BREAKING NEWS

Menjaga Mood Menulis

Sharing Session penulisan berita di forum P2humas Kanwil DJP Jaksel I, Bandung (Kamis, 28/11). Photo by Gigeh HP


Pradirwan ~ Tak dapat dipungkiri, setiap orang yang belajar menulis, bahkan yang sudah biasa menulis pun adakalanya mengalami kemalasan atau kehilangan mood menulis.

Dalam acara forum P2Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan I kemarin, (Kamis, 28/11/2019), salah satu peserta, @nukelist menanyakan bagaimana mempertahankan mood menulis itu.

baca juga : Menulislah Untuk Orang Lain

Saya tidak punya jawaban pastinya, tetapi saya punya pengalaman terkait mood menulis ini. Pada kesempatan sharing session itu, saya telah menjawabnya. Namun, melalui tulisan sederhana ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman saja. Saya rasa ini akan menjadi lebih menarik, karena menurut saya, persoalan mood ini adalah persoalan proses dan cara mengelola.

Mood memang selalu menjadi masalah dalam dunia kepenulisan. Bahkan mood sering menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Akhir dari masalah mood adalah kebuntuan menulis atau dalam dunia kepenulisan biasa dikenal writer block.

Awal-awal mulai belajar menulis, saya pun menemui writer block ini. Saat itu, saya teringat pelajaran Bahasa Indonesia dari guru saya, bahwa untuk membuat tulisan, buatlah kerangka karangannya dulu. Itu yang pertama kali ditulis. Paling tidak, ketika writer block itu datang, kita sudah punya kerangkanya. Setelah itu baru dikembangkan, tentunya dengan bahan-bahan menulis yang tersedia.

baca juga :10 Years Challenge dan Keabadian

Serangan mood jelek juga biasanya sering terjadi karena kurangnya persiapan. Ketika sudah saatnya menulis dan belum memiliki “senjata” yang dibutuhkan, mood menulis akan menguap begitu saja.

Sedangkan jika penulis telah menyiapkan segala yang dibutuhkan, meskipun awalnya tidak benar-benar memiliki mood menulis yang bagus, seringkali akan ada dorongan untuk tetap mulai merangkai kata.

Dalam mengembangkan kerangka ini seringkali writer block tiba-tiba menghampiri. Keinginan untuk menulis sangat besar dan menggebu-gebu namun tak satu pun kata yang bisa dituliskan. Bahkan, kalaupun kata itu dituliskan, selang beberapa menit, kata itu dihapus karena merasa tidak puas.

Oleh karena itu, saya menyarankan, agar jangan lakukan editing saat sedang mengembangkan tulisan. Tulis saja semuanya dulu. Keluarkan semua yang ada di kepala. Setelah itu baru baca ulang. Edit kata-kata atau kalimat yang tidak sesuai. Endapkan beberapa saat. Baca ulang dan lakukan editing seperlunya. Jika dirasa sudah cukup, baru kita kirimkan.


baca juga : Jurnalis itu Sejarawan



Untuk menjaga mood juga diperlukan kondisi lingkungan sekitar yang kondusif. Tidak banyak gangguan. Entah ini berlaku untuk saya saja atau orang lain juga sama. Saat menulis, saya biasanya mencari tempat yang tenang. Kalau sekiranya mengganggu, log out dari semua medsos kita, atau matikan jaringan internet sementara waktu, agar perhatian kita tak teralihkan ke hal lain. Hanya fokus menyelesaikan tulisan.

Tak ada yang benar-benar ahli. Mereka yang menurut kita ahli itu karena mereka telah belajar dan berlatih. Saya mencoba mewajibkan diri untuk menulis setiap hari, meskipun hanya berupa ulasan pengalaman pribadi seperti ini. Atau sekadar memberi tanggapan terhadap masalah yang saya temui di lingkungan sekitar. Medianya bisa dengan menulis caption atau status medsos, atau membuat blog pribadi. Intinya, yang penting tiap hari menulis. Entah dalam bentuk apa.

baca juga : Humas Pajak Sambut Era Industri 4.0

Selain itu, untuk mengurangi writer block dan mengembalikan mood yang buruk juga sangat bergantung pada minat membaca. Semakin banyak membaca maka akan semakin kecil pula potensi writer block yang dialami. Sebab inti masalah ini sebenarnya berkaitan dengan jumlah referensi yang dimiliki seorang penulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak kosakata. Logikanya, output yang bagus bergantung dengan input yang bagus pula.

Selain itu, jangan lupa untuk sharing. Biarkan pembaca memberikan penilaian. Jangan pernah alergi dengan kritik dan saran.

Kalau semua hal tersebut sudah dilakukan, tetapi writer block masih menghinggapi, sepertinya Anda butuh piknik. Lakukan perjalanan. Biasanya pikiran yang fresh, bisa menaikkan mood menulis kita.

Jadi, sudah punya rencana kemana akhir pekan ini?


Pradirwan
Bandung, 29/11/2019

artikel ini ditayangkan oleh AyoBandung

Kemenkeu Jabar Gelar Seminar APBN

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jabar Saipullah Nasution saat acara seminar “Refleksi APBN Tahun Anggaran 2019 dan APBN Tahun Anggaran 2020, Antara Harapan dan Tantangannya” di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, Jl, Diponegoro Bandung (Selasa, 28/10).
Pradirwan - Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Provinsi Jawa Barat menggelar Seminar APBN di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, Jl, Diponegoro Bandung (Selasa, 28/10).

Seminar yang bertajuk “Refleksi APBN Tahun Anggaran 2019 dan APBN Tahun Anggaran 2020, Antara Harapan dan Tantangannya” itu dihadiri para pejabat dan pegawai di lintas Eselon I Kemenkeu Jawa Barat, Asisten Daerah Bidang Administrasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Akademisi UNPAD.

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jabar Saipullah Nasution mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Hari Oeang ke-73, dalam rangka meningkatkan sinergi dan kinerja untuk mencapai cita-cita bersama, sekaligus mengenalkan tugas dan fungsi Kemenkeu dan mengajak publik berpartisipasi dalam pengelolaan keuangan negara.

"Dalam perjalanan menuju pencapaian tujuan bernegara, kita menemui banyak tantangan yang perlu diselesaikan. Ada masalah kemiskinan, keamanan, pemerataan, kerusakan lingkungan, hingga masalah rendahnya kualitas SDM kita. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami Kementerian Keuangan selaku pengelola APBN untuk menjaga postur APBN Tahun 2020 agar tetap ekspansif mendorong laju perekonomian nasional dengan sasaran yang lebih terarah, terukur, dan produktif," ungkap Saipullah.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penerimaan negara -baik itu pajak, penerimaan kepabeanan dan cukai, juga penerimaan negara bukan pajak- terus dioptimalisasi sebagai sumber penerimaan sekaligus instrumen untuk menstimulasi perekonomian dengan tetap menjaga iklim investasi dan daya saing.

Tak hanya disisi penerimaan, sektor belanja negara pun menjadi perhatian. "Belanja negara terus dijaga kualitasnya, tercatat secara cermat dan sistematis, dilaksanakan dengan baik dan akuntabel, serta diarahkan untuk mendukung peningkatan kualitas SDM," ujar Saipullah.

Sementara itu, Kabid Data Pengawasan Potensi Perpajakan (DP3) Kanwil DJP Jabar I Arif Priyanto mengatakan, Kanwil DJP Jawa Barat I terus berupaya mendorong penerimaan pajak melalui penambahan jumlah wajib pajak baru.

“Berdasarkan perhitungan TCR (Tax Coverage Ratio) tahun 2019 yang bersumber dari data kependudukan BPS Jawa Barat, masih terdapat potensi 1.041.777 Wajib Pajak OP Baru. Jadi, masih ada peluang meningkatkan penerimaan pajak dari bertambahnya jumlah penduduk," ujar Arif.

Arif mengharapkan, penambahan satu juta wajib pajak tersebut bisa tercapai dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Penambahan WP juga diharapkan bisa terus meningkat seiring adanya insentif pajak, salah satunya penurunan tarif pajak bagi pelaku UMKM dari 1% menjadi 0,5%.

Suasana Seminar APBN (Selasa, 28/10)
Menurutnya, sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya pajak kepada masyarakat harus terus dilakukan agar semua orang bisa menjadi pahlawan dan berkontribusi terhadap pembangunan. Meski demikian, penambahan wajib pajak dihadapkan pada sejumlah tantangan mulai dari keterbatasan jumlah petugas pajak untuk menjangkau pelosok daerah.

Di sisi lain, peningkatan jumlah wajib pajak juga dikhawatirkan akan membuat pengawasan menjadi lemah karena beban petugas yang semakin besar. Namun, dengan adanya teknologi yang berkembang saat ini, tantangan itu akan bisa diatasi. "Agar pengawasan tidak menjadi lemah, maka petugas akan dibantu dengan teknologi dan mesin-mesin penunjang lainnya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Arif menjelaskan bahwa tren penerimaan pajak Kanwil DJP Jawa Barat I selama empat tahun terakhir (2015 sampai dengan 2018) menunjukkan tren fluktuatif. Secara umum pertumbuhan penerimaan empat tahun terakhir mengalami tren positif, kecuali pada tahun 2016 pertumbuhan penerimaan turun sebesar 1.95%.

"Realisasi penerimaan per jenis pajak per 24 Oktober 2019 adalah sebesar Rp. 22,46 trilliun dengan pencapaian sebesar 64.55% dari target Rp 34.80 trilliun," ungkapnya.

Kontribusi penerimaan pajak per jenis pajak didominasi oleh PPh Non Migas sebesar Rp 12.11 trilliun atau sebesar 68.58%. Untuk kontribusi penerimaan per sektor utama sebagian besar mengalami pertumbuhan positif, kecuali industri pengolahan dan konstruksi mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 0.16% dan 8.15%.

Adapun kepatuhan pembayaran WP Baru OP Non Karyawan dan Badan untuk tahun 2019 sampai dengan 12 Agustus 2019 mencapai 92.26%. (HP)



Sumber: pajak.go.id

Tiga Latar dalam Foto Jurnalistik

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor membacakan arahan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Upacara Peringatan Hari Oeang Republik Indonesia ke-73 di Gedung Keuangan Negara Bandung, Rabu (30/10). 

Pradirwan - Salah satu narasumber Workshop Jurnalistik Kanwil DJP Jawa Barat I beberapa waktu lalu, Novrian Arbi mengatakan, ada tiga latar yang harus diperhatikan saat mengambil foto, yaitu latar depan (foreground), latar tengah (middleground), dan latar belakang (background). "Ketiga latar ini berfungsi saling mendukung," ujar pria yang akrab dipanggil Ucok itu.

Secara naluriah, kita menyukai hal-hal yang menarik perhatian kita. Sebagai fotografer, tugas kita menempatkan subjek yang menarik perhatian dan merekam subjek tersebut ke dalam lingkungannya.

Untuk benar-benar memberikan kesan yang kuat, background yang menarik bisa dimasukkan dalam frame. Misalnya kita jalan-jalan di Alun-alun Bandung, maka Masjid Agung Jawa Barat, rumput sintetis, dan ikon-ikon lainnya bisa dijadikan background.

Nah, selain background, terdapat cara kreatif lainnya yang dapat mempercantik foto yaitu foreground.

Teknik ini memang kurang populer karena memang tak semua foto memerlukan foreground. Sebab tidak semua objek bisa jadi foreground.

Jujur saja, saya sendiri seringkali bingung menentukan subjek mana yang menarik perhatian ketika dihadapkan pada kondisi yang ramai, atau khidmat seperti saat upacara Hari Oeang ke-73, kemarin (Rabu, 30/10).

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor menjadi Pembina Upacara Peringatan Hari Oeang Republik Indonesia ke-73 di Gedung Keuangan Negara Bandung, Rabu (30/10).

Saya menggunakan latar depan untuk alasan estetika. Artinya, subjek utama akan terasa hambar karena background tidak kuat atau di sekeliling subjek tidak ada hal unik untuk 'dimainkan'. Dengan membuat foreground, komposisi foto menjadi semakin 'berisi' dan dinamis.

Setelah menemukan subjek utama dan background, foreground dapat dibuat dengan teknik boleh atau tetap fokus. Pilihan ini tergantung kebutuhan fotografer sesuai pesan/cerita yang akan disampaikan. Jadi, fotograferlah yang menentukan, bukan kameranya, karena fotografer sang pembuat cerita.

Pradirwan
31/10/2019

Menulislah Untuk Orang Lain

Pradirwan saat mengisi sesi berbagi tentang menulis. (Photo: Gigeh Hari Prastowo) 

"Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku." ~ Felix Siauw.

Pradirwan ~ Entah sejak kapan kebiasaan menulis itu aku mulai. Awalnya mungkin sekadar iseng-iseng saja. Menuliskan segala sesuatu yang terlintas di kepala, menyalurkan ide-ide yang beterbangan, tidak bertujuan untuk mencari uang, hanya mencatat hal-hal yang aku sukai, atau yang sedang aku pelajari, atau sekadar meninggalkan jejak.

Ketika Anakku Pulang


Tempat Peristirahatan Terakhir


Pradirwan ~ Jam dinding sudah menunjukkan pukul 02:00 pagi dan aku masih belum bisa tertidur. Berhari-hari mataku ini tak bisa diajak kompromi. Entah hanya karena insomniaku atau pikiranku saja yang belakangan ini sedang terganggu.

Aku hanya mendongak ke langit-langit dan melihat sekeliling kamar. Aku diam dan bertanya, “Apa yang salah denganku?”

Sejenak kupalingkan pandanganku. Sebuah ponsel pintar tergeletak di atas meja persis di depan cermin. Lekas aku beranjak dari tempat tidurku, mendekati dan mengambil ponsel tadi.

Kubuka lagi sebuah foto USG. Foto yang dikirimkan istriku. Tulisan percakapan kami menjelaskan bagaimana kondisi janin di dalam rahimnya. Mataku memanas. Tak kusangka, aku meneteskan air mata.

Sembari duduk dipinggir kasur, aku terus memikirkan kedua orang yang kucintai itu. "Semoga Tuhan menjaga kalian. Aamiin," doaku sebelum aku akhirnya terlelap.

***

Malam berganti pagi. Perjuangan pun menanti. Tak seperti biasa, pagiku begitu sendu ketika aku tak banyak bicara dan mencoba berpaling dari aku yang semula. Langit meredup. Entah mengapa aku malas beranjak.

Hari ini, pagi, dan detik ini merupakan awal kesedihanku. Aku merasa, ini adalah awal dari perjuangan berat yang harus kami jalani.

Salah satu hal yang paling menyedihkan dalam hidupku adalah ketika aku begitu takut kehilangan seseorang yang bahkan bukan milikku. Dan kamu pergi, benar-benar pergi dari pandangan mata dan kerinduanku.

Malam ini, di sudut kamar aku hanya terpaku. Menghembuskan napas keras dan berusaha menahan air mataku yang dari tadi sudah berteriak ingin keluar. Seketika udara di kamar 201 ini terasa sangat panas. Ah, sekarang dadaku terasa begitu sesak.

Aku terkenang percakapan kemarin dengan istriku. Ya, dia Ibumu. Dokter mengatakan denyut jantungmu melemah. Itu saja sungguh hebat mengundang air mataku. Hati ini menjerit. Aku lunglai.

Tubuhmu yang lemah, wajahmu yang tampan, dan hei, kamu tinggi, Nak. 47 cm untuk anak laki-laki hampir tujuh bulan usia kandungan itu cukup membanggakanku, Ayahmu. Terlebih kamu laki-laki, Nak. Itu membuktikan perkiraan kedua kakekmu. Perkiraan mereka tak meleset.

"Nak, Ayah terlalu takut. Ayah takut kita tak bisa dipertemukan kembali." Entah mengapa aku menjadi selemah dan setakut ini.

Ucapan ustad di kuburanmu sore tadi, dan nasihat rekan-rekan serta saudara menenangkan Ayah. Katanya, kamu akan menunggu Ayah dan Ibumu, memasuki surga bersama-sama.

Orang tuamu kini berjuang untuk menegarkan hati. Kehilangan kedua kali ini mungkin tak mudah. Namun kami akan mencoba untuk tetap tabah.

Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun.

Sampai bertemu di surga-Nya kelak, Nak.


Pradirwan
Cirebon, 28 September 2019

Strategi Visual Marketing Online

Sharing session visual marketing online kepada sekitar 100-an pelaku UMKM dalam acara yang digelar Kanwil DJP Jawa Barat I di Auditorium GKN Bandung, (Senin, 16/09/2019)


Pradirwan - Perkembangan teknologi saat ini demikian pesat. Perubahan pola perilaku manusia saat ini terpengaruh oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih itu. Sebut saja kemunculan media sosial. Dengan dukungan berbagai piranti canggih yang dilengkapi beragam fiturnya yang mumpuni serta harga ekonomis, menjadikan media sosial semakin diminati.

Survei yang dilakukan Jakpat menyebutkan, secara umum Facebook dan Instagram masih menjadi platform media sosial yang paling banyak digunakan pada semester I-2019 di Indonesia. Hasil ini masih sama dengan semester I tahun lalu. Meski begitu, Youtube bisa menghasilkan banyak pengguna dan menempati posisi kedua setelah Facebook.

Survei itu mencatat, Facebook memiliki 86% pengguna, Youtube 83% pengguna, dan Instagram 75% pengguna. Kehadiran para Youtuber mempengaruhi secara signifikan generasi milenial dan menjadikannya salah satu platform yang paling banyak diakses para pengguna Indonesia.

Berdasarkan rentang usia, usia muda (16-29 tahun) lebih memilih Instagram sebagai platform yang paling informatif dan menghibur bersama Youtube. Sementara itu, untuk usia menengah (30-39 tahun), Facebook menjadi platform terinformatif, sedangkan Youtube menjadi platform terfavorit yang mereka pilih atas konten-kontennya yang menghibur.

Saat ini, media sosial digunakan untuk berbagai kepentingan. Sifat media sosial yang dapat menjangkau luas orang-orang dari seluruh belahan dunia, bisa komunikasi 2 arah, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, segmentasi dapat disesuaikan, popular, bisa menghimpun data, ekonomis, dan terukur membuatnya banyak digunakan untuk menunjang bisnis.

Hanya dalam hitungan detik, sebuah konten terkait produk yang dibagikan bisa diakses secara bebas oleh semua orang yang menggunakan media sosial tersebut.

Ya, strategi pemasaran kini berubah. Kini visual marketing tak hanya mengandalkan media publikasi konvensional. Orang-orang menggunakan media sosial untuk mendongkrak omzet mereka.

Seorang pengusaha, penulis, dan pembicara publik asal Amerika Serikat, Seth Godin mengatakan, perhatian dan kepercayaan adalah dua elemen paling berharga dari ekonomi kita ke depan. Pertanyaannya, bagaimana agar konten yang dibagikan itu mendapat perhatian dan pemasar mendapat kepercayaan?

Jadilah yang menarik perhatian

Content is a king. 'Bermainlah' dengan konten dan caption yang menarik di media sosial. Buatlah konten visual (foto, grafis, video) yang memikat, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk visual, dan informasi visual jauh lebih ‘lengket’ daripada konten jenis lain.

Kekuatan visual akan membuat pemasaran menjadi lebih kuat, lebih berkesan, dan dapat mengubah hal-hal tak berwujud menjadi sesuatu yang konkret, serta membantu pelanggan membayangkan pesan dan mem-branding produk kita di alam pikiran mereka.

Sudah banyak akun media sosial yang dibuat untuk memasarkan produk. Namun di antara akun-akun itu, hanya sedikit yang berhasil meningkatkan penjualan produknya. Apa yang kita lihat berulang kali menunjukkan bahwa seseorang atau organisasi yang berhasil adalah mereka yang menjadikan setiap kontennya adalah raja. Mereka menaruh perhatian serius pada setiap konten yang dibagikannya.

Selain membuat visual yang menarik, caption juga memegang peranan penting. Fred S.Parrish dalam bukunya “Photojournalism: An Introduction” menjabarkan bahwa caption membantu mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar, membingungkan, atau tidak jelas.

Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui konten visual dan platform media sosial menyediakan ruang untuk melengkapi kekurangan itu. Ruang itu disebut caption yang bisa dimanfaatkan untuk menuliskan deskripsi, daya tarik, bahkan kelebihan produk.

Setiap informasi yang detail akan membuat konsumen menyadari keunggulan produk kita dibandingkan kompetitor. Misalnya saat berjualan produk elektronik, kita bisa menuliskan di caption bahwa produk tersebut memiliki usia baterai lebih lama dibanding produk lain. Hal seperti ini tentu saja tidak bisa dilihat melalui foto, bukan?

Bangun Kepercayaan dan Jadilah yang Diinginkan Banyak Orang 

Mereka yang tidak bisa menarik perhatian, akan dilewatkan begitu saja. Alternatifnya, gunakan platform media sosial yang memasarkan dengan sisi manusia kita sebagai makhluk sosial. Selalu ramah dan rendah hatilah saat berinteraksi dengan pelanggan. Bertindaklah dengan cara membantu pelanggan mencapai impian, tujuan, dan keinginan mereka.

Kita tahu, sulit untuk menebarkan kepercayaan dalam media sosial. Terlebih kepada orang-orang yang baru dikenal. Tetapi ketika kita dapat membuatnya percaya dan membuat akun media sosial kita menjadi seperti yang mereka inginkan, mereka akan berkata, “Akun ini berbeda.”

Setiap pelanggan tentu akan menuntut kita membuat sesuatu yang istimewa. Ketika satu orang pelanggan sudah percaya, maka dia akan berbagi pengalamannya dan merekomendasikan akun kita, sehingga pelanggan baru akan mudah menemukan produk kita. Bukankah tidak ada yang dapat memengaruhi orang lebih baik dari rekomendasi seorang teman terpercaya?*



*quote dari pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.



artikel ini ditayangkan pertama kali di inilah koran

Tentang Tujuan Hidup

Perahu Nelayan (Dok. Pradirwan)
Pradirwan - Perahu nelayan akan baik-baik saja, kalau hanya bersandar di dermaga. Tapi bukan untuk itu perahu nelayan ini dibuat, melainkan untuk digunakan berjuang meraih tujuan.

Demikian juga manusia.

Lalu, apa tujuan hidup manusia?

Pertanyaan yang sangat fundamental ini menyangkut aspek filosofis dan praktis. Para filsuf memikirkannya. Orang biasa pun menggumulkannya. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa hidup memiliki tujuan?

Belajar dari banyak hal yang aku temui hingga saat ini, membuatku banyak berpikir tentang hidup. Hal pertama yang sangat menarik perhatianku adalah kompleksitas dan keteraturan alam semesta maupun tubuh kita.

Semua anggota tata surya bergerak dengan pola yang teratur. Dibutuhkan kesesuaian dengan hukum alam yang begitu kompleks untuk memiliki alam semesta seperti sekarang ini. Begitu pula dengan tubuh kita. Perkembangan ilmu biomolekuler menunjukkan bahwa DNA manusia jauh lebih kompleks daripada yang dipikirkan oleh banyak orang. Bukan hanya ada struktur yang jelas dan rumit, tetapi juga mengandung semacam informasi di dalamnya.

Semua yang rumit dan teratur itu pasti menyiratkan sebuah tujuan. Kerumitan tanpa keteraturan adalah kekacauan. Sedangkan, keteraturan tanpa kerumitan mungkin cuma hasil peristiwa yang dianggap biasa saja, lumrah, dan tak berarti apa-apa.

Hal kedua yang menyiratkan tujuan hidup adalah pencarian nilai hidup. Semua orang ingin hidupnya bermakna. Nah, makna ini dipengaruhi oleh tujuan yang diyakini oleh orang tersebut. Segala sesuatu yang dianggap tidak selaras atau mendukung pencapaian tujuan tersebut akan dianggap kurang bernilai. Begitu pula dengan sebaliknya. Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan itu dipandang bernilai.

Tanpa kesadaran tentang tujuan hidup, seseorang akan merasa hidupnya kurang bernilai. Apalah artinya seorang manusia di antara miliaran yang pernah ada di bumi? Apalah artinya seorang manusia di tengah-tengah alam semesta yang sedemikian besar?

Pada akhirnya, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat.

"Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz Dzariat: 56)

Hampir semua orang memikirkan kebahagiaan sebagai tujuan hidup. Manusia ada untuk menikmati kebahagiaan. Begitu kira-kira, pemikiran mereka pada umumnya.

Persoalannya, manusia seringkali tidak memahami kebahagiaan. Mereka juga tidak mengetahui bagaimana mencari kebahagiaan. Atau, benarkah kebahagiaan perlu dicari? Mungkinkah kebahagiaan merupakan konsekuensi (hasil) dari mencari yang lain?

Realita hidup mengungkapkan bahwa hal-hal yang non-material membawa kepuasan yang lebih daripada hal-hal yang material. Beragam survei menunjukkan bahwa manusia mendapatkan kepuasan yang lebih pada saat mereka membagi apa yang mereka miliki dengan orang lain daripada menggunakannya untuk diri sendiri. Menghamburkan uang untuk diri sendiri hanya membawa kesenangan. Membaginya dengan orang lain mendatangkan kepuasan.

Banyak orang juga menyetujui bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang dimiliki oleh seseorang, tetapi seberapa banyak orang itu bisa mengapresiasi apa yang dia miliki. Ada orang kaya yang tidak berbahagia karena selalu merasa kurang. Sebaliknya, ada orang yang hidup sederhana namun bahagia.

Apa yang aku catat di atas semoga dapat menuntun kita untuk memahami tujuan hidup yang sesungguhnya. Bahwa apa yang sering ditawarkan oleh dunia sebagai tujuan hidup atau kebahagiaan hidup ternyata tidak esensial, apalagi fundamental. Semua hanya di permukaan belaka (superfisial). Tidak heran, semakin besar upaya mereka untuk memperoleh kebahagiaan, semakin besar kekecewaan mereka.

Pada akhirnya, kesuksesan sejati bagiku adalah nasib baik yang didapat dari penetapan cita-cita, keringat, dan inspirasi.

Semoga bermanfaat.

Pradirwan
Bandung, 15 Mei 2019

sumber : https://www.instagram.com/p/BxfBX9mhs-n/
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes