Tip Aman Traveling Saat Pandemi (Intax) |
Pradirwan - Pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang. Angka tersebut sangat memprihatinkan karena hanya sekitar 25% dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019.
Studi McKinsey pada Juli 2020 menyatakan sebesar 86% masyarakat Indonesia percaya bahwa dampak COVID-19 pada kondisi keuangan akan kembali membaik rata-rata dalam 2 bulan. Sementara itu 32% responden menjawab keuangannya akan kembali membaik dalam 6 bulan ke depan. Artinya, sekalipun konsumen cenderung mengurangi konsumsi namun demand itu masih ada. Di saat kondisi ekonomi membaik yaitu setelah 6 bulan ke depan, demand konsumen akan semakin meningkat. Terlebih vaksin telah diproduksi dan digunakan.
Menurut penulis, masyarakat dapat membantu sektor pariwisata ini agar tetap eksis dan kembali bergairah. Bagi yang mulai jenuh dan ingin refreshing dalam kondisi serba terbatas saat ini, aktivitas traveling di masa kenormalan baru dapat dilakukan. Tentu saja dengan tetap mematuhi serta melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.
Berwisata di masa pandemi memang akan berbeda. Segalanya akan terasa lebih ribet. Melaksanakan protokol kesehatan yang ketat menjadi hal yang paling wajib saat traveling, tidak hanya dengan melakukan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), tetapi ada hal-hal lain yang patut untuk diperhatikan.
Berikut ini beberapa tip yang dapat dilakukan untuk merencanakan traveling di masa pandemi:
1. Cek kondisi kesehatan tubuh
Sebelum traveling, hal pertama yang harus dipastikan adalah kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Jangan memaksakan liburan jika merasa badan tidak sehat. Apabila diperlukan, segera lakukan swab test PCR atau antigen sebelum traveling untuk memastikan diri tidak terinfeksi COVID-19. Selain itu, hasil tes ini menjadi syarat perjalanan untuk memasuki sebuah wilayah atau memasuki destinasi wisata.
2. Cari informasi yang lengkap terkait destinasi wisata
Sebelum mengunjungi sebuah destinasi wisata, sebaiknya kumpulkan informasi-informasi terkait implementasi protokol kesehatan di sana karena banyak destinasi wisata yang memiliki aturan dan protokol berbeda-beda selama pandemi, tergantung kebijakan yang berlaku di daerah tersebut.
Informasi penting yang perlu dikumpulkan antara lain, jumlah harian infeksi baru di suatu wilayah, persentase keseluruhan positif, dan tren infeksi baru. Informasi yang sudah terkumpul dapat menjadi bahan pertimbangan terkait keamanan destinasi wisata tersebut.
Sedapat mungkin pilih destinasi wisata luar ruangan yang sepi pengunjung. Risiko penularan COVID-19 akan jauh menurun jika berada di ruang terbuka. Selain itu, lebih baik mendatangi lokasi lebih awal agar belum banyak pengunjung yang tiba di lokasi wisata.
3. Buat itinerary serinci mungkin
Itinerary merupakan daftar kegiatan atau tujuan serta estimasi anggaran yang akan dikeluarkan saat perjalanan. Itinerary menjadi hal yang penting selama pandemi. Dengan itinerary, dapat diketahui dan diingat lebih mudah lokasi-lokasi yang dikunjungi selama traveling, sehingga apabila terjadi kondisi buruk, misalnya terpapar COVID-19, dapat membantu petugas untuk melacak penularan.
4. Bawa alat kebersihan sendiri
Demi menjaga kebersihan diri dan keluarga, sangat direkomendasikan untuk menyiapkan alat kebersihan sendiri, seperti hand sanitizer, sabun, serta desinfektan sebelum berangkat. Selain itu, menerapkan 5M sangatlah penting untuk menghindari terjadinya penularan virus COVID-19.
5. Pilih akomodasi tempat menginap yang sudah tersertifikasi standar kesehatan
Demi menekan angka penyebaran COVID-19, Kemenparekraf telah meluncurkan program sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental sustainability (CHSE) untuk penyedia akomodasi demi menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengguna saat menginap. Dengan banyaknya akomodasi yang telah tersertifikasi CHSE, wisatawan dapat dengan leluasa memilih akomodasi sesuai dengan kebutuhan.
6. Pilih tiket dan akomodasi yang refundable
Disarankan untuk membeli tiket transportasi dan akomodasi yang refundable atau dapat dikembalikan. Banyak platform pembelian tiket online yang menyediakan fitur ini. Biasanya ketentuan tersebut dapat dilihat pada halaman pilihan kamar atau tiket perjalanan.
Fitur refundable sangat berguna di masa pandemi agar tidak mengalami kerugian lebih besar seandainya terpaksa harus batal berangkat, karena setiap melakukan perjalanan antarwilayah wajib melakukan swab test PCR atau antigen. Apabila positif, terpaksa gagal berangkat dan tiket menjadi hangus.
7. Kurangi kontak fisik
Pandemi memang telah memaksa untuk mengurangi titik persentuhan konsumen yang sifatnya high-touch. Dan saat ini sudah banyak teknologi untuk mendukung wisatawan mengurangi kontak fisik/bersentuhan. Penyedia barang dan jasa telah mengaplikasikan contactless tech adoption. Mulai dari awal sampai akhir perjalanan.
Pandemi memang telah memaksa untuk mengurangi titik persentuhan konsumen yang sifatnya high-touch. Dan saat ini sudah banyak teknologi untuk mendukung wisatawan mengurangi kontak fisik/bersentuhan. Penyedia barang dan jasa telah mengaplikasikan contactless tech adoption. Mulai dari awal sampai akhir perjalanan.
Sebagai contoh, seorang pelancong yang akan berlibur, saat ini dapat menggunakan bantuan teknologi digital yang bisa diakses melalui gawai, mulai dari memesan tiket perjalanan, melakukan pembayaran, memilih maskapai, hingga melakukan check-in.
8. Gunakan kendaraan pribadi
Traveling dengan kendaraan pribadi juga dapat meminimalisasi interaksi dengan orang lain. Sehingga pencegahan COVID-19 dapat dilakukan lebih optimal.
9. Terakhir, ikuti semua aturan yang berlaku ketika pulang, termasuk jika diharuskan untuk menjalani karantina oleh petugas kesehatan.
Demikian beberapa tip traveling aman saat pandemi. Semoga bermanfaat.
***
Penulis: Herry Prapto
Editor: Ilham Fauzi