Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying, Andi Setiawan, saat memberikan paparan (28/01/2018). |
"Urip iku mung sawang sinawang (hidup itu hanya tentang melihat dan dilihat)"-Pepatah Jawa.
Pradirwan - "Urip iku mung sawang sinawang," kataku mencoba menyanggah pendapat temanku. Ia menjelaskan padaku tentang 'keberuntungan' yang sering menghampiri kehidupan rekan kerjanya di kantor.
"Kamu menganggap dirinya lebih bahagia dibanding dirimu, bisa jadi yang kamu anggap bahagia itu malah menganggap kamu lebih bahagia darinya," ujarku meyakinkan.
Sesungguhnya, keluh kesah yang dipaparkan temanku itu sangat wajar. Apalagi ia sudah bekerja dengan baik, tentu rasanya ingin mempunyai sandang, pangan, papan, dan pulsa yang layak pula dengan status “milik dan dibiayai sendiri”. Tapi apalah daya, terkadang kenyataan tak seindah impian. Ia melihat teman-teman lainnya yang bisa mengelola uangnya sebagai harta dan investasi, bukan untuk membayar kewajiban dan tanggung jawab, tentulah hal itu menimbulkan rasa iri dalam hati.
Sebagai makhluk yang tidak terlalu suci, aku pun menganggap rasa iri itu adalah hal yang sangat wajar. Yang perlu kita lakukan adalah mengelola rasa iri tersebut menjadi energi yang positif : #motivasi diri.
Bukankah tidak ada orang yang lahir tanpa masalah di dunia ini?
Apa yang nampak dari teman-teman kita dalam pergaulan sesungguhnya hanyalah tampaknya. Itu bukan yang sesungguhnya. Setiap orang memilih topeng yang berbeda dalam menghadapi suatu lingkup pergaulan. Ada yang memakai topeng terbahagia, tersanjung, tertawa, terluka, tersiksa, terlalu, dan terserahlah apa saja.
Lantas, tetiba aku mengingat kata-kata Kepala kantorku bapak @andisanputera. "Kita harus berikhtiar maksimal, dan yakinlah Tuhan akan memberikan melebihi yang kita inginkan." Bukankah kelak yang dipertanggungjawabkan di akhirat adalah apa yang telah kita lakukan, bukan apa-apa yang telah kita hasilkan?
Untuk itu, jika impian tak sesuai kenyataan, terimalah dengan ikhlas. "Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis. Kita boleh jadi tidak paham kenapa itu harus terjadi, kita juga mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya. Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya, dan tersenyum lapang." *
#Cirebon, 280117
*Tere Liye, novel RINDU
Post a Comment