BREAKING NEWS

Kisah Arief, Pegawai Pajak, dan Astronomi

Anak-anak Nebula @nebulakidz

Dalam kegelapan, sebuah bola planisfer berputar-putar, mulai menyala, dan menampakkan gambar gugusan bintang di langit-langit tenda.

“Ini namanya rasi bintang. Pada malam hari, di langit banyak sekali bintang. Jika dihubungkan dengan sebuah garis, maka akan membentuk wujud tertentu, seperti orang atau hewan,” jelas Arief Hidayat Adam di kanal Youtube salah satu stasiun televisi nasional.

Video itu berjudul “Lentera Indonesia, Anak-anak Nebula”, sebuah program yang mengangkat kisah-kisah nyata para pemuda yang rela melepaskan kemapanan kehidupan di kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa-desa terpencil.

“Tiruan langit itu menjadi salah satu metode kami menjelaskan astronomi kepada anak- anak,” terang pria yang akrab disapa Aip itu kepada Intax, Rabu, 2 September 2020. Menurutnya video dokumenter itu dibuat enam tahunan lalu (2014), saat dia masih bertugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cilegon, Banten.

Lelaki yang sejak Oktober 2018 mengabdi sebagai Account Representative di KPP Pratama Bandung Cicadas itu, bersama tim yang ia sebut “Semestarian”, kala itu berpetualang mengenalkan ilmu perbintangan kepada anak-anak di desa Paniis, Ujung Kulon, Provinsi Banten.

Misteri Astronomi

Sedari duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri Manggahang Baleendah Kab. Bandung, Aip memang antusias dengan astronomi. Baginya, misteri di balik alam semesta selalu mendorong manusia untuk berani bermimpi dan melangkah melintasi batas langit.

Menurut anak pertama dari tiga bersaudara itu mengenal astronomi memberikannya banyak manfaat. “Rasi bintang menjadi petunjuk alam bagi kehidupan,” tuturnya.

Selain itu, dengan mempelajari astronomi akan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Kecintaannya terhadap astronomi bermula saat ia tak sengaja memandang langit dan melihat bintang jatuh. “Dulu, waktu saya (masih SD) menjadi pemimpin upacara Pramuka, hanya saya yang menghadap ke barat, sementara teman-teman berbaris menghadap ke saya (ke timur). Saya satu- satunya yang melihat ada meteor yang melintas,” kenangnya.

Keterbatasan literasi dan sumber pengetahuan lainnya membuat rasa penasaran itu ia pendam hingga saat sudah bekerja. Dengan penghasilannya, ia mulai membeli buku-buku astronomi dan perlengkapan yang dibutuhkan. Petualangan pun dimulai. Dari teleskop kekagumannya kepada benda-benda langit semakin bertambah.

Berbekal dorongan itu pula, dia memutuskan untuk berbagi kekagumannya terhadap astronomi dan sains kepada banyak orang. “Terbesitlah ide untuk mengelilingi Provinsi Banten. Singgah di sekolah dasar, pesantren, atau panti asuhan untuk mengenalkan sains dan astronomi melalui permainan-permainan sederhana. Sejak 2010 saya mulai rutin melaksanakan rencana itu,” katanya.

Adam and Sun Foundation

Aip mencetuskan proyek yang diberi nama Adam and Sun Foundation dengan tiga kegiatan utama, yaitu Galileo Junior, Dream Trigger, dan Spread The Book.

Galileo Junior adalah sebuah program yang menyebarkan ilmu astronomi dengan cara mengaplikasikan atau mempraktikkan langsung di lapangan. Tiap kali ia melakukan kunjungan, Aip membawa alat peraga untuk mengamati langit. Agar anak-anak lebih tergugah dengan astronomi, Aip juga menyampaikannya melalui video, aplikasi komputer, dan presentasi yang menarik.

Menurutnya, saat kunjungan ke desa-desa di sekitar Banten, ia mendapati banyak anak-anak unggul, yang punya semangat belajar tinggi, dan rasa penasaran luar biasa akan sains. Merekalah calon ‘bintang’ di masa depan. Pria lulusan PKN-STAN tahun 2003 itu merasa perlu untuk menyemangati anak-anak agar terus mempunyai mimpi dan semangat untuk menggapainya. Karena itulah ia membuat program Dream Trigger.

Sedangkan program Spread The Book terinspirasi dari buku kaya John Wood tentang Room to Read. Idenya bermula dari sebuah kenyataan bahwa untuk mewujudkan mimpi itu, anak-anak yang haus ilmu itu membutuhkan ‘air pengetahuan’ melalui media buku.

“Alangkah senangnya mereka mendapatkan buku-buku yang menceritakan tentang betapa uniknya budaya bangsa lain, perilaku hewan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya, pengetahuan tentang alam dan isinya,” tutur anggota dari Tax Underground Community (Komunitas Musik Underground DJP) itu.

Kiprah Aip ‘meracuni’ anak-anak istimewa Banten dengan kesenangannya belajar astronomi ia siarkan melalui akun twitter @ nebulakidz. Inisiatif menyebarkan semangat belajar astronomi ini semakin banyak merangkul anak-anak dan menggandeng simpul-simpul komunitas. Mereka bergabung dan mengambil bagian dalam setiap kegiatan Adam and Sun Foundation. Hingga kini, beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Lampung hingga Jawa Timur tercatat pernah ia singgahi.

Prestasi di Tempat Mengabdi

Meski segudang kegiatan bersama komunitasnya sangat padat, Aip tak pernah meninggalkan tugas-tugasnya sebagai pegawai pajak. Malah, ia mengaku komunitasnya adalah tempatnya melatih kemampuannya bersosialisasi dan belajar keterampilan berkomunikasi.

“Kebiasaan bersosialisasi dan berkomunikasi itu terbawa ke pekerjaan di kantor. Saya pernah menjadi pegawai terbaik saat masih menjadi pelaksana seksi pelayanan di KPP Pratama Pandeglang,” ungkapnya.

Meskipun dalam pandangan orang ia sering disangka ‘anak nakal’ karena tingkahnya yang ‘nyleneh’ dan banyak kegiatan di luar, Aip mampu membuktikan diri menjadi pegawai berprestasi.

“Penghargaan terakhir yang saya terima sebagai AR terbaik kedua di Kanwil DJP Jawa Barat I tahun lalu,” katanya.

Penghargaan tersebut ia terima atas kinerjanya yang dinilai moncer selama 2019. Di Kanwil DJP Jawa Barat I, selain keahliannya berkomunikasi, Aip dikenal pandai menggali potensi Wajib Pajak dengan mengoptimalisasi data yang tersebar di internet, khususnya media sosial.

“Saya memang suka ngulik hal-hal baru. Seneng aja gitu bisa berpikir out of the box. Saya menemukan metode menggali data Wajib Pajak melalui medsosnya lalu meminta klarifikasi (data tersebut) ke Wajib Pajak. Wajib Pajak akhirnya datang ke KPP dan menyelesaikan kewajibannya,” jelasnya.

Di akhir sesi, penggemar Bung Karno, Elon Musk, dan Carl Sagan itu menegaskan kembali bahwa menjadi berbeda itu semacam api di dalam sekam yang membakar nyala kreativitas. “Tetaplah bersinar dengan caramu sendiri dan maksimalkan potensi yang ada,” pungkasnya. [HP/AU]

Editor: Agung Utomo

Artikel ini dipublikasikan pertama kali di Majalah Internal DJP, INTAX, Edisi III - 2020

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes