BREAKING NEWS

Surat Untuk Anakku Kelak

Sudah lama ku ingin menulis surat ini untukmu, Nak (Pradirwan)


Assalamu’alaikum calon anakku,

Surat ini dari Ayah. Lelaki yang mengharapkan kedatanganmu ke dunia sejak belasan tahun lalu. 

Lelaki yang akan mencintaimu sepenuh jiwa, tanpa syarat.  Sebagaimana cintaku untuk ibumu, orang yang telah menjadi pelengkap hidupku selama ini.

Entah pada usia berapa engkau akan membaca suratku ini. 

Ayah menulis surat ini dalam kegelapan malam. Usai melantunkan ayat-ayat suci Alquran, di samping Ibumu yang khusuk mendengarkan, sebelum mimpi-mimpi membawanya terlelap.

Saat Ayah menulis surat ini, usiamu hampir genap empat bulan beberapa hari ke depan. Tulisan ini adalah ungkapan kerinduan dan cinta Ayah padamu. 

Meski sebetulnya tulisan inipun tak sanggup menggambarkan betapa Ayah sangat bersyukur kepada Allah yang telah menitipkan dirimu kepada kami, orang tuamu. 

Ayah bahagia sekali mengetahui engkau sedang tumbuh kembang di perut ibumu saat ini.

Wahai anakku. 

Saat Ayah mengetahui dirimu akan hadir, sepertinya itu menjadi hari bersejarah bagi Ayah. Ayah memastikan kabar itu dengan mengantar ibumu ke dokter. 

Ayah ingat sekali, meski harus bolak-balik, rumah-kantor-rumah sakit, Ayah ikhlas. Semua terbayar ketika dokter mengucap kata selamat. 

Tak lupa, dokter itu berpesan agar kami selalu menjagamu. Kamu masih sangat lemah. 

Ibumu jangan sampai kecapean. Itu yang membuatku saat ini mengambil alih sebagian rutinitas ibumu mengurus rumah tangga. Apa itu? Kelak dirimu akan mengetahui.

Anakku. 

Kami berharap, kau akan menjadi anak yang sholeh/sholehah. 

Jangan lupakan hati untuk menebar kebaikan, merawat kebaikan, dan berprasangka baik di manapun kau berada. Yakinlah, Allah selalu membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik lagi.

Anakku. 

Apakah Ayah akan dapat mengazanimu ketika kamu lahir? Apakah Ayah masih di sampingmu saat kamu membaca surat ini? Apakah Ayah akan bisa melihatmu beranjak dewasa? 

Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi kekhawatiran terdalam yang selalu Ayah rasakan. Masih teringat jelas, saat kakakmu dulu hanya bertahan kurang dari 3 bulan di perut ibumu. 

Mungkin ini hanya kekhawatiran semu semata, karena Ayah takut kehilangan lagi. Ayah percaya, setiap kejadian selalu meninggalkan hikmah.

Anakku. Ingatlah nanti jika kau beranjak dewasa. Akan banyak tantangan yang akan kamu hadapi. Hidup tak selamanya mudah. Bersandarlah selalu pada Allah, Tuhan semesta alam.

Jika diingat-ingat, perjalanan hidup Ayah juga tak mudah. Ada banyak pelajaran kehidupan yang tak semua bisa Ayah temui di sekolah. 

Bagi Ayah, kehidupan yang Ayah jalani ini adalah sebuah perjalanan, dan perjalanan merupakan proses. Karena sebuah proses, Ayah tak selamanya benar. Sesekali melakukan kesalahan. Ayah anggap itu bagian dari pembelajaran.

Anakku. Jangan pernah takut memulai perjalananmu sendiri. 

Kesuksesan hidupmu nanti ditentukan saat kapan dirimu memulai. 

Seperti kata Ayah, perjalanan merupakan sebuah proses, maka mulailah proses itu, kelak pasti akan sampai pada tujuanmu. 

Pun bila tidak sesuai dengan tujuan awal, yakinlah setiap perjalanan pasti akan selalu menemukan ujungnya.

Maka sekali lagi, jangan khawatirkan ke mana kelak akhirnya menuju. Pastikan saja langkah kita selalu berpijak pada kebenaran. Karena prinsipnya, pilihan langkahlah yang pada akhirnya menjadi penentu. 

Ya, oleh karena itu percantiklah setiap langkah perjalanan itu dengan kebaikan dan kebermanfaatan. 

Jika sudah begitu, durasi tak lagi penting ketika kita terlanjur bahagia dalam perjalanan, apatah lagi hanya sebuah tujuan. Bukankah hidup demikian?

Apalagi yang membuat harga hidup seseorang bernilai selain kebermanfaatannya untuk banyak orang?

Maka, isi perjalanan kita dengan berbagai kebaikan.

Anakku, semoga Allah selalu melindungimu. 

Maafkan Ayahmu yang tak sempurna. Ayah dan ibumu akan selalu menyayangimu.

Salam sayang dan doa untukmu, Anakku.



Wassalam.

Bandung, 7 Juli 2019

Ttd

Ayah


Sumber : AyoBandung.com

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes