Curug Cinulang (dok.pribadi) |
Pradirwan ~ Curug Sindulang atau lebih terkenal dengan Curug Cinulang atau air terjun Cinulang bukanlah nama yang asing bagi saya. Adalah Yayan Jatnika, penyanyi Sunda itu pernah menyanyikan lagu berlirik romantis berjudul di Curug Cinulang. Melalui lagu inilah saya mengenal Curug Cinulang.
Entah apa yang membuat Yana Kermit begitu terinspirasi membuat lagu itu. Lagu yang hanya terdiri dari tiga bait itu sungguh penuh makna. Lagu itu menceritakan kecemasan dan ketakutan seorang yang sedang jatuh cinta akan kehilangan orang yang dicintainya sekaligus harapannya agar cintanya tak kandas dan abadi.
Bagi saya, lagu ini menguatkan mitos yang berkembang di sekitar objek wisata yang berada di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat itu. Mitos itu melarang pengunjung yang belum menikah membawa pasangannya (pacarnya), jika ingin hubungannya berlanjut menjadi suami-istri. Mitos lainnya, bagi para jomblo yang mengharapkan segera bertemu jodoh, datanglah ke Curug Cinulang ini, konon, akan segera dipertemukan dengan jodohnya.
Apakah mitos ini benar? Saya meyakini bahwa perkara jodoh itu sudah menjadi takdir Tuhan. Untuk menuntaskan rasa penasaran saya dengan keberadaan curug yang lebih mudah diakses dari jalan raya Bandung - Garut (Cicalengka) dan mitosnya, saya mengunjunginya pada Minggu, 28/10/2018 lalu.
baca juga : Berburu Milky Way ke Ciwidey
Curug Cinulang selama ini hanya saya kenal nama tanpa pernah bertatap muka. Saat melakukan perjalanan dari Bandung menuju Garut via Cicalengka, papan nama menuju ke lokasi Curug Cinulang seringkali saya abaikan begitu saja tanpa ingin tahu lebih dalam.
Jalan menuju lokasi tidak terlalu lebar, hanya cukup dua mobil kecil berpapasan. Butuh konsentrasi lebih melewati jalur menuju kawasan hutan lindung Gunung Masigit Kareumbi, tempat dimana Curug Cinulang berada.
Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 30 menit dari jalan lintas selatan Jawa Barat ini, saya telah sampai di lokasi siang itu.
Sayup-sayup lagu Sunda terdengar dari belakang pintu masuk. Usai membayar tiket parkir sebesar Rp10 ribu dan tiket masuk Rp5 ribu, saya menyaksikan sebuah grup musik sedang asyik memainkan lagu Sunda populer. Tak jauh dari tempat grup musik itu, dari atas jembatan kecil, saya bisa menyaksikan pemandangan air terjun dari kejauhan.
Ya, tanpa harus turun ke dasar jurang pun saya dan pengunjung lainnya sudah bisa melihat dari atas kemegahan air terjun ini.
Tapi rasanya kurang pas jika tak menikmati langsung segarnya kibasan air terjun yang menerpa wajah. Saya menelusuri jalanan setapak menuju dasar jurang tempat air terjun itu berada. Akses menuju air terjun dari pintu masuk sudah cukup bagus, hanya saja, semakin mendekati tujuan, jalan semakin rusak dan terjal.
Tak perlu takut kehausan atau kelaparan di curug yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Di lokasi curug yang juga disebut Curug Sindulang (sesuai lokasinya di desa Sindulang) ini banyak terdapat warung penjual makanan dan minuman.
Konon, dinamakan Sindulang juga karena berasal dari kata “dulang” yang berarti tempayan. Menurut warga, air terjun ini mirip seperti air yang ditumpahkan dari tempayan.
Ya, tanpa harus turun ke dasar jurang pun saya dan pengunjung lainnya sudah bisa melihat dari atas kemegahan air terjun ini.
Curug Cinulang nampak dari atas jembatan kecil, tak jauh dari tempat grup musik memainkan lagu (dok. pribadi) |
Tapi rasanya kurang pas jika tak menikmati langsung segarnya kibasan air terjun yang menerpa wajah. Saya menelusuri jalanan setapak menuju dasar jurang tempat air terjun itu berada. Akses menuju air terjun dari pintu masuk sudah cukup bagus, hanya saja, semakin mendekati tujuan, jalan semakin rusak dan terjal.
Tak perlu takut kehausan atau kelaparan di curug yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Di lokasi curug yang juga disebut Curug Sindulang (sesuai lokasinya di desa Sindulang) ini banyak terdapat warung penjual makanan dan minuman.
Konon, dinamakan Sindulang juga karena berasal dari kata “dulang” yang berarti tempayan. Menurut warga, air terjun ini mirip seperti air yang ditumpahkan dari tempayan.
Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa foto, saya berkesimpulan area curug ini cukup sempit. Pengambilan angel foto sangat terbatas. Meskipun begitu, keindahan Curug Cinulang memang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Suasana hijau alam dan sejuknya udara pegunungan, menambah nuansa romantis kian terasa.
Itulah mungkin sebabnya, mitos pengunjung yang belum menikah disarankan tidak kesini, karena jika diijinkan, tempat ini hanya akan dijadikan tempat berpacaran. Berbeda dengan yang masih jomblo, diharapkan bisa bertemu jodohnya disini, dalam suasana romantis diiringi senandung lagu, sehingga akan mengingat tempat ini sebagai sebuah tempat bersejarah pada episode hidupnya. Seperti yang diungkapkan Yayan Jatnika pada lagu 'di Curug Cinulang' :
Di Curug Cinulang
Bulan bentang narembongan
Hawar-hawar aya tembang
Tembang asih tembang kadeudeuh duaan
Itulah mungkin sebabnya, mitos pengunjung yang belum menikah disarankan tidak kesini, karena jika diijinkan, tempat ini hanya akan dijadikan tempat berpacaran. Berbeda dengan yang masih jomblo, diharapkan bisa bertemu jodohnya disini, dalam suasana romantis diiringi senandung lagu, sehingga akan mengingat tempat ini sebagai sebuah tempat bersejarah pada episode hidupnya. Seperti yang diungkapkan Yayan Jatnika pada lagu 'di Curug Cinulang' :
Di Curug Cinulang
Bulan bentang narembongan
Hawar-hawar aya tembang
Tembang asih tembang kadeudeuh duaan
Di Curug Cinulang
Batin ceurik balilihan
Numpang kana panghareupan
Cinta urang mugi asih papanjangan
Kabaseuhan cai kaheman
Kaceretan ibun kamelang
Mengket pageuh geter rasa kahariwang
Hariwang cinta urang panungtungan
Artikel ini ditayangkan di AyoBandung.com
suka denger mitos ini juga
ReplyDeleteseo agency indonesia