BREAKING NEWS

Humas Pajak Sambut Era Industri 4.0

Humas Pajak 4.0
Pradirwan - Zaman telah berubah. Kita telah berada di era Industri 4.0. Sebuah era yang mengubah tidak saja tatanan proses bisnis yang ada, tetapi juga peran profesi di dalamnya. Teknologi telah mengganti sebagian peranan manusia. Peran manusia akan berkurang, bahkan konon akan digantikan Artificial Intelligence dan robot termasuk profesi hubungan masyarakat atau public relations (PR).


Secara awam, perubahan yang fundamental atau mendasar dalam proses bisnis inilah yang disebut sebagai disrupsi (disruption). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya.

Satu penyebab disrupsi adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Itulah sebabnya, sebagian pihak mengatakan bahwa disrupsi adalah sebuah ancaman. Disrupsi dianggap sebagai gangguan yang mengakibatkan industri tidak berjalan seperti biasa. Penyebabnya karena kemunculan kompetitor baru yang mengakibatkan pemain bisnis lama harus memikirkan ulang strategi berhadapan dengan era baru ini. Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, tak terkecuali dalam dunia kehumasan.

Jurnalis dan kolumnis The New York Times, Thomas Loren Friedman, dalam buku Thank You for Being Late menyebutkan bahwa tahun 2007 adalah tonggak utama internet gelombang ketiga. Pada tahun itu, berbagai gebrakan teknologi informasi terjadi: dikeluarkannya iPhone, Google dengan teknologi cloud, juga kelahiran media sosial. Youtube, Facebook, Twitter, dan lain-lain, tumbuh kembang di masa-masa itu. Berbagai perubahan ini membuat siapa pun diseluruh dunia bisa menjadi produsen, sekaligus konsumen informasi. Produsen informasi tak lagi menjadi monopoli media.

Friedman menyebut kemunculan internet menciptakan kesempatan baru yang sangat luas untuk individu dan kelompok kecil untuk menyelamatkan dunia, atau bahkan untuk menghancurkannya.

Kita tentu masih ingat sebelum era telepon pintar, sebelum masa internet itu tiba, sebelum adanya hingar bingar media sosial, pola masyarakat mengkonsumsi informasi relatif sama. Informasi yang kita terima hanya dari dua saluran utama saja yaitu media cetak (koran, majalah, tabloid), dan media penyiaran (radio, televisi).
 
artikel ini diterbitkan Tribun Jabar edisi 15 April 2019

Disrupsi media terjadi. Data hasil survey Dewan Pers tahun 2018 tentang perubahan media yang disukai konsumen informasi menyebut media cetak mengalami penurunan konsumen sebanyak 30% sedangkan radio 40%. Kondisi sebaliknya dialami televisi yang meningkat sebanyak 60%. Pembaca media daring, majalah dan surat kabar elektronik, memang terus meningkat. Tak tanggung-tanggung, peningkatan konsumen informasi melalui media digital ini naik signifikan sebanyak 500%.

Penyebabnya sudah bisa ditebak, internet of thing merubah perilaku manusia modern. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, kesibukan semakin meningkat, harga jual surat kabar yang naik, serta adanya stigma hanya generasi “tua” yang membaca koran membuat surat kabar mulai banyak ditinggalkan.

Kemunculan media daring memang berpengaruh, tetapi tak akan bisa menyaingi akurasi berita yang ditampilkan oleh media cetak. Melihat proses bisnis penerbitan media cetak, editor dan redaktur berperan besar dalam menyajikan berita secara utuh. Cek dan ricek dilakukan hingga berita layak ditayangkan. Hal ini menyebabkan minim (bahkan tidak ada) berita bohong (hoaks) yang lolos. Kredibilitas media cetak tetap terjaga.

Artikel ini pertama kali di tayangkan Tribun Jabar pada 14 April 2019 dengan judul Humas Pajak 4.0

Tak semata menjaga bisnis agar terus ada, media cetak membuat media daring. Sifatnya yang paperless, interaktif, bisa diakses di mana saja, dan selalu update menjadi penyeimbang berita-berita hoaks yang bertebaran di internet.

Kemudian, tak lengkap rasanya jika membahas lebih dalam era 4.0, namun melupakan peran kaum Millenials. Memahami Millenials menjadi satu diantara sekian kunci kesuksesan dalam menghadapai era 4.0.

Generasi millennial mempunyai ciri khas yang menjadi keunggulan dari generasi sebelumnya. Generasi ini cenderung penggemar teknologi, menjadikan mereka ahli dalam menggunakan teknologi atau gadget dalam kegiatan professionalnya.

Tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi influencer bagi generasinya, menjadikan generasi ini cenderung memilih sumber informasi dari seseorang yang dianggap memiliki pengaruh olehnya. Hal ini membuat millenial dikenal sebagai pembuat konten, mereka terbiasa mempublikasikan kegiatan keseharian maupun tanggapan terhadap sesuatu.

 
Sharing Session Videography (Photo : Amran Hendriansyah)


Memiliki motivasi tinggi, kurang loyal terhadap sesuatu namun sangat efektif adalah ciri khas lain dari millennials. Dengan berbagai ciri khas tersebut menjadikan millennials, sangat tertarik dengan apa yang sedang terjadi dilingkungan sosial mereka.

Corporate Communications Executive GMF Aero Asia – Bidang Pengembangan PERHUMAS Muda, Muhammad Rivan Aulia Tanjung, mengatakan, “It’s not about win against the technology, but win with the technology.”

Ditjen Pajak melihat keunggulan tersebut. Bagaimana pun peranan institusi ini dalam mengumpulkan pundi-pundi keuangan negara harus menyesuaikan dengan perubahan zaman. Publikasi kehumasan menjadi semakin diperlukan peranannya.

 
Suasana Sharing Session Videography


Agar dapat menyampaikan pesan secara efektif dan efisien, praktisi humas perlu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Berinovasi dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan teknologi, membutuhkan keterlibatan praktisi humas lebih jauh. Peran humas dalam menjalin hubungan dengan khalaknya menjadi semakin beragam dan kompleks, namun sangat krusial. Hal ini perlu dilakukan agar praktisi humas dapat terus menjalankan aktifitasnya dalam situasi yang penuh perkembangan yang paling progresif.
Tim Kreatif KPP Pratama Jakarta Kalideres bersama Narasumber


Di tengah gempuran informasi di berbagai kanal, tak jarang informasi menjadi tak berimbang, bahkan cenderung menyesatkan. Kebutuhan konten perpajakan yang “menjual”, baik itu infografis, foto jurnalistik, video, opini yang tajam, berita yang aktual dan mempunyai validasi tinggi adalah sebuah keniscayaan. Maka peran para Tim Kreatif Ditjen Pajak menjadi sangat vital. Bagaimana pun, setiap pesan akan tersampaikan dan dipahami masyarakat, jika disajikan dengan “bungkus” yang menarik. Selain itu, setiap konten bisa jadi menjadi bahan inspirasi generasi selanjutnya dan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Menjembatani hal itu, lokakarya kehumasan Ditjen Pajak seringkali dihelat. Giliran Tim Kreatif Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres bertandang ke Kanwil DJP Jawa Barat I, Bandung, dua hari lalu (Jumat-Sabtu, 12-13 April 2019). Mereka belajar materi Kepenulisan dan Fotografi dengan narasumber Slamet Rianto, serta Videografi dengan narasumber Herry Prapto.

Peserta mempraktikkan teori yang disampaikan
Usaha dan semangat mereka meningkatkan kompetensi patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, disaat kebanyakan menikmati akhir pekan dengan beristirahat atau berkumpul dengan keluarga, mereka justru mendalami ilmu otak kanan itu. Hal itu membuktikan bahwa Ditjen Pajak terus berbenah mewujudkan institusi perpajakan yang kuat, kredibel, dan akuntabel. (*HP)

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes