BREAKING NEWS

Mendung di Jatiluhur

Semoga langit mendung ini bukan pertanda duka. Karena di bumi ada hati yang patah.

Mendung di Jatiluhur Purwakarta
Mendung di Jatiluhur Purwakarta 


Pradirwan - Tempat ini indah. Mungkin itulah yang muda-mudi itu rasakan saat duduk menghadap tepian Waduk Jatiluhur, Purwakarta.

Mereka betah berlama-lama duduk di tempat itu meski mendung menggelayuti senja. Angin sepoi menyapa kumpulan eceng gondok dan bebatuan besar di salah satu sisi waduk, sebelum akhirnya menyentuh kulitnya.

Sementara di seberang, nampak gunung berjejer mengelilingi waduk terbesar di Indonesia ini. Tempat ini memang nyaman untuk menikmati senja. Menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah mereka. Entah apa yang mereka pikirkan, keduanya hanya terdiam. Duduk melamun. Membiarkan pikiran masing-masing melayang jauh tak menentu.

Pemuda itu akhirnya bersuara.

"Aku akan melanjutkan studiku ke Jepang. Aku harap kamu bisa menerima keputusanku ini," ucapnya lirih.

Cewek di samping pemuda itu menoleh. Ia seakan tak percaya yang diucapkan kekasihnya. Kata-kata yang diucapkan ditengah perdebatan batinnya antara rela dan tidak rela akan kepergiannya ke Jepang.

"Bukan maksudku untuk meninggalkanmu dengan begitu saja. Tapi aku mohon mengertilah dan terima keputusanku ini."

Begitu hati-hati dan pelan pemuda itu mengucapkan kata-kata itu. Tapi tidak begitu bagi ceweknya. Kata-kata itu menyelinap masuk begitu saja ke setiap memori otaknya. Ingin rasanya ia meminta untuk mengulangi perkataan itu sekali lagi. Tapi apa daya. Bayangan perpisahan mencekat perasaannya. Hati memang tak bisa dibohongi. Baginya, rencana itu membuyarkan kebahagiaannya.

"Jangan menyakiti perasaanmu sendiri. Katakan apa yang ingin kamu katakan," imbuhnya sambil menatap wanitanya.

Genangan air matanya mulai tumpah. Ia tak sanggup lagi menahan gejolak perasaannya.

"Menangislah jika kamu ingin menangis. Menangislah jika itu membuatmu tenang. Tapi ingat, kamu hanya boleh menangisi yang memang layak untuk kamu tangisi. Air matamu itu sangat berharga."

"Tolong, antarkan aku pulang!"

Cewek itu berdiri. Tatapannya memandang jauh ke Bendungan yang mulai dibangun 1957 oleh kontraktor asal Prancis Compagnie française d'entreprise itu. Pikirannya melayang jauh. Seolah ia ingin setegar bendungan itu untuk membendung rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.

Kekasihnya akan pergi, meninggalkannya dan kota kecil itu. Juga kenangan. Bayangan rindu yang terpisah ribuan kilo meter mulai menghantuinya. Bukankah rindu yang terpisah jarak itu sungguh menyiksa?

Baginya, yang ia butuhkan saat itu hanya ingin segera pulang dan mengunci diri di dalam kamar. Membenamkan wajahnya yang memerah penuh air mata dengan bantal. Menangis sejadi-jadinya. Karena itu yang bisa membuatnya tenang, setidaknya untuk saat itu.

Sudah dua tahun ini, kedua sejoli ini bersama. Menyusuri setiap sudut kota kecil itu dan merangkai kisah demi kisah.

Pemuda itu pun berdiri dan melangkah ke sepeda motornya. Dingin. Tanpa kata-kata. Tak berapa lama, motor 125 cc itu pun menyala. Keduanya berlalu meninggalkan tempat itu. Mereka tak peduli dengan puluhan pasang mata yang tengah memandanginya. Sebuah keadaan yang membuat mereka menjadi sangat asing.

Gerimis mulai membasahi bumi. Rintiknya menerpa wajah wanita itu. Semakin lama kian deras.

Di sepanjang jalan yang berkelok-kelok itu tak ada percakapan berarti. Semua tenggelam dengan pikirannya masing-masing.

Niatan kekasihnya melanjutkan studi ke Jepang menyisakan kebimbangan. Apakah ia tak rela? Atau mungkin hatinya rela namun masih belum siap? Kenapa ini terasa terlalu mendadak? Sebenarnya apa yang terjadi dengang kekasihnya itu? Berbagai perasaan dan pertanyaan itu berkecamuk dalam benaknya.

Ia percaya jika kekasihnya tidak akan meninggalkan dirinya sepenuhnya. Hati mereka akan tetap dekat walaupun raganya terpisah jauh. Namun ia merasa gamang.

Selayaknya perpisahan, selalu ada yang hilang, tak lengkap, dan membuat hidupnya menjadi tak nyaman nantinya.

Bahwa pada setiap perpisahan, pasti meninggalkan bekas yang tidak akan sembuh dalam waktu dekat. Biar bagaimanapun, tidak ada yang akan baik-baik saja tentang sebuah perpisahan.


Beberapa menit kemudian, Pemuda itu mengajaknya berhenti di sebuah pasar malam yang sedang digelar di taman salah satu balai desa.

"Kamu tunggu disini sebentar ya!“ ucapnya usai memarkirkan kendaraannya. Sejenak wanita itu tersentak dari lamunannya seraya mengangguk pelan. Tangisnya telah lama reda. Pemuda itupun berlalu.

Wanita itu memandangi sekelilingnya. Kerlap-kerlip lampu hias dan aneka jajanan berjejer. Di tengah taman, berbagai wahana bermain anak-anak, dengan disoroti lampu aneka warna untuk menarik pengunjung.

Gelak tawa dari gerombolan remaja putri menggema dalam telinganya. Sesekali, suara rengekan balita yang memaksa ibunya agar diijinkan main di wahana itu terdengar, bercampur dengan alunan musik.

Rengekan itu membuatnya tersenyum. Ia teringat dirinya beberapa saat lalu pun menangis, seperti balita itu. Anak itu memang sama menangisnya sepertinya. Tapi dia menangis pada ibunya. Sudah pasti ibunya akan menuruti keinginan anak itu lalu ia bisa menaiki wahana. Tangis yang nyelengking suaranya itu akan berganti dengan tawa mengembang nantinya.

"Nasibnya mungkin lebih baik dariku," gumamnya.

Tangis anak itu begitu polos. Dia belum merasakan ketika perjalanan hidup dihadang permasalahan. Dihadapkan dalam kenyataan dan pilihan.

Tapi ia adalah gadis yang sudah tumbuh berkembang. Sebentar lagi umurnya beranjak 18 tahun. Masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Tapi apa ia sanggup? Apakah ia siap?

Bulir bening kembali menetes di kedua pipinya. Ia mengingat masa-masa saat berkenalan dengan pemuda itu. Ia menyadari, ada banyak pelajaran hidup yang ia peroleh sejak berkenalan dengan pemuda itu. Caranya membahagiakan keluarganya, mengelola waktu, termasuk caranya meraih mimpi-mimpinya.

“Hai, kok melamun?"

“Aku masih belum ikhlas kamu harus pergi secepat ini?”

“Aku sudah pernah bercerita kalau aku akan menempuh pendidikan di luar negeri. Aku ingin kuliah dan bekerja di sana. Kamu paham kan, kalau biaya hidup di sana tidak murah?”

“Ya, tapi aku tidak pernah berpikir secepat ini. Dua tahun lalu sejak kamu hadir, hidupku menjadi utuh. Kamu selalu ada untukku. Kalau kamu pergi, apakah aku sanggup?”

“Kamu pasti sanggup. Anggap saja ini ujian hidup yang harus kita lalui. Ingat ya, bukan jarak yang menjadi masalah untuk bisa bersama. Tetapi rasa ego yang tak dapat dikendalikan.”


Pada akhirnya, wanita itupun menyerah. Ia menyadari, perpisahan sementara ini adalah awal kisah baru yang akan lebih indah dari sebelumnya. Semoga. (*)


Pradirwan,
Bandung, 17 Januari 2020

*cerita ini fiksi belaka, semoga terhibur.

Cerpen lainnya:

Sepotong Bahagia Sisa Semalam


Mentari Senja (ilustrasi) Puisi Sepotong Bahagia Sisa Semalam (Pradirwan)
Ilustrasi: Mentari Senja (Pradirwan) 


Sepotong bahagia sisa semalam
Meriuh tawa pada gelas kaca
Mengusir senyap
Bayangmu pun lindap

Aku berteduh
Pada peluh meluruh
Gemuruh hujanku reda, badaiku pun usai
Tersisa lengkung senyum yang terjuntai

Kelak akan tiba masanya
Keakraban hanya sebatas kata
Dingin, sehening senja
Lalu, akan kupastikan
Sesalmu adalah kesia-siaan
Dalam ceruk persembunyian


Pradirwan
Bandung, 11 Agustus 2020

Setelah Kepergian dan Cinta yang Tak Pernah Tamat

Setelah Kepergian dan Cinta yang Tak Pernah Tamat
Review Buku "Setelah Kepergian" (2021) Karya Opick Setiawan


"Sakit paling pilu adalah kehilangan, namun rindu tak bertepi merupakan siksa paling manis."*


Pradirwan - Kalimat puitis itu menjadi pembuka babak novel "Setelah Kepergian" karya Opick Setiawan. Dari judulnya, aku menduga buku ketiga Opick ini akan membawa pembaca ke cerita sedih penuh drama yang mengharu biru. Namun nyatanya aku dibuatnya terkejut.

Memang ada bagian dalam ceritanya yang mengarah ke sana. Itupun tak banyak. 

"Setiap helai jiwa mungkin perlu menghadapi patah hati. Sesakitnya rasa, setidaknya ia bisa pulang pada dirinya sendiri. Agar paham arti kehilangan."*

Secara keseluruhan, setiap kalimat yang tersaji dalam buku ini sukses membuatku menyelesaikan membaca dalam satu hari saja. Dengan gaya bahasa yang  sederhana dan cenderung nyastra khas Opick Setiawan, aku begitu menikmati setiap kata dan terhanyut dalam ceritanya. Meminjam kalimatnya di halaman 44, "Mungkin aku telah sampai pada relungnya makna jatuh cinta."*

Tak hanya itu, penggambaran tokohnya pun cukup kuat. Apalagi pas adegan Agha merayu Dista. Aku dibuatnya tersenyum-senyum sendiri. "Waktu serupa denganmu, hadir dengan apa adanya. Bedanya, kamu sempurna dan selalu menyisakan rindu."*

Meleleh nggak, sih? 

Novel setebal 160 halaman ini bercerita tentang Muhammad Idlan Nuragha, pemuda asal Jayapura, Papua. Agha, nama panggilan sang pemuda itu, baru saja kehilangan orang yang dicintainya. Ibunya meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di rumah sakit selama berbulan-bulan.  

Enam bulan setelah kepergian ibunya, Agha masih merasakan duka itu. Hingga takdir mengubah jalan hidupnya. Namanya tercantum dalam pengumuman Ujian Saringan Masuk (USM) Program Diploma 1 Pajak Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN, sekarang bernama PKN-STAN) di Balai Diklat Keuangan (BDK) Cimahi, Jawa Barat. 

Di tempat pendidikan inilah kejutan dan harapan baru itu muncul. "Bila ini adalah waktunya, aku siap. Entah mendampingi hatimu kelak, atau hanya terlupa bersama sang waktu, aku pasrahkan padamu."*

***

"Setelah Kepergianini sukses membawaku pada kenangan masa lalu saat mengenyam pendidikan di BDK Cimahi. Ya, sama seperti Agha, aku juga alumni BDK Cimahi

Barangkali inilah yang membuat kisah dalam buku ini menjadi sangat menarik bagiku. Sependek pengetahuanku, sepertinya baru Opick saja penulis yang menceritakan hari-hari di BDK Cimahi dalam sebuah novel. 

Ada pesan yang sangat kuat dalam buku ini. Bahwa lebih baik pernah mencoba lalu gagal daripada tidak pernah sama sekali. Mungkin saja ide cerita Opick terinspirasi quote terkenal Alfred Lord Tennyson, "Better to have loved and lost, than to have never loved at all."

Opick seolah ingin menyampaikan, "Jangan terlalu takut kehilangan sesuatu, sehingga kita tidak pernah mencoba untuk mendapatkannya sejak awal. Untuk mengetahui cara itu berhasil atau tidak adalah dengan mencobanya."

Terlepas benar atau tidaknya dugaan itu, jika Anda ingin mendapatkan cerita ringan, romantis, persahabatan, cinta, keluarga, dan ingin mengenal keseharian mahasiswa BDK Cimahi, maka buku ini dapat Anda jadikan salah satu referensi.

Selain itu, tak banyak nama pegawai yang kukenal produktif menulis, khususnya di Kanwil DJP Jawa Barat I. Tak main-main, Opick berhasil menerbitkan tiga buku dalam kurun waktu kurang dari setahun. Bukankah ini pencapaian yang luar biasa bagi seorang pegawai?

***

Tiga Buku Karya Opick Setiawan
Tiga Buku Karya Opick Setiawan

Hari ini, 6 Agustus 2021, tepat setahun Opick menerbitkan buku perdananya, "Jejak Lalu". Bagiku, buku itu berisi Pesan Cinta tentang Jayapura. Kesimpulan ini sebagaimana yang Opick tulis dalam beranda Facebook-nya:

"Bilamana rindu itu belum berlalu, izinkan saya untuk mendekap hangat dengan beberapa cerita hati melalui "Jejak Lalu", buku pertama yang terlahir dengan melibatkan rasa yang menguras rindu, bahagia, sedih, resah, serta hal-hal yang menyertainya. Akan kenangan-kenangan yang terlihat, terdengar, hingga yang terasa. Tentang Jayapura, tentang laut, bukit, langit biru, hingga dalamnya makna persahabatan.⁣⁣"

Begitulah Opick mengesankan 'kelahiran' buku perdananya kala itu. Tak perlu menunggu lama, dalam tahun yang sama (2020), ia pun meluncurkan buku keduanya yang berjudul "Ada Musik di Sekolah". Buku ini menjadi sekuel "Jejak Lalu".

Novel "Setelah Kepergian" ini pun seperti sekuel dua buku sebelumnya. Opick memang tak bisa jauh dari latar Jayapura. Meski begitu, membaca ketiga buku ini seperti menyelami penggalan cerita nyata penulisnya. 

Terakhir, aku berharap kecintaan Opick menuangkan ide menulisnya tak pernah tamat dengan melahirkan buku-buku lainnya yang jauh lebih luar biasa lagi. Karena aku percaya, mereka yang berkarya akan terus hidup bersama dengan karya-karyanya. Tabik.

Pradirwan, 6 Agustus 2021

*dari buku "Setelah Kepergian"

***

Judul buku: Setelah Kepergian
Pengarang: Opick Setiawan
ISBN: 978-623-320-287-9
Jumlah halaman: 160 halaman
Dimensi: 14 cm x 20 cm
Penerbit: Haura Publishing, Sukabumi
Cetakan Pertama:  Mei 2021

Untuk pemesanan buku (PO) silakan mengisi tautan http://bit.ly/Setelah_Kepergian⁣ atau menghubungi via WA ke nomor 081910107065. ⁣

Rumus Excel Ubah Angka menjadi Terbilang dalam Bahasa Indonesia

Rumus Excel Ubah Angka menjadi Terbilang dalam Bahasa Indonesia

Pradirwan
- Dalam pekerjaan sehari-hari, terkadang kita membutuhkan rumus-rumus tertentu untuk menuliskan angka menjadi terbilang. Misalnya angka "1.203.456" ingin kita ubah menjadi teks "satu juta dua ratus tiga ribu empat ratus lima puluh enam".

Pada kasus yang sering saya alami, penulisan terbilang ini terjadi saat akan membuat nota penghitungan (nothit) atau surat ketetapan yang memunculkan sejumlah nilai uang yang harus dibayarkan. Kasus lain penulisan angka dan terbilang ini biasanya terjadi dalam pembuatan kuitansi pembayaran.

Jika hanya satu atau dua kuitansi, mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun jika ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan, maka mengetik secara manual tentu akan melelahkan. Belum lagi ada risiko salah ketik (typo) dan lain sebagainya yang nantinya akan menjadi masalah di kemudian hari.

Hadirnya Microsoft Excel salah satunya untuk mengatasi masalah seperti ini sehingga pekerjaan kita tidak banyak menyita waktu dan meminimalisasi kesalahan. Jika bisa kita permudah kenapa tidak?

Secara default, Microsoft Excel tidak menyediakan rumus ataupun fungsi untuk mengubah angka menjadi terbilang dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Meskipun demikian bukan berarti itu mustahil. Caranya dengan menambahkan Add-In Fungsi Terbilang.

Cara Memasang Add-Ins Fungsi Terbilang Microsoft Excel

Cara ini khusus bagi Anda yang komputer atau laptopnya belum ter-install add in. Biasanya muncul error #NAME dalam cell yang kita input rumus fungsi terbilang. Hal ini saya alami kemarin ketika menggunakan laptop yang baru saja diinstall ulang.

Langkah pertama adalah men-download Add-In Fungsi Terbilang Microsoft Excel (klik di sini)

Selanjutnya lakukan pemasangan Add-In tersebut dengan cara:

Buka Microsoft Excel Anda,lalu klik menu File


Klik Options.


Pilih Add-Ins dan klik Go



Pilih Browse..., kemudian pilih file dengan nama "terbilang.xlam" di tempat Anda men-download tadi, kemudian klik tombol OK.


Selesai.

Sekarang Anda sudah berhasil melakukan instalasi Add-In terbilang excel. Untuk memastikan bahwa fungsi terbilang excel Anda sudah aktif, silahkan ulangi langkah di atas, hingga tampilan menu pada Excel Anda seperti pada gambar di bawah ini:





Cara Mengubah Angka menjadi Terbilang

Pada catatan ini akan dijelaskan cara membuat angka terbilang menggunakan rumus Excel, menambahkan teks "rupiah" pada rumus terbilang, cara mengubah kapitalisasi huruf, serta cara menggunakan rumus terbilang pada bilangan desimal dengan angka di belakang koma.

1. Rumus Excel "terbilang" 

Ketik rumus berikut di cell tujuan "=terbilang(cell angka)". Misalnya cell angka adalah A2, ketikkan angka yang akan kita ubah. Contoh 2012345678900. lalu ketikkan rumus "=terbilang(cell angka)" di cell tujuan (misalnya B2). Maka hasilnya akan nampak seperti berikut:

2. Rumus Ubah Huruf Kapital

Dengan sedikit menambahkan rumus fungsi sebelum kata terbilang, kita bisa mendapatkan variasi karakter huruf. Fungsi tersebut yaitu UPPER (kapital semua), LOWER (huruf kecil semua), dan PROPER (hanya huruf pertama yang kapital).  Maka hasilnya akan nampak seperti berikut ini:


3. Rumus Terbilang Ditambah Kata Rupiah

Untuk menambahkan teks rupiah pada akhir rumus terbilang. Caranya dengan menggunakan operator ampersand (&) sehingga rumusnya menjadi =terbilang(cell angka)&" rupiah". Dengan cara yang sama dengan poin dua, maka hasilnya akan nampak seperti ini:


4. Rumus Terbilang untuk Angka Desimal

Rumus-rumus yang sudah disebut pada tiga poin sebelumnya ternyata tak berlaku untuk bilangan desimal (angka di belakang koma). Sistem hanya membaca angka-angka yang di depan koma saja. Padahal sekali waktu kita perlu juga menampilkan angka dibelakang koma ini dengan teks (terbilang). 

Salah satu solusinya, kita harus memisah-misah angka desimal tersebut menjadi dua bagian utama, angka di depan dan di belakang koma. 

Dengan cara ini, angka di belakang koma dapat kita atur. Misalnya membulatkan angka ke dua digit atau dua angka di belakang koma.

Microsoft Excel telah menyediakan beberapa fungsi atau rumus excel yang bisa kita gunakan untuk kebutuhan membulatkan bilangan desimal ini. Fungsi excel dimaksud antara lain fungsi ROUND (membulatkan angka desimal baik ke atas atau ke bawah), ROUNDDOWN (membulatkan angka desimal ke bawah), dan ROUNDUP (membulatkan angka desimal ke atas).

Rumus fungsi ROUND, ROUNDDOWN, dan ROUNDUP menggunakan pola "=fungsi(cell angka;jumlah digit)" sehingga:

=ROUND(cell angka;jumlah digit)
=ROUNDDOWN(cell angka;jumlah digit)
=ROUNDUP(cell angka;jumlah digit)

Perhatikan tabel di bawah untuk melihat contoh pengaplikasian fungsi-fungsi tersebut membentuk terbilang untuk angka desimal.


10^2 dimaksudkan untuk mengambil 2 angka dibelakang koma. Jika yang dikehendaki 3 angka koma pakai 10^3.

Tentang Busur dan Panah Jakarta Khusus

Buku Busur dan Panah (sumber: FB Dewi Damayanti)

"Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri." (JK Rowling)

Pradirwan - Barangkali tak ada yang lebih membanggakan bagi seorang penulis selain karyanya dibukukan. Salah satunya adalah karya rekan-rekan di Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus. Beberapa waktu lalu, mereka meluncurkan buku “Busur: Meramu untuk Maju”dan “Panah: Cerita untuk Kita” secara daring di Jakarta, Selasa (27/7/2021).

Buku Busur dan Panah merupakan kumpulan buah pikiran pegawai Kanwil DJP Jakarta Khusus berupa opini dan feature. Para pegawai ini memiliki talenta dan minat dalam menulis yang bergabung dalam kegiatan Jakarta Khusus Menulis.

Salah seorang penulisnya Dewi Damayanti menuturkan, Busur tanpa Panah takkan berarti apa-apa. Sebaliknya Panah tanpa Busur, takkan sampai ke mana-mana.

Buku Busur adalah kumpulan opini. Ini terinspirasi dari fungsi busur itu sendiri yang digunakan sebagai alat untuk melesatkan anak panah. 

"Di tangan atlet yang baik, akan mengarahkan anak panah menuju sasaran yang ditetapkan. Busurlah yang akan memberikan dorongan yang kuat dan tepat, agar panah melesat sampai ke tujuan," ungkap Dewi yang juga menjadi tim penyunting buku ini.

Karakteristik tugas pokok dan fungsi Kanwil DJP Jakarta Khusus memang memiliki kekhasannya sendiri. Ada regulasi-regulasi khusus yang memang tidak ditemukan di Kanwil DJP lainnya. Karakter khusus inilah yang menjadi daya tarik buku ini. "Buku ini akan membuka cakrawala bagi pembacanya," ujar Dewi.

Sedang Panah adalah tulisan feature, tulisan ringan berisi kisah keseharian para penulisnya terkait situasi yang mereka hadapi. Pandemi telah mengubah pola kerja, interaksi, dan strategi. Kesedihan, keprihatinan, dan upaya untuk menyeimbangkan diri terjalin dan menghasilkan tekad serta semangat baru.

Dewi meyakini, ketika menelusuri satu demi satu kisah dalam Panah ini, banyak hikmah yang bisa dipetik pembaca. Buku setebal 164 halaman ini diharapkan akan menjadi cermin yang merefleksikan kisah penulis dengan pembacanya.

Ibarat Panah, ia akan terbang cepat mengenai sasaran setelah melekat pada Busur. Untuk mencapai sasaran itu, Panah akan ditarik mundur, kemudian diarahkan ke sasaran, sebelum akhirnya dilepaskan. Demikian pula kita dalam menghadapi pandemi. "Kita pun harus berusaha tenang dan mundur sejenak sebelum berlari cepat dalam menyesuaikan diri di masa pandemi ini," jelas Dewi.

Sementara itu tim penyunting buku tersebut, Johana L. Wibowo menuturkan, jika dihitung ke belakang, pembuatan kedua buku ini memakan waktu kurang lebih sembilan bulan. Prosesnya dimulai dari rapat perencanaan, lokakarya/pelatihan menulis, pengumpulaan karya, hingga penyuntingan.

Menurutnya, rangkaian proses tersebut membutuhkan upaya luar biasa. "Tidak gampang, 'memaksa' rekan-rekan menggoreskan ide, gagasan, dan ceritanya ke dalam sebuah tulisan. Apalagi, di tengah kesibukan mengejar realisasi penerimaan pajak, rekan-rekan menyisihkan sedikit waktunya merajut benang-benang ide, menyimpul potongan-potongan hikmah cerita," ungkapnya.

"Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Barangkali ungkapan itu yang pantas untuk mengapresiasi seluruhnya, tim penyusun, tidak terkecuali." pungkasnya.

Peluncuran dan Bedah Buku Busur dan Panah

"Verba volant scripta manent, apa yang terucap akan hilang, apa yang tertulis akan abadi," ungkap Fungsional Ahli Madya, Dendi Amrin saat membuka diskusi dalam bedah buku Busur dan Panah secara virtual, Selasa (27/07/2021).

Dalam acara tersebut, Kepala Kanwil DJP Jakarta Khusus Budi Susanto menaruh harapan dengan hadirnya kedua buku ini. “Mudah-mudahan penerimaan tercapai dan itu didukung para penulis muda kita yang memberikan warna dalam menjalankan pencapaian penerimaan,” ungkap Budi ketika ditanya apa latar belakang penerbitan buku itu.

Pada kesempatan itu, Budi menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tim penulis dan tim penyusun, yang di luar kerjaannya masih mampu memberikan semangat pegawai Kanwil DJP Jakarta Khusus dalam pencapaian penerimaan.

Kasubdit Pertukaran Informasi Perpajakan Internasional Sanityas Jukti Prawatyani menceritakan ihwal pembuatan kedua buku itu. Tyas yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang P2humas Kanwil DJP Jakarta Khusus itu memimpin proyek penyusunan buku tersebut. "Setiap menjabat di DJP, saya berusaha untuk meninggalkan jejak," ungkap Tyas, dikutip dari kontributor dan penyunting buku tersebut, Ahmad Dahlan.

Baca juga: Membedah Buku Mazda

"Buku Berkah 1 (yang bercerita tentang modernisasi di DJP), Buku Berkah 2 (bercerita ihwal badai kasus Gayus), Buku Jejak Pajak, dan Buku Jejak Amnesti, adalah jejak-jejak yang telah ditinggalkan Bu Tyas beberapa tempo silam. Dan kini, beliau telah meninggalkan jejaknya di Kanwil Jaksus berupa buku Busur dan Panah itu," tuturnya di beranda Facebook Ahmad Dahlan Jadi Dua.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti mengatakan pentingnya menulis. Pria yang akrab disapa Frans itu mencontohkan dua orang yang berkat tulisannya mereka menjadi "seseorang".

Pertama adalah Budiono, Wakil Presiden Indonesia 2009-2014 dan Menteri Keuangan di Kabinet Persatuan 2001-2004. Kala itu satu artikelnya di harian nasional Kompas dibaca Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, JB. Sumarlin. Sejak saat itu, Boediono mulai mengawali kariernya di pemerintahan dengan bergabung di Bappenas.

Kedua yaitu Yustinus Prastowo. Sebelum terkenal, Staf Khusus Bidang Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan itu pun pada awalnya menulis opini di Kompas.

"Makanya saya selalu meng-encourage teman-teman untuk senantiasa menulis tentang apa saja. Karena setiap orang itu unik. Punya pemikirannya masing-masing. Dan kalau dituangkan ke dalam tulisan, dari seratus persen pembaca pasti 5 sampai 20 persennya akan merasa itu sesuatu yang luar biasa. Dan bisa menjadi teladan atau inspirasi bagi yang membacanya," pesan Frans.

Menurut Frans, kedua buku tersebut (Busur dan Panah) mampu membingkai satu waktu: pandemi Covid-19. Ia menilai para penulis berhasil memotret kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah maupun kejadian-kejadian di tengah pandemi Covid-19.

Frans menambahkan, tulisan, apalagi dalam bentuk buku, merupakan catatan sejarah yang bisa menjadi sesuatu yang dibaca oleh generasi penerus. Kalau tidak dituliskan, akan hilang begitu saja. Begitu ditulis, dia akan menjadi sejarah, bahan bacaan, dan bahkan referensi jika pandemi terjadi lagi.

"Mari kita tinggalkan jejak-jejak dalam bentuk tulisan. Kita akan menikmati hasilnya beberapa tahun yang akan datang," lanjut pejabat yang sudah menerbitkan banyak buku itu.

Baca juga: Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN

Hal senada diungkap Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2humas) DJP Neilmaldrin Noor. Neil yang juga hadir dalam peluncuran buku tersebut mengatakan, buku itu merupakan hasil diskursus berbagai pihak terhadap situasi pandemi Covid-19. “Tentunya memicu pemerintah untuk menyusun berbagai kebijakan fiskal,” ujarnya.

Neil menambahkan, lewat buku para penulis telah membuktikan kepeduliannya untuk berperan dalam situasi yang memprihatinkan ini. “Para pegawai di lingkungan (Kanwil DJP) Jakarta Khusus masih mampu berpikir kritis dan menuangkan ide-ide berliannya ke dalam sebuah buku, di tengah-tengah kesibukannya menghimpun penerimaan negara,” ucap Neil.

Sementara itu, Staf Khusus Bidang Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo menyambut bangga. Menurut Yustinus, peluncuran kedua buku itu sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat.

Ia menilai, para penulis internal DJP itu berhasil mengangkat problem perpajakan -- yang mestinya sangat teknis dan tidak semua orang mengerti-- kemudian diabstraksi menjadi suatu cerita yang universal atau general. “Cara fiskus mengenali masalah, lalu memproblematisasi, menyodorkan alternatif solusi, ini yang menurut saya menarik,” lanjutnya.

Menurutnya, kedua buku ini mengubah persepsi publik yang mengatakan pajak itu ilmu kering atau tidak menarik. “Belum lagi terkait masih adanya citra negatif pada fiskus yang dianggap seperi robot, tidak punya hati atau perasaan, itu terkikis dari narasi-narasi dalam kedua buku ini,” imbuhnya.

“Tulisan itu adalah embodiment (perwujudan) apa yang ada di pikiran kita dan merupakan penumbuhan suatu gagasan. Kalau cara kita bicara ke publik seperti ini, apa yang ditulis, kalau dipraktikkan dalam ucapan keseharian, dengan wajib pajak, dengan masyarakat, akan lebih dahsyat. Ini pencapaian yang sangat luar biasa di Kanwil DJP Jakarta Khusus,” paparnya.

Di samping itu, ada beberapa masukan yang disampaikan Yustinus. "Kalau pun saya harus memberi masukan, itu karena saya lebih dulu telah menulis di media," ungkapnya.

Menurutnya, masukan yang pertama adalah gaya penulisan. "Ada satu dua tulisan yang perlu kita improve lagi supaya kita selaraskan dengan kebutuhan. Karena gaya akan menentukan cita rasa pembacanya," kata Yustinus.

Selain itu tentang diksi (pemilihan kata). Yustinus menyarankan agar tim penyusun buku mengelaborasi diksi dan perbendaharaan kosakata agar tulisan tidak monoton. "Maka rajinlah membuka KBBI dan Tesaurus Bahasa Indonesia," pungkasnya. (HP)


Referensi:

Beranda FB Dewi DamayantiAhmad Dahlan Jadi Dua, dan Johana 'Kakjo' L. WibowoAyoBandung.comMerdeka.com


Kedua buku ini, "Busur: Meramu untuk Maju"dan "Panah: Cerita untuk Kita" dapat diunduh di laman https://tinyurl.com/bukubusurpanah

***

BUSUR: MERAMU UNTUK MAJU

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab
Budi Susanto

Ketua
Sanityas Jukti Prawatyani

Sekretariat
Ainur Rasyid, Achmad Rizky Prayogo, Wijanarko Pristiyanto Putro, Hapsari Arum Kusumo, Zam Zam Mufid, Meilan Kurniati Gultom

Penulis
Gita Danet Siburian, dkk (Jakarta Khusus Menulis)

Desain dan Tata Letak
Yopi Fajar Candra Dinata, Rinaka Ikaprita Kurniaratih, Ridho Damara, Uzlifa Nafi’atul Masfufah,
Wisnu Purnomo Aji, M Rian Afriadi Buddyawan

Penyunting
Theresia Friska Sipayung, Yuliana Fariani, Johana Lanjar Wibowo, Dewi Damayanti, Ahmad Dahlan, Martiana Dharmawani Sipahutar, Lila Saraswaty, Dendi Amrin

Penerbit
Direktorat Jenderal Pajak
Jalan Gatot Subroto, Kav. 40-42, Jakarta 12190
Telp: (+62) 21 - 525 0208

ISBN 978-623-97203-0-8

Cetakan pertama, Juni 2021

***

PANAH: CERITA UNTUK KITA

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab
Budi Susanto

Ketua
Sanityas Jukti Prawatyani

Sekretariat
Ainur Rasyid, Achmad Rizky Prayogo, Wijanarko Pristiyanto Putro, Hapsari Arum Kusumo, Zam Zam Mufid, Meilan Kurniati Gultom

Penulis
Rinaka Ikaprita Kurniaratih, dkk (Jakarta Khusus Menulis)

Desain dan Tata Letak
Yopi Fajar Candra Dinata, Rinaka Ikaprita Kurniaratih, Ridho Damara, Uzlifa Nafi’atul Masfufah, Wisnu Purnomo Aji, M Rian Afriadi Buddyawan

Penyunting
Theresia Friska Sipayung, Yuliana Fariani, Johana Lanjar Wibowo, Dewi Damayanti, Ahmad Dahlan, Martiana Dharmawani Sipahutar, Lila Saraswaty, Dendi Amrin

Penerbit
Direktorat Jenderal Pajak
Jalan Gatot Subroto, Kav. 40-42, Jakarta 12190
Telp: (+62) 21 - 525 0208

ISBN 978-979-98041-9-8

Cetakan pertama, Juni 2021

Tak Ada yang Istimewa

 Sunset Pradirwan Tak ada yang istimewa


Dulu,

Pernah kau berkata, "Tunggu aku!"
Dan aku mau
Tidak peduli kau datang lagi
Atau selamanya pergi


Dulu,

Aku simpan setiap kenangan
dalam ingatan
Mengira semua istimewa


Lalu,

Sehabis hujan sebentar
Tubuh siapa yang lebih gemetar
Menahan cinta yang lapar?

Siapa yang lebih dulu menyerah?
Cinta yang patah
atau rindu yang menggerutu?


Nyatanya,

Sungguh ku rindu
Meskipun ku tahu
Tidak ada yang istimewa
dari rasa yang aku lahirkan sendiri


***

Pradirwan
Bandung, 3 Desember 2018

Aku Rindu, Dik

Puisi Pradirwan Aku Rindu, Dik
Aku Rindu, Dik (Pradirwan) 

 

Biar kujerang kata-kata ini, Dik
Menanaknya menjadi puisi
Rinduku membuncah hingga ke ubun-ubun
Berlumut dan membatu, mendamba temu

Dalam kekalutanku
Pisau waktu mengiris jiwaku
Memisahkan cemas dan pilu menanti sosokmu
Sabarku jatuh dari segala penjuru

Pelik ini tak kunjung rampung, Dik
Sementara gelap semakin membayang
Aku rindu pada yang mereka sebut pulang
Aku rindu pada yang mereka sebut tenang

Mentari yang jatuh di halaman rumahmu
Nyatanya tak mampu menyampaikan isyarat
Bahwa rasa ini telah mengiba sejauh-jauhnya
Hanya pasrah yang melesap ke dalam tanah

Sepasrah aku yang mendidih 
Dipanggang jarak dan waktu
Olehmu

***
Pradirwan
Bandung, 25 Juli 2020

Fragmen tentang Juli


Cerpen Cinta Fragmen tentang Juli - Pradirwan
Fragmen tentang Juli 


Pradirwan
- Pesawatku mendarat usai menyeberangi samudera berjam-jam. Perjalanan panjang ini sungguh melelahkan.

Aku menginjakkan kakiku di sebuah pulau yang subur. Gunung nampak kokoh menjulang. Ia berjubah awan putih. Sawah terhampar berundak. Burung-burung saling bermesraan di antara padi yang menguning. Sementara di bawah sana, aliran sungai meliuk-liuk. Gemericik airnya menentramkan hati.

Siang ini berjarak 36 hari dari suatu pagi, kala aku bertemu senyummu. Ini sungguh di luar dugaanku. Kita justru jauh lebih dekat dari sekadar saling mencuri pandang.

Jantungku berdegup kencang. Inikah saatnya, misteri yang kusimpan untukmu akan terkuak?

Ini adalah sebuah siang bermakna kala senyum yang engkau sulamkan tak lagi menghiraukan terik yang menghunjam wajahmu.

Senyummu pula yang memecah kebisuan saat setiap pertanyaan yang hendak kuajukan tercekat kelu saat di dekatmu.

"Bagaimana kabarmu, Don?"

Dua minggu lalu kudapati dirimu menabur senyum di halaman hati. Entah mengapa aku merasa tak berkutik. Maka saat senyum itu tumbuh menjadi cinta, kupetik lalu kutanam lagi dalam-dalam di taman sanubari.

Lantas selanjutnya apa? Apakah bisu adalah kata kerja? Aku pernah mendapati tanah bercerita tentang bunga yang berguguran mengecupnya. Apakah kau ingin mengecup misteriku juga?

Aku pun pernah mendengar kabar tentang persamaan hati dan hujan. Tahukah kau bahwa keduanya jatuh di tempat yang Tuhan kehendaki?

Selain persamaan itu, tahukah kau bahwa pernah ada hujan yang jatuh bertubi-tubi. Deras sekali. Hingga setiap tetesnya melapukkan kayu yang terpendam bisu.

Pasti akan menjadi hari yang sangat menyebalkan, jika tahu dirimu adalah bagian dari hujan tersebut dan aku adalah kayu malang yang kau jatuhi itu.

Jika percakapan ini datang, sudikah kiranya dirimu memberi kasih yang kuminta? Atau andai hatimu telah membeku, maka aku akan mengadu kepada kemarau, agar ia segera mencair di sanubarimu, lalu kita ukir kembali cinta itu?

*

Dear, Juli.

Ini masih tentang siang itu. Kala sinar teriknya menghunjam wajahmu tanpa toleransi.

Kulihat kau memandangku dengan tiga garis di keningmu yang membentang heran. Mungkinkah lagi-lagi segala tanyaku penyebabnya? Ataukah ada hal lain yang memenuhi pikiranmu? Adakah sepenggal kalimat yang hendak kau ucap untukku?

Aku tahu kamu ragu. Aku merasakan bahwa sesekali diammu dan garis-garis di keningmu menjelaskan itu. Sorot matamu pun menguatkan hal yang sama.

Seketika aku dibuat gugup. Aku membayangkan jawabmu itu akan mengetuk jantungku. Lalu mengaduk-aduk perasaanku lagi.

"Aku tak bisa, Don."

Benar saja dugaanku. Tapi kenapa? Lagi-lagi aku dibuatnya penasaran. Hingga kau tak lagi bisa mengelak.

"Aku ragu, Don."

Kita beradu pandang. Ada sendu yang berpijar redup di kedua bola matanya yang pekat.

Pada intinya, dari perkataanmu itu, kita akan menjadi sepasang manusia yang akan terpisah jauh oleh jarak. Bahkan di saat kita belum tahu-menahu misteri masa depan yang kita punya masing-masing.

Apakah benar sampai jumpa lagi atau selamat tinggal adalah dua kosakata baru yang salah satunya akan mengisi kamus rumitnya kisah kita?

Karena mungkin saja kita nanti terpisah jarak, tetapi setelah berpisah, akan ada hal apa lagi?

Tapi biarlah. Jika sudah bulat tekadmu itu maka beri aku satu janji dari senyum yang diapit lesung pipimu itu. Selanjutnya "berpisah" akan kuanggap sebagai kata perintah, tapi dengan catatan itu hanya sementara saja.

**

Hai, Juli.

Suatu malam yang berjarak 14 hari sejak kudapati senyummu, aku membawakan setumpuk puisi yang sulit dirimu, bahkan diriku untuk tafsir sendiri. Gelisah, gundah, atau resah bercampur di dalamnya.

Hanya satu kepastian, setiap rindu yang kutuliskan itu adalah tentangmu. Kini kumengerti, nyatanya jarak terjauh sebuah rindu adalah tak berada di langit yang sama.

Tapi, Juli.

Bukankah kamu pernah berkata, kamu merindukan puisi-puisiku yang kukirim sebelum tidur malammu?

Kukira dengan mengirimimu puisi dan menyebut namamu setiap malam, sayap-sayap doa akan terbang menembusi langit, lalu kita akan menjadi utuh. Tak kusangka, kau malah patahkan sayap-sayap itu.

Saat dua pasang bola mata bertemu, ada yang berbeda dari senyummu yang pernah kudapati dalam bentuk anugerah.

Malang sekali, senyummu yang mulanya kukira hanya untukku itu ternyata sudah terbagi. Aku melihatmu bersamanya.

Tahukah kau, Juli...

Dalam setiap kepergian ada sunyi.

Meredam suka menggugah sepi.

Namun, sebelum darahku membeku dan nadiku terhenti.

Aku ingin memeluk dan tidur di pangkuanmu, meski hanya sekali.


***

Senja, sehari usai malam itu. Aku telah tiba kembali ke kotaku. Di ujung cakrawala mentari bersandar. Bias cahaya jingganya lembut mewarnai langit barat.

Baru kusadari, bias cahaya itu telah mengubah wajah kota ini menjadi sebuah fenomena: tentang perubahan sebuah lukisan realis yang tanpa ada satu garispun melenceng, menjadi sebuah siluet bangunan dengan jejeran gedung berlatar langit senja. Sungguh indah.

Aku tengah menikmati fenomena itu ketika tiba-tiba sebuah pesan masuk di gawaiku.

"Kamu di mana, Don?"

Deg. Lama kubaca pesan itu. Berulang-ulang.

Aku memang pergi darimu tanpa pamit. Tetapi aku tak punya alasan lain. 

Kamu tahu Juli?

Aku bisa merasakan dentuman hebat yang menyerang jantungku saat kita saling berbicara, bergurau, atau berbagi cerita. Aku pun bisa merasakan tusukan nyeri di ulu hatiku saat aku tahu bahwa kau telah bersama seorang yang lain. 

Aku memang iri karena aku bisa merasakan sesak di dadaku saat aku harus melihat adegan kamu bersamanya. Begitu dekat, mesra, dan bahagia. 

Terkadang aku berpikir, mengapa ia bukanlah aku? Mengapa aku tidak lebih dulu mengenalmu dan mengapa waktu terlalu terlambat mempertemukan kita?

****

Aku termenung. Berpikir untuk berusaha menyangkal. Kian kukuh aku untuk menghindar, semakin kutersadar bahwa aku sungguh mencintaimu.

Rasanya getir dan manis datang bersamaan. Namun bukan hal itu inti dari penjajakan hidup dan cinta ini. Terlebih kita bukanlah anak-anak lagi yang mengandalkan tangis untuk sebungkus es krim kesukaan.

Hubungan kita memang belum bernama. Lalu untuk apa aku secemburu itu hingga memutuskan pulang ke kotaku?

"Aku sudah kembali ke kotaku. Ada urusan penting. Maaf aku belum sempat mengabarimu," jawabku.

Dalam hatiku berjanji, aku akan melupakanmu. Kalau kamu membalas pesanku lagi, akan kubantah habis-habisan.

Tetapi, bagai bias cahaya mentari, tekadku itu tenggelam di balik cakrawala, meninggalkanku sendiri. Sialnya, itu membuatku tak tenang. Aku mulai menghujani diriku dengan rentetan pertanyaan yang tak dapat kujawab.

"Ooh. Apa kamu tak sedikitpun mengingatku? Memangnya ada yang lebih penting dari aku?" tanyamu. Hatiku mencelos.

"Apa maksudmu? Bukankah kamu sudah bersama pria itu?"

"Apa? Itu tidak seperti yang kamu pikirkan!"

"Kamu sendiri yang bilang kalau kamu ragu? Rupanya dia yang membuatmu ragu padaku?"

"Sungguh, Don!. Itukah yang kamu pikirkan tentangku? Itu tidak benar."

Aku terdiam tak membalas lagi. Bisa saja kamu hanya ingin menenangkan aku. Sekarang, hanya tersisa perasaan ini di sebuah persimpangan jalan. Terserak dihantam laju waktu. Terpikir mengajak segenap hati dan raga untuk tidak lagi terlindas rasa.

Tiba-tiba teleponku berdering. Kamu menelponku. Tak ada alasan lagi untuk tidak menyelesaikan masalah ini.

"Beri aku kesempatan menjelaskan ini semua, Don!" Aku mengiyakan.

"Dua hari yang lalu aku menerima pesan darinya. Aku diajaknya bertemu. Aku menyanggupi karena dia selalu membantuku saat skripsi dan aku menghargai undangannya. Tak disangka, dia memberiku seikat bunga. Mungkin saat itulah kamu melihatku bersamanya.

Aku mengira itu hanyalah ucapan selamat darinya atas kelulusan aku. Namun ternyata dia mengungkapkan perasaannya ke aku, Don." 

Dadaku kembali bergemuruh. Sepertinya Juli merasakan kegelisahanku.

"Please, jangan marah dulu. Aku lalu mengembalikan bunganya. Aku berkata bahwa aku tidak bisa menerimanya. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Tidak lebih. Sebenarnya, ada alasan yang lebih dari itu dan dia pasti tahu itu, Don.

Ya. Aku teringat kamu, Don. Ketika kamu mengungkapkan perasaanmu ke aku, kamu memberiku es krim karena kamu sangat mengenalku. Aku tidak suka bunga.

Bagiku, kamulah orang yang paling bisa mengerti dan mengenali aku. Aku nyaman bersama kamu. Aku sudah yakin dengan pilihanku. Aku ingin bersamamu, Don."

"Benarkah itu, Juli?" 

"Cinta kita dibangun di atas rasa saling percaya. Kesabaran dan pengertianmu selama ini adalah dinding kokoh yang membuatku nyaman dan terlindungi."

"Hahaha... Aku bahagia sekali, Juli. Matahari di sini sudah tenggelam, tapi langit masih nampak sedikit kebiruan. Ini adalah waktu favorit kita, Juli. Senja yang indah. Barangkali saatnya aku pulang. Tunggu aku akan kembali ke kotamu secepatnya. Aku tak sabar ingin melamarmu. I love you."

"I love you, too!"  (*)

Pradirwan, 
Bandung, 24 Juli 2021

*cerita ini fiksi belaka, semoga terhibur.



Tuhan, Aku Jatuh Hati


Puisi Tuhan, Aku Jatuh Hati Karya Pradirwan
Tuhan Aku Jatuh Hati (Foto: Pradirwan, Stasiun Kiaracondong Bandung)


Kumaknai dingin pagi ini

Laksana sunyi yang diam

Tempat embun menyajakkan kenangan

Merupa doa penuntun perjalanan


Larik-larik puisi menari

di antara sinar mentari pagi

Guratannya melagukan asa untuk memulai hari

Mengenalkan tenang

Pun ketika fajar menafsir damai

dalam bait-bait doa


Tuhan, aku jatuh hati!

***


Pradirwan
Bandung, 17 November 2018


Setia Bicara Pajak, Blog Ini Tembus 7 Juta Pengunjung

Pradirwan - Alhamdulillah. Kalimat itu yang terucap saat pertama kali Kepala Seksi Kerjasama dan Humas Kanwil DJP Jawa Barat I, Bu Sintayawati menghubungi saya melalui telepon, beberapa waktu lalu. Tak disangka, blog yang kami rintis saat di KPP Pratama Bandung Cibeunying, Catatan Ekstens, mendapat apresiasi luar biasa. Terima kasih. 

Berikut opini Bu Sinta tentang blog Catatan Ekstens selengkapnya yang ditayangkan di situs resmi DJP (www.pajak.go.id) pada 4 Juni 2020.

Catatan Ekstens di pajak.go.id


Setia Bicara Pajak, Blog Ini Tembus 7 Juta Pengunjung


Oleh: Sintayawati Wisnigraha, pegawai Direktorat Jenderal Pajak 

"Inilah catatanku, cerita antara aku dan kamu. Sekadar sharing pengalaman dan informasi antar teman", demikian salam pembuka di blog Catatan Ekstens (https://ekstensifikasi423.blogspot.com) tepat di pojok kiri atas berandanya.

Sekilas tampilan blog ini tampak meriah full colour dan penuh dengan materi perpajakan. Yang menarik perhatian adalah sampai dengan Mei 2020, jumlah pengunjung blog ini ternyata mencapai 7 juta lebih, tepatnya 7.870.381 (per tanggal 17 Mei 2020). Jumlah ini cukup fantastis bagi sebuah blog yang bicara tentang pajak.

Blog Catatan Ekstens ini diinisiasi oleh Kepala Seksi Esktensifikasi KPP Pratama Bandung Cibeunying (dahulu-tanpa Pratama) Casmana Disastra tahun 2014. 

Awalnya blog ini dibuat sebagai media agar tim di seksi Ekstensifikasi Perpajakan (waktu itu) dapat selalu termotivasi memperbaharui pengetahuan perpajakan, mengingat salah satu tugasnya adalah mengedukasi wajib pajak. 

Maka seperti sebuah buku harian keluarga, semua anggota seksi Esktensifikasi Perpajakan KPP Pratama Bandung Cibeunying waktu itu dapat berkontribusi menuliskan catatan apa saja terkait informasi perpajakan. 

Lebih jauh lagi diharapkan blog ini juga bisa menjadi media berbagi informasi dan komunikasi dengan wajib pajak. (Casmana Disastra, "Antara Harapan dan Tantangan", Catatan Kecil dari Kasi Eksten, 2014).

Sejak dirilis dan setelah berusia enam tahun, blog ini masih setia fokus pada sosialisasi konten informasi perpajakan, meskipun mengalami pasang surut setelah beberapa kali ada mutasi pegawai yang menyebabkan perubahan tim. 

Meneruskan yang telah dirintis sebelumnya, pengganti Casmana, Wahyu Gunarso (sampai dengan tahun 2018 pindah tugas ke unit lain), turut aktif mengembangkan blog ini. 

Berbagai informasi perpajakan mulai dari cara bayar dan lapor pajak, pengetahuan teknis PPh Pemotongan dan Pemungutan, acara istimewa seperti Tax Amnesty, dan liputan kegiatan KPP maupun DJP tersedia untuk diakses publik. 

Pengelolaan blog ini secara teknis tak lepas dari peran seorang Herry Prapto, dahulu salah seorang anggota seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Bandung Cibeunying. 

Meskipun sudah pindah tugas ke Kanwil DJP Jawa Barat I, namun Herry tetap bertahan dan meluangkan waktu untuk menjaga kelangsungan blog Catatan Ekstens.

"Blog ini cukup efektif untuk menjadi media penyebaran informasi perpajakan karena sudah memiliki pengunjungnya sendiri. Sayang jika tidak dimanfaatkan. Jika selama enam tahun pengunjungnya mencapai 7,8 juta, maka rata-rata tiap tahun 1,3 juta, dan tiap hari rata-rata pengunjung adalah 3.500," tutur Herry kepada penulis melalui telepon (17/5).

Salah satu parameter pertama keberhasilan dari suatu blog dapat dilihat dari trafik blognya yang tinggi. Hal ini bisa juga dikatakan sebagai indikator sukses karena tidak semua blog dapat menghasilkan traffic visitor yang tinggi pada blognya.(Teguh Wahyono, ”Blogspot - Panduan Praktis Membuat, Mengelola dan Mempromosikan Blog”, 2009).

Baca juga: Hari Pajak 2021, Pesan Menkeu, M-Pajak, dan Buku Reformasi Perpajakan 

Berdasarkan data statistik blog tersebut, diketahui lima topik yang paling banyak dicari oleh pengunjung, yaitu Pemotongan/Pemungutan PPh, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), NPWP, Jenis jasa yang dikenakan pajak, dan tata cara pembayaran pajak.

Seperti kisah catatan keluarga yang kadang ditinggalkan, blog ini sempat mengalami vakum beberapa lama pasca Tax Amnesty. Dan kembali dilanjutkan oleh Herry di awal tahun 2020, tepatnya ketika mulai masa pandemi Covid-19.

Sejak diberlakukannya Layanan Tanpa Tatap Muka, sebagian pegawai DJP melaksanakan work from home atau bekerja dari rumah dengan mengakses aplikasi terkait pelaksanaan tugas melalui Virtual Private Network (VPN). 

Selain mengerjakan tugas pokok sesuai uraian jabatan masing-masing pegawai, menghadapi situasi yang terus berubah dan banyaknya informasi perpajakan yang harus disampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat, maka perlu adanya sinergi dan gerakan yang efektif sehingga pesan tersampaikan dan misi menghimpun pajak negara pun terselamatkan.

Baca juga: Perjalanan 3C: Perubahan Itu Nyata  

Pada masa tanggap darurat pandemi Covid-19, APBN difokuskan untuk pemeriksaan korban, peningkatan kapasitas Rumah Sakit, ketersediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan. 

Total tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan dampak Covid-19 sebesar Rp405,1 triliun. 

Anggaran dan instrumen fiskal tetap dikelola untuk menekan dampak jangka panjang, termasuk memastikan terpenuhinya kecukupan pangan dan menggerakkan kembali perekonomian yang melambat. (sumber: Kemenkeu Tanggap Covid/situs Kemenkeu.go.id). 

Jika bicara tentang APBN, maka kita tahu bahwa di tahun 2020 penerimaan pajak memiliki porsi 83,5% dari pendapatan negara sebesar Rp2.233,2 triliun.

Saat ini pajak.go.id sudah menjadi situs informasi perpajakan yang lengkap, akurat, dan terpercaya yang dapat diakses oleh publik kapan pun di mana pun melalui koneksi internet. 

Dengan diintegrasikannya layanan pajak di situs ini, maka peluang wajib pajak akan mengakses situs pajak ini akan semakin besar. Meskipun demikian, di samping pesan pajak lewat situs pajak sebagai official account, ada potensi lain agar gaung pajak ini dapat lebih jelas dan luas.

Jumlah pegawai DJP saat ini kurang lebih sebanyak 43.000 orang, dan minimal 80% nya memiliki akun medsos yang bahkan mungkin bisa lebih dari satu. Seharusnya semua pegawai bisa berkontrbusi menjadi “repeater” dan “amplifier” terhadap apa yang sudah di-share dan dipublikasikan di situs pajak. 

Dalam terminologi elektronika, repeater merupakan alat yang berfungsi sebagai penguat sinyal sehingga jangkauannya lebih luas, sedangkan amplifier merupakan penguat sinyal audio sehingga yang semula kecil dapat dikuatkan sehingga menghasilkan daya yang besar.
Catatan Ekstens ini bisa jadi inspirasi. 

Makin banyak pegawai DJP yang mau bicara tentang pajak, maka akan makin jelas dan luas informasi perpajakan dapat sampai kepada masyarakat. Hingga mau tak mau siapapun yang membaca, mendengarnya meskipun selintas, ingatan akan terpaut, hati bisa tersentuh, kemudian tergerak untuk menyadari pentingnya pajak bagi negeri ini. 

Tetaplah setia bicara tentang pajak, karena Pajak Kuat Indonesia Maju.

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Memoar Tentangmu


Puisi Memoar Tentangmu
Memoar Tentangmu


Ada satu kata
yang sering kuungkap dalam bait puisi
yang sering mengiringi debar hati
Tentang senja, gerimis, dan fatamorgana

Kau tahu?
Hari-hariku kini berpacu dengan waktu
Mengurai mimpi-mimpi yang beku
Melenyapkan rindu yang kian bertalu-talu
Mendamba jawabmu

Untukku sekadar mengobat pedih ini
Untukku sekadar merajut lagi mimpi-mimpi
yang diremukkan keadaan
menjadi serpihan-serpihan
yang terserak di sepanjang jalan

Jarak memang telah memisahkan kita
Dan kau telah biarkanku sendiri
merawat janji setia
yang sering kutitipkan lewat doa

Kini biarkan aku bermain-main
Dengan segala ingin
Mencintaimu dari jauh
Mengikuti arah rindu
Meski harus menentang semesta
dan tertawa dalam rinai air mata

Hingga kelak...
Ku temukan sebuah senja
yang akan menjadi narasi penutup kisah kita
yang akan dikenang selamanya
tanpa dendam dan duka

Kita sepakat saling pisah
Dengan menyimpan segala tanya
Membiarkannya menjadi rahasia
Berganti dengan jiwa yang kuat
Memendam rasa yang kian lekat


Pradirwan,  
Bandung, 8 November 2020

Cara Merekam Layar Laptop atau PC Tanpa Aplikasi

Pradirwan - Kebutuhan akan dokumentasi kegiatan seperti rapat, pelatihan, belajar, atau untuk tujuan lainnya sangat tinggi untuk dokumentator seperti saya. Sebelum ada pandemi Covid-19, saya biasanya mendokumentasikan kegiatan secara langsung di lokasi kegiatan. Namun sejak ada pandemi, terjadi perubahan besar-besaran dalam proses pendokumentasian ini. Sebagian besar kegiatan dilangsungkan secara daring, misalnya melalui Zoom atau YouTube.

Tips Merekam Layar Laptop atau PC Tanpa Aplikasi - Pradirwan
Cara Merekam Layar Laptop atau PC Tanpa Aplikasi


Salah satu perangkat yang biasa digunakan adalah laptop atau personal computer (PC). Beruntung pada era digital seperti saat ini, laptop atau PC sudah menyediakan berbagai fitur yang canggih. Merekam layar tanpa aplikasi menjadi salah satu fitur yang kerap saya gunakan saat ini.

Baca juga: Alhamdulillah, laptop !!!

Saya masih menggunakan laptop HP bersistem operasi Windows yang saya peroleh pada tahun 2016 lalu untuk menulis dan bekerja. Untuk merekam layar laptop (gambar atau video) ternyata bisa juga dilakukan tanpa menggunakan aplikasi dalam laptop ini. Fitur ini dinamakan Xbox Game Bar. Berikut tahapan untuk menggunakannya:

  1. Tekan tombol kombinasi Windows + G secara bersamaan di keyboard kamu.
  2. Selanjutnya kamu bisa klik ikon "Capture" yang muncul di layar laptop atau komputermu.
  3. Kemudian, pilih opsi tombol rekam yang berbentuk titik besar (berwarna merah) untuk memulai merekam layar.
  4. Xbox Game Bar tersebut akan mulai merekam tampilan laptop yang sedang anda gunakan. Jika ingin menghentikan rekaman, kamu bisa klik ikon stop.
  5. Jika kamu ingin meng-capture layar (screenshot), klik ikon kamera.
  6. Untuk melihat video atau gambar hasil rekaman tersebut, buka folder video kemudian pilih folder "Captures".

Folder Captures Pradirwan
Folder Captures

Selain menggunakan menu Capture dengan menekan Windows + G di atas, untuk screenshot layar, bisa juga dengan hanya menggunakan tombol PrtSc. Langkah pertama menyiapkan terlebih dahulu tampilan layar yang akan di-screenshot

Selanjutnya tekan tombol PrtSc untuk menangkap layar. Biasanya saya sudah membuka WhatsApp web (https://web.whatsapp.com/) lalu paste (Ctrl + V) untuk menempel gambar yang sudah di-capture tadi. Jika ingin menyimpan, klik gambar tersebut lalu download dari WhatsApp Web tersebut.

Kamu juga bisa menggunakan aplikasi lain selain WhatsApp Web, misalnya menggunakan Power Point (ppt). Tempel di slide kosong, atur sesuai kebutuhan, lalu Save AS ke format PNG/JPG/JPEG.

Baca juga: 

Dengan cara yang hampir sama dengan Power Point, kamu bisa menggunakan aplikasi pendukung yang memiliki fungsi editing picture lainnya, seperti Paint. Aplikasi ini sudah tersedia di laptop tanpa perlu download terlebih dahulu.

Pada Paint, tekan paste (Ctrl + V) untuk menempelkan hasil screenshot. Lalu, kamu bisa langsung menyimpan gambar tersebut. Apabila ingin menentukan sendiri format gambar yang hendak disimpan, pilih fitur “Save As” kemudian pilih format gambar mana yang akan digunakan. Bisa juga memilih folder untuk menyimpan file screenshot tersebut.

Demikian cara merekam layar laptop atau PC ini. Silakan share jika artikel ini bermanfaat. Terima kasih. 

Pradirwan,
Bandung, 17 Juli 2021

Obituari: Cuti Panjang Pak Bagus


Obituari Cuti Panjang Pak Bagus Pamungkas KPP Pratama Bandung Cibeunying
Bagus Pamungkas saat membawakan materi di LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten (Rabu, 16/6/2021) 


Pradirwan - Rabu malam, 14 Juli 2021, hawa dingin Bandung mengiris hati dengan rasa kehilangan. Pukul 20.18 WIB, mobil jenazah membawanya menuju peristirahatan terakhir di Yogyakarta. Lenyaplah sosok pria berjuluk “Profesor e-Faktur” itu. Keahliannya mengedukasi wajib pajak tentang faktur pajak elektronik membuat ia menyandang julukan itu.

Baru beberapa minggu bertugas di Help Desk (loket pelayanan konsultasi perpajakan) KPP Pratama Bandung Cibeunying, testimoni kepuasan layanan dari wajib pajak berdatangan. “Petugas Help Desk pak Bagus Pamungkas begitu telaten dan sabar melayani para wajib pajak, bahkan tidak sungkan-sungkan mengajari Wajib Pajak seperti dosen ngajarin mahasiswanya,” ungkap wajib pajak yang pernah ia layani, Kamis (20/5).*

Testimoni tak hanya datang dari wajib pajak. Satpam yang berjaga di depan pintu masuk Tempat Pelayanan Terpadu KPP Pratama Bandung Cibeunying pun mengatakan hal serupa. “Saya senang kalau ada pak Bagus. Wajib pajak akan puas setelah konsultasi dengannya,” ujar Kang Ridho pada suatu hari.

Aku merasakan hal yang sama. Kehadiran pak Bagus di grup Penyuluh Pajak kantor ini menambah amunisi yang lengkap. Aku merasa lebih percaya diri melayani wajib pajak jika bersamanya.

Pengalamannya menjadi Penelaah Keberatan di Kanwil DJP Jatim III dan Account Representative di KPP Pratama Yogyakarta sangat mumpuni dalam teknis perpajakan. Meski singkat, Pak Bagus bagiku telah menunjukkan dedikasi, konsistensi, inovasi, keunikan, dan kemampuannya menuntaskan setiap tugas yang diamanahkan kepadanya.

Bagus Pamungkas memang unik. Perkenalanku dengannya dimulai saat nama kami ada dalam Surat Keputusan yang sama. Sudah menjadi adat turun temurun, kami berempat menghadap Kasuki di hari pertama masuk KPP Pratama Bandung Cibeunying pertengahan April lalu.

Setiap ada suara adzan, beliau akan mengajak seluruh pegawai muslim untuk segera salat. “Tinggalkan perniagaan!” ujarnya mengingatkan. Pesan sederhana yang akan selalu menjadi pengingat kami.

Bagus Pamungkas jelas telah mengambil peran dalam keluarga besar KPP Pratama Bandung Cibeunying. Tak jarang kehadirannya membawa suasana kerja menjadi semakin bergairah. Ia ramah terhadap semua orang dan suka bercanda.

“Aku kelihatannya mau cuti panjang ini,” ungkap pak Bagus Pamungkas dalam grup WA kami, Jumat (2/7). Sontak saja obrolan tentang angka-angka kinerja dan target kami mendadak terhenti. Kami bertanya-tanya, ada apakah gerangan? Nyatanya ketika pertanyaan itu kami ajukan, pak Bagus enggan menjawab. Entah ada hal apa yang membuatnya berubah menjadi pendiam.

Barangkali Pak Bagus rindu dengan Yogyakarta. Sudah beberapa minggu ini beliau tak pulang kampung. Terlebih mulai tanggal 3 – 20 Juli 2021 pemerintah memberlakukan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dalam rangka mengendalikan penyebaran Covid-19 di pulau Jawa dan Bali. Hal ini tentu saja membuatnya harus menunda rindunya akan Yogyakarta.

“Yang tidak ada sekat sekarang hanya antara pulsa dan data, dalam satu kartu, jalan bersama,” kata Pak Bagus berseloroh saat kami membahas kemungkinan penyekatan jalan di Bandung. Belakangan aku mengetahui kalau beliau mengeluh sakit kepala (pusing). 

Hari-hari berikutnya, kondisinya semakin memburuk. Pada 7 Juli, Pak Bagus membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih serius. Ia menyampaikannya dalam WA grup kami. Dengan berbagai upaya, pak Bagus berhasil mendapat perawatan di RS Advent Bandung. Hingga pada momen Hari Pajak 2021 ini, pukul 11.50 WIB, Sang Pencipta memungkasi rasa kesakitan pak Bagus. DJP kembali berduka.

Menjelang subuh tadi, Pak Bagus tiba di Yogyakarta. Selamat menjalani 'cuti panjang', Pak Bagus. Terima kasih telah menginspirasi kami. Semoga semangat dan ketulusan Bapak akan selalu mengiringi kami dalam mengabdi kepada negeri tercinta ini.

Allahumaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu.... Aamiin...


Pradirwan
Bandung, 15 Juli 2021

Sumber:
*Tingkatkan Pelayanan Terbaik, KPP Pratama Cibeunying Terapkan Metode Ini, 21/05/2021
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes