Jawa Barat, Jl. Jakarta No. 27, Bandung, Senin (17/12).


Pradirwan - Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomo dan Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat, Ibnu Chuldun menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang merupakan wujud upaya sinergi kedua instansi dalam pelaksanaan tugas dan dedikasi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menkeu Apresiasi Kinerja Perwakilan Kemenkeu Jabar

Menkeu Sri Mulyani Indrawati memberikan arahannya dalam acara 'Ngawangkong sareng Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sasarengan Padamel Kementerian Keuangan sa-Jawa Barat' (Dialog bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati dengan para Pegawai Kemenkeu se-Jabar, Sunda), di Kanwil Perbendaharaan Jawa Barat, Jl. Diponegoro, Bandung (Kamis, 13/12/2018).

Pradirwan - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, memberikan apresiasi kepada jajaran Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Barat atas kinerja positif sepanjang tahun 2018 di Kantor Wilayah Perbendaharaan Jawa Barat, Jl. Diponegoro Bandung (Kamis, 13/12). Hal tersebut disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja dalam rangka dialog dengan pegawai Kementerian Keuangan se-Jawa Barat.

Awal Desember, Penerimaan Pajak Jabar I Tumbuh 11,98 persen


Kepala Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I, Arif Priyanto.
Pradirwan - Realisasi Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jawa Barat I hingga 6 Desember 2018 tercatat sebesar Rp24,96 triliun.

Kepala Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I, Arif Priyanto menyampaikan pencapaian penerimaan pajak hingga awal Desember ini sudah mencapai 76,98% dari target yang dicanangkan sebesar Rp32,4 triliun.

     Baca juga : Hartadinata Abadi - Ditjen Pajak Imbau Pengusaha Emas Sadar Pajak

Meskipun demikian, realisasi tahun ini dinilai lebih baik dibandingkan tahun 2017. “Pada 2017, pencapaian penerimaan pajak sebesar Rp25,7 triliun atau 89,96 persen dari target sebesar 28,6 triliun,” kata Arif dalam acara Media Gathering yang diselenggarakan Kanwil DJP Jawa Barat I di Bandung, Kamis (6/12).

Dia mengemukakan, penerimaan PPh Non Migas memberikan kontribusi terbesar, yakni sebesar Rp13,83 triliun atau 72,28 persen dari target. Penerimaan jenis pajak ini tumbuh sekitar 7.08 persen dibandingkan tahun lalu.

Jenis pajak yang merupakan kontributor terbesar kedua adalah penerimaan dari PPN dan PPnBM, yakni sebesar Rp10,58 triliun, atau 83,53 persen dari target. Penerimaan PPN dan PPnBM tumbuh signifikan, mencapai 19,69 persen.

“Penerimaan dari PBB dan pajak lainnya juga mengalami pertumbuhan. Secara total penerimaan pajak di Kanwil DJP Jabar I mengalami pertumbuhan 11,98 persen,” ujarnya.

Dia memaparkan, berdasarkan sektor, penerimaan pajak terbesar berasal dari industri pengolahan yang mencapai 30,84 persen, atau mengalami pertumbuhan 17.09 persen. Di posisi kedua yakni pajak dari sektor perdagangan besar dan eceran yang memiliki kontribusi 22,72 persen, atau tumbuh 20,55 persen.

Kontributor penerimaan pajak di Kanwil DJP Jabar I lainnya, adalah sektor konstruksi dengan kontribusi 8,81 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi 8,36 persen, serta Administrasi pemerintahan 7,70 persen. Total kelima sektor dominan ini berkontribusi sebesar 78 persen penenerimaan dengan angka pertumbuhan sekitar 15,82 persen.

"Dari lima sektor utama, seluruhnya tumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 11,98%, artinya ada usaha yang dilakukan untuk mendorong kenaikan tersebut," ujarnya.

Disinggung mengenai kondisi pada 2019, Arif tak menampik akan ada tantangan yang dihadapi karena setiap tahun kondisi perekonomian yang berbeda-beda. Selain itu, adanya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Adapun strategi pengawasan yang akan dilakukan pada 2019 diantaranya dengan pengawasan dan penyelesaian data SP2DK yang terbit pada 2018 dan sebelumnya, pengawasan WP pasca amnesti pajak baik yang telah mengikuti maupun yang tidak mengikuti program tersebut.

“Kami juga melakukan Joint Analysis dengan Bea Cukai, satgas 115, KPK, dan lembaga-lembaga lainnya, pemanfaatan data keuangan, peneltian Debt to Equality Ratio (DER),” pungkasnya.

     Baca juga :  KPP Pratama Karees Gelar Dialog Perpajakan
 

Selain itu, salah satu pembicara, pakar pengembangan SDM dan Komunikasi, Tauhid Nur Azhar mengatakan saat ini penggunaan teknologi digital sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Teknologi tersebut bisa dimanfaatkan guna mendukung penerimaan pajak. "Transformasi digital melahirkan karakter baru dalam berkehidupan termasuk membayar pajak dengan cara yang lebih kekinian. Misalnya, dengan mengajak influencer untuk menyosialisasikan kepatuhan membayar pajak," kata Tauhid.

Meski begitu, kesadaran pajak harus lebih ditingkatkan. Ia mencontohkan Singapura yang ketat dalam menerapkan kewajiban pajak dengan memberikan punishment. Cara itu membuat warga lebih patuh dalam membayar pajak. "Pajak merupakan konsep saling berempati, karena itu pencapaian target harus terus tumbuh dengan strategi dan langkah konkret," katanya.

Artikel ini ditayangkan di pajak.go.id

KPP Pratama Karees Gelar Dialog Perpajakan

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I berfoto bersama usai acara dialog perpajakan yang bertajuk ‘Silaturahmi dan Dialog bersama Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I’ di aula Trans Luxury Hotel Bandung, Kamis malam (29/11).
Pradirwan - Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees menggelar dialog perpajakan di aula Trans Luxury Hotel Bandung, Kamis malam (29/11). Acara yang bertajuk ‘Silaturahmi dan Dialog bersama Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I’ ini dihadiri sekitar 30 wajib pajak, termasuk diantaranya manajer persib Bandung, Umuh Muctar.

Masjid di Yogyakarta Ini Dibangun Bawah Tanah

Lorong lantai atas Masjid Pendem atau Masjid Bawah Tanah Sumur Gumuling Tamansari Yogyakarta

Pradirwan - Siapa yang menyangka, lorong panjang melingkar tempat saya berdiri ini zaman dahulu adalah salah satu bagian dari sebuah masjid. Tidak seperti bangunan masjid pada umumnya, bangunan ini berbentuk seperti mangkuk telungkup dengan dua lantai.

Hartadinata Abadi - Ditjen Pajak Imbau Pengusaha Emas Sadar Pajak

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I Yoyok Satiotomo (tengah) berbincang dengan para pengusaha toko emas perhiasan, di Hotel Harris & Convention Centre (Mall Festival City Link), Jalan Peta Nomor 241, Bandung, Kamis (22/11/2018).

Pradirwan - Pengusaha emas perhiasan diwajibkan untuk melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

KPP Ciamis-BNI Ajarkan ‘Berbisnis Out Of The Box’

Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ciamis, Erry S. Dipawinangun pada saat menyampaikan sambutan pembuka dalam acara pelatihan bertajuk 'Berbisnis Out of The Box di Era Global' di Pantai Barat, Pangandaran, Jawa Barat (Kamis, 01/11/2018)
Pradirwan - Sehari setelah penandatanganan Perjanjian Kerja Sama tentang Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) dengan program Bussines Development Services (BDS) antara Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) dan Himbara serta Telkom Indonesia di Jakarta, (Rabu 31/10/2018), KPP Pratama Ciamis bekerja sama dengan BNI KCU Banjar segera menyelenggarakan pelatihan UMKM sebagai realisasi perjanjian kerja sama tersebut.

Goa Tanding, Eksotisme Wisata Bawah Tanah Yogyakarta

Gerbang memasuki area goa Tanding, Gunung Kidul, Yogyakarta 

Pradirwan - Sebuah destinasi wisata baru bermunculan di daerah Yogyakarta, khususnya di Kab. Gunung Kidul. Kabupaten yang memiliki bentangan alam sepertiga luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini melingkupi hingga 144 desa dan 18 kecamatan.

Kanwil DJP Jabar I Ajak Generasi Milenial Sadar Pajak

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomo saat memberikan sambutannya dalam gelaran Pajak Bertutur 2018 di kampus Unisba, Bandung (Kamis, 25/10)

Pradirwan
- Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Barat I menggelar sosialisasi Pajak Bertutur di Gedung Hj. Kartimi Kridoharsojo, Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Jalan Tamansari, Kota Bandung (Kamis, 25/10). Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan generasi milenial yang mempunyai kesadaran pajak. Sekitar 500 mahasiswa dan para civitas akademika hadir mengikuti acara ini.

Mitos di Balik Keindahan Curug Cinulang

Curug Cinulang (dok.pribadi)

Pradirwan ~ Curug Sindulang atau lebih terkenal dengan Curug Cinulang atau air terjun Cinulang bukanlah nama yang asing bagi saya. Adalah Yayan Jatnika, penyanyi Sunda itu pernah menyanyikan lagu berlirik romantis berjudul di Curug Cinulang. Melalui lagu inilah saya mengenal Curug Cinulang.

Entah apa yang membuat Yana Kermit begitu terinspirasi membuat lagu itu. Lagu yang hanya terdiri dari tiga bait itu sungguh penuh makna. Lagu itu menceritakan kecemasan dan ketakutan seorang yang sedang jatuh cinta akan kehilangan orang yang dicintainya sekaligus harapannya agar cintanya tak kandas dan abadi.

Bagi saya, lagu ini menguatkan mitos yang berkembang di sekitar objek wisata yang berada di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat itu. Mitos itu melarang pengunjung yang belum menikah membawa pasangannya (pacarnya), jika ingin hubungannya berlanjut menjadi suami-istri. Mitos lainnya, bagi para jomblo yang mengharapkan segera bertemu jodoh, datanglah ke Curug Cinulang ini, konon, akan segera dipertemukan dengan jodohnya.

Apakah mitos ini benar? Saya meyakini bahwa perkara jodoh itu sudah menjadi takdir Tuhan. Untuk menuntaskan rasa penasaran saya dengan keberadaan curug yang lebih mudah diakses dari jalan raya Bandung - Garut (Cicalengka) dan mitosnya, saya mengunjunginya pada Minggu, 28/10/2018 lalu.

    baca juga : Berburu Milky Way ke Ciwidey

Curug Cinulang selama ini hanya saya kenal nama tanpa pernah bertatap muka. Saat melakukan perjalanan dari Bandung menuju Garut via Cicalengka, papan nama menuju ke lokasi Curug Cinulang seringkali saya abaikan begitu saja tanpa ingin tahu lebih dalam.

Jalan menuju lokasi tidak terlalu lebar, hanya cukup dua mobil kecil berpapasan. Butuh konsentrasi lebih melewati jalur menuju kawasan hutan lindung Gunung Masigit Kareumbi, tempat dimana Curug Cinulang berada.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 30 menit dari jalan lintas selatan Jawa Barat ini, saya telah sampai di lokasi siang itu.

Sayup-sayup lagu Sunda terdengar dari belakang pintu masuk. Usai membayar tiket parkir sebesar Rp10 ribu dan tiket masuk Rp5 ribu, saya menyaksikan sebuah grup musik sedang asyik memainkan lagu Sunda populer. Tak jauh dari tempat grup musik itu, dari atas jembatan kecil, saya bisa menyaksikan pemandangan air terjun dari kejauhan.

Ya, tanpa harus turun ke dasar jurang pun saya dan pengunjung lainnya sudah bisa melihat dari atas kemegahan air terjun ini.
Curug Cinulang nampak dari atas jembatan kecil, tak jauh dari tempat grup musik memainkan lagu (dok. pribadi)

Tapi rasanya kurang pas jika tak menikmati langsung segarnya kibasan air terjun yang menerpa wajah. Saya menelusuri jalanan setapak menuju dasar jurang tempat air terjun itu berada. Akses menuju air terjun dari pintu masuk sudah cukup bagus, hanya saja, semakin mendekati tujuan, jalan semakin rusak dan terjal.

Tak perlu takut kehausan atau kelaparan di curug yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Di lokasi curug yang juga disebut Curug Sindulang (sesuai lokasinya di desa Sindulang) ini banyak terdapat warung penjual makanan dan minuman.

Konon, dinamakan Sindulang juga karena berasal dari kata “dulang” yang berarti tempayan. Menurut warga, air terjun ini mirip seperti air yang ditumpahkan dari tempayan.

Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa foto, saya berkesimpulan area curug ini cukup sempit. Pengambilan angel foto sangat terbatas. Meskipun begitu, keindahan Curug Cinulang memang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Suasana hijau alam dan sejuknya udara pegunungan, menambah nuansa romantis kian terasa.

Itulah mungkin sebabnya, mitos pengunjung yang belum menikah disarankan tidak kesini, karena jika diijinkan, tempat ini hanya akan dijadikan tempat berpacaran. Berbeda dengan yang masih jomblo, diharapkan bisa bertemu jodohnya disini, dalam suasana romantis diiringi senandung lagu, sehingga akan mengingat tempat ini sebagai sebuah tempat bersejarah pada episode hidupnya. Seperti yang diungkapkan Yayan Jatnika pada lagu 'di Curug Cinulang' :

Di Curug Cinulang
Bulan bentang narembongan
Hawar-hawar aya tembang
Tembang asih tembang kadeudeuh duaan

Di Curug Cinulang
Batin ceurik balilihan
Numpang kana panghareupan
Cinta urang mugi asih papanjangan

Kabaseuhan cai kaheman
Kaceretan ibun kamelang
Mengket pageuh geter rasa kahariwang
Hariwang cinta urang panungtungan


Artikel ini ditayangkan di AyoBandung.com

Kanwil DJP Jabar I Beri Penghargaan Kantor Pelayanan Terbaik 2018

Para pemenang Penganugerahan Kantor Pelayanan Terbaik 2018 Kanwil DJP Jawa Barat I

Pradirwan - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I menggelar Penganugerahan Kantor Pelayanan Terbaik tahun 2018 di Auditorium Gedung Keuangan Negara Bandung (Kamis, 18/10). 

Penganugerahan yang diberikan guna meningkatkan kualitas pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta mampu mempercepat reformasi birokrasi untuk mewujudkan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Berburu Milky Way ke Ciwidey

Berburu Milky Way Ciwidey, Sabtu (13 Oktober 2018). (Foto: Harris Rinaldi)

Pradirwan ~ Istilah milky way menarik perhatian saya. Istilah itu digunakan untuk menyebut galaksi Bimasakti yang berisikan gugusan bintang-gemintang membentuk pola spiral dengan diameter 100.000 tahun cahaya.

Berburu foto milky way memang tak semudah yang dibayangkan. Fenomena alam yang keindahannya telah mendunia itu ternyata hanya bisa ditemukan di tempat dan waktu yang tepat. Butuh dari sekedar persiapan alat dan perlengkapan yang mumpuni, namun faktor keberuntungan juga berperan.

Kita harus mencari lokasi terbuka yang bebas dari polusi udara dan polusi cahaya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena tempat-tempat tersebut seringkali jauh dari tempat tinggal kita. Pegunungan atau pantai yang masih sepi menjadi pilihan.

Di Jawa Barat, salah satu tempat berburu milky way terbaik berada di kawasan wisata Ciwidey Kab. Bandung. Selain karena lokasinya yang tinggi, keasrian suasana serta landscape-nya yang memukau, polusi disini cukup rendah. Selain itu, kawasan ini mempunyai banyak spot menarik yang bisa dijadikan tempat berburu milky way, seperti Ranca Upas, Situ Patenggang, dan perkebunan teh.

Ranca Upas menjadi pilihan berburu milky way kami, Sabtu (13/10/2018) minggu lalu. Selain karena memenuhi syarat lokasi untuk memperoleh milky way, Ranca upas atau Kampung Cai Ranca Upas merupakan kawasan wisata alam dan bumi perkemahan terpopuler bagi traveller untuk melihat keindahan alam lebih dekat. Kawasan ini juga merupakan hutan lindung dan tempat konservasi berbagai macam flora dan fauna, misalnya tanaman langka seperti jamuju dan kihujan (trembesi), serta fauna dilindungi seperti rusa.

Saat mengabadikan kabut yang turun (foto: Harris Rinaldi)
Pose sejenak (foto : Harris Rinaldi)



Kawasan yang berada di ketingggian 1700 mdpl ini memiliki luas area 215 hektar. Tentu saja, suhu udara disini cukup dingin. Saat kami datang ke lokasi sekitar pukul 17.15 WIB, udara mencapai 17 derajat Celcius. Kabut sedang turun menutupi pandangan. Bisa dibayangkan ketika dini hari, suhu udara bisa sangat ekstrim. Oleh karena itu bagi yang akan bermalam disini, sangat dianjurkan membawa jaket, baju, penutup kepala, sarung tangan, dan kaus kaki yang tebal. Saking dinginnya, di dalam tenda pun berembun. Api unggun menjadi satu-satunya penghalau udara  dingin yang efektif, meskipun asapnya yang masuk ke tenda membuat bangun para penghuninya.

Ga bisa tidur karena dingin (foto : Tatag Wicaksono)

Lalu, peralatan apalagi untuk mendapatkan foto milky way? Mas Harris Rinaldi, ketua rombongan kami mengatakan selain kamera (DSLR/Mirrorles), gear wajib adalah tripod dan lensa wide. "Lensa kit 18 mm juga bisa, lebih bagus lagi kalau punya lensa wide dengan f besar, misalnya 12 mm f/2 samyang," ujarnya.

Hasil foto yang ku ubah white balance-nya (1)

Hasil foto yang ku ubah white balance-nya (2)

Ketika malam semakin larut, mas Harris mulai meminta kami untuk mengatur kamera. "Intinya, pakai lensa paling wide yang kita punya, gunakan diafragma (f) paling besar, iso coba paling besar di 3200, Sutter Speed 30 detik, jangan lupa setting White Balance untuk mendapatkan efek warna yang lain dari biasanya," katanya.

Kami pun mulai mencoba-coba settingan sampai mendapatkan settingan yang pas sesuai keinginan masing-masing (selera).
Berburu milky way (foto: Yusuf Ote)

Kenapa 30 detik? Karena menurut pengalaman, 30 detik itu adalah waktu maksimum agar bintang tetap seperti titik, bukan sebuah garis. Kalau lebih dari 30 detik, maka bintang akan ‘berjalan’ dan nampak seperti apa yang kita sebut sebagai light painting, kecuali, memang efek seperti itu yang ingin didapatkan.

Dalam photography, ada yang disebut rule-600. Jadi shutter speed maksimum yang diperbolehkan agar bintang tak bergerak adalah 600 dibagi dengan focal length lensa (format 35 mm, jika APS-C dikali dulu dengan 1.5, MFT dikali 2).

Jadi kalau kita pakai lensa 18 mm, maka waktu maksimum adalah 600/18 = 33 detik? Meski tidak selalu akurat ini karena tergantung dari posisi kita di bumi. Tapi, itu rule of thumb-nya sebagai permulaan untuk camera setting- nya.

Hal lain yang kami lupa adalah faktor keberuntungan. Langit masih tertutup kabut dan berawan sejak sore tadi. Kami memutuskan untuk menyimpan baterai dan energi kami, siapa tahu cuaca cerah kami dapatkan menjelang malam hingga dini hari nanti.

Oh ya, jika hanya memotret bintang, mungkin bisa kapan saja. Tapi bumi kita ini berputar. Ada kalanya milky way tidak terlihat dari tempat kita berdiri. Milky way juga akan sulit terlihat jika ada bulan (polusi cahaya juga). Jadi, lebih baik kita memotret saat bulan baru muncul, sehingga malam gelap akan lebih panjang. Untuk mengecek posisi milky way, dibutuhkan aplikasi khusus seperti stellarium, sky guide, dan banyak sekali di app store. Searching aja ya. Konon, paling enak memotret milky way itu adalah saat April – September di arah selatan.

Salah satu sudut yang ku potret saat berburu milky way

Langit mulai cerah sementara udara sangat dingin. Sekujur tubuh mulai membeku. Saya dan mas Harris mulai melakukan pengecekkan posisi milky way. Tapi setelah dilakukan pengecekkan di aplikasi, posisi rasi bintang Sagitarius berada dibawah horizon. Artinya, milky way telah lewat. Untuk meyakinkan, kami melakukan pemotretan lagi ke berbagai sudut. Hasilnya memang benar, milky way tak nampak dari hasil foto-foto itu. Kecewa, pastinya. Tapi, selalu ada hikmah dibalik kejadian. Bagi saya, ini hunting bareng pertama kali yang berkesan. Selain dengan mas Harris, saya bertemu lagi dengan mbak Caecilia, mas Amran (Abeng), mas Dwi Doso dan menambah tiga kawan baru, mbak Heti, mas Yusuf, dan mas Tatag.

Pengobat kekecewaan kami, mendapat sunrise yang indah

Suasana pagi yang berhasil ku abadikan
Pemburu sunrise
Ketua Tim, Harris Rinaldi

Akhirnya, kami memutuskan untuk menunggu pagi. Sambil berharap, fajar nanti menjadi fajar yang istimewa.

Kala itu di malam Minggu
Pada suatu sudut di jalan-jalan gelapmu
Rasa itu tumbuh
di ruas cahaya bernama rindu

Terdudukku pandangi langit hitam
Malam telah melahap semua cahaya 
Bintang dan rembulan tertutup kabut duka
Rinduku perlahan menjadi kelabu
hanya ada kenangan yang masih berserak
entah dari kepala siapa
dari kisah yang mana
Mengiringi cinta yang tak lagi sempurna 
Sejenak akupun terdiam dan menikmati luka

Terima kasih atas kesempatan dan sharing ilmunya. Sampai jumpa di lain kesempatan.

Bandung, 20 Oktober 2018

Artikel ini ditayangkan di Ayo Bandung setelah dilakukan editing ulang.

Peringati Hari Pelanggan, Kanwil DJP Jabar I Kunjungi Persib

Pelatih Persib Bandung Roberto Carlos Mario Gomez, bersama Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Yoyok Satiotomo dan Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying Hatipah Haroen Al Rasjid menunjukkan kartu NPWP yang baru saja diterimanya di Graha Persib, Jl. Sulanjana Bandung (Rabu, 05/09)
Pradirwan -Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomomengunjungi Graha Persib, Jl. Sulanjana, Bandung (Rabu, 5/9). Kedatangan Yoyok didampingi Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying, Hatipah Haroen Al Rasjid untuk mengantarkan langsung Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi 4 empat warga negaraasing yang saat ini dikontrak PT. Persib Bandung Bermartabat.

Jawab Tantangan Kehumasan, DJP Jabar I Gembleng Videografer

Videografer DJP, Irwan Hermawan dan Febri Noviardi saat menyampaikan materi dalam Lokakarya Materi Kehumasan Eksternal (Videografi Dasar 2018) di Gedung Keuangan Negara Bandung, Senin (6/8)


Pradirwan - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I menggelar Lokakarya Materi Kehumasan Eksternal (Videografi Dasar 2018) di Gedung Keuangan Negara Bandung, Senin (6/8) hingga Rabu (8/8). Kegiatan ini diikuti 36 peserta yang merupakan videografer KPP/KP2KP di lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat I.

Kepala Bidang Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat, Reny Ravaldini mengatakan kegiatan ini untuk menjawab tantangan kehumasan pada era digital yang saat ini demikian pesat.

"Dalam era digital saat ini, dimana aliran informasi berjalan tanpa batas, menjadi tantangan bagi DJP untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi dari stakeholder dengan cepat, akurat, dan akuntabel, sehingga diperlukan pengelolaan komunikasi yang efektif dan efisien," ujar Reny.

Menurutnya, peranan media sosial dengan konten berformat video menjadi pilihan publikasi kehumasan yang tepat. Penyampaian informasi yang dilakukan melalui tayangan video singkat di internet atau jejaring media sosial menjadi salah satu pilihan bagi DJP untuk mempublikasikan berbagai hal yang terkait dengan kebijakan, program, peraturan-peraturan perpajakan terbaru, dan inisiatif kepada stakeholder baik internal maupun eksternal.

"Sebagaimana kita ketahui, begitu besar peranan media sosial sebagai sarana publikasi kehumasan. Jika sebelumnya sebagian besar konten media sosial unit vertikal DJP berisi foto atau desain grafis, sekarang kita akan memperbanyak konten video singkat," ungkap Reny.

Senada dengan Reny, Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat Ani Natalia mengatakan kemajuan teknologi telah mengubah perilaku masyarakat. "Tahun 2020, diperkirakan sebanyak 90% konten di media sosial itu video. Dulu orang-orang suka membaca untuk mendapatkan informasi, sekarang kemajuan teknologi membawa perubahan perilaku, how technology change our behavior. Kita lebih senang ke konten video, terutama video-video tutorial,” ungkap Ani.

Ani menjelaskan bahwa tantangan itu sudah semakin nyata, oleh karenanya ia meminta para peserta untuk siap menghadapi tantangan itu. “Kita harus bisa bersaing dengan jutaan bahkan mungkin miliaran video di dunia maya, menjelaskan semua aturan pajak dan mengedukasi masyarakat melalui video. Tidak bisa tidak," pesan wanita yang akrab disapa kak Ani itu.

Lebih lanjut, Ani menyampaikan bahwa untuk mengedukasi wajib pajak, selain melalui sarana penyuluhan langsung, pihaknya telah membentuk beberapa tim kreatif yang beranggotakan pegawai DJP dari seluruh Indonesia. “Yang suka desain konten, kami sudah membentuk tim grafis. Bagi yang suka membuat video, kami membentuk tim video (imagitaxion), dan untuk menyebarkan konten melalui media sosial, kami punya taxmin (sebutan untuk admin medsos) di masing-masing unit vertikal DJP," ujarnya.

Lokakarya ini dibagi menjadi tiga sesi besar yaitu teori, praktik, dan evaluasi. Pada sesi teori, para peserta dibekali materi dasar-dasar videografi dari para pembicara yang sudah terkenal di kehumasan DJP. Pembicara diantaranya fotografer yang juga Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Bandung Tegallega, Slamet Rianto. Slamet menyampaikan materi Dasar Komposisi Visual. Sedangkan kedua videografer DJP yaitu pelaksana Seksi Hubungan Internal, Febri Noviardi menyampaikan materi pre production meeting, Developing the Script, dan Pra Produksi, dan Pelaksana Seksi Hubungan Eksternal, Irwan Hermawan menyampaikan materi Brainstorming Idea, Produksi, and Editing.

Sementara dalam sesi praktek, para peserta melakukan produksi video. Mereka dibagi menjadi beberapa tim dan melakukan produksi video sesuai tema yang ditentukan. Pada hari berikutnya dilakukan evaluasi atas karya-karya setiap tim tersebut oleh para narasumber. Dari 18 karya yang masuk, terpilih 5 karya video terbaik berturut-turut yaitu video dari KPP Pratama Purwakarta, KPP Pratama Bandung Tegallega, KPP Pratama Bandung Karees, KPP Pratama Cianjur, dan KPP Pratama Cimahi. Malah, video dari Tim KPP Pratama Purwakarta lolos kurasi dan menjadi konten nasional untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus mendatang. (HP)

sumber : pajak.go.id
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes