BREAKING NEWS

Suaco dan The Godfather of Broken Heart

Suaco Cafe, Malang
Pradirwan - Sebuah bangunan unik berdiri di salah satu sisi Jl. Simpang Gajayana, Merjosari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. Hampir seluruh dindingnya dari kaca. Banyak jendela berukuran besar. Sirkulasi cahaya dan udara terjaga baik. Tanpa AC, bangunan ini tetap berhawa semilir. Terlebih di sekelilingnya tidak ada bangunan tinggi, membuat angin leluasa melewati kafe Suaco ini.

SUACO berasal dari SUA COffee, bertemu untuk ngopi, kira-kira itulah artinya. Kafe ini menjadi salah satu tempat kami ngumpul bareng sambil ngopi saat diklat di Malang, beberapa waktu lalu. Satrio dan Rindawan yang mengajak kami (saya, Hanip, Jundi, dan Farija) untuk merasakan suasana kafe ini.
menikmati kopi

Sambil membahas agenda yang kudu segera dieksekusi (opo iki???), kami pun mencicip menu kopi plus snack. V60 dengan beans dari Garut menjadi pilihanku.

Sang Ketua, Satrio tetap sibuk meski di cafe

Rindawan yang sejak tadi memegang gitar memeriahkan suasana. Berbagai lagu mulai dinyanyikan. Nongkrong semakin asyik ketika lagu-lagu mellow milik Didi Kempot dibawakan. Sewu kuto, stasiun Balapan, Cidro, Pamer Bojo, Kalung Emas, Suket Teki, dan sederet lagu patah hati lainnya melupakan segenap kepenatan kami.

Beberapa lagu yang dinyanyikan, baru malam itu aku dengar. Namun, beberapa penggalan liriknya masih terngiang hingga ku pulang.

Tak menyangka, tayangan Rosi di Kompas TV pada Kamis (1/8/2019) kemarin mengangkat fenomena lagu-lagu itu yang melekatkan citra Didi Kempot sebagai The Godfather of Broken Heart. 

Dari tayangan itu, sedikitnya aku mengetahui, kalau lagu cinta bertema mellow dan patah hati akan memiliki umur panjang di blantika permusikan.

"Memilih tema lagu yang deket dengan masyarakat. Patah hati semua pernah mengalami. Kata-kata yang dipilih juga yang mudah dipahami," ungkap Didi.

Tak jarang, lagu-lagu itu terinspirasi dari kisah nyata. Lagu 'Cidro' yang sangat ikonik itu misalnya berangkat dari pengalaman yang Didi Kempot rasakan sendiri semasa masih menjadi pengamen gondrong yang suka nongkrong.

"Waktu 'Cidro' ini mas lagi ngalamin apa? Mas yang lagi ngapusi (membohongi) siapa?" tanya Rosi.

"Saya yang diapusi (dibohongi) kok," jawab Didi Kempot sambil bercanda dan diikuti dengan tawa.

"Gimana dapet syair ini? Apa yang mas Didi lihat?" tanya Rosi lagi.

"Saya ngalamin. Masih ngamen, gondrong, tukang nongkrong. Naksir cewek. Ceweknya cantik. Dia mau, tapi keluarganya kayanya enggak lah," jawab Didi Kempot.

Mendengar cerita Didi Kempot, Rosi lantas menuturkan sebuah kata bijak.

"Buat keluarga yang sedang mendengarkan, yang telah menolak mas Didi Kempot, selalu ada penyesalan pada mantan yang berhasil," ujar Rosi.




Bandung, 3 Agustus 2019
Pradirwan

Share this:

6 comments :

  1. Dan Lord Didi berpulang di saat namanya sedang melambung jauh... Dia telah pergi untuk selama-lamanya...

    djangki

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, beruntung saya sempat bertemu langsung dan memotretnya 2020 lalu.

      Delete

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes