Kakanwil DJP Jabar I, Pak Yoyok Satiotomo memberikan hadiah laptop (07/09/2016) Foto : Agus Heryana |
Ini kisah tentang laptop.
Pradirwan - Mungkin banyak yang menduga, selama ini aku bikin artikel menggunakan laptop atau pc pribadi. Nyatanya, hampir seluruh artikel aku bikin dengan laptop pinjaman atau inventaris kantor.
Memang, sudah sejak lama aku ingin memiliki laptopku sendiri, yang kemudian kugunakan untuk menyelesaikan kerjaan kantor, belajar menulis cerita, belajar komputer, menjawab komentar yang singgah di blog, atau sekadar memindahkan file foto dan sedikit belajar editing.
Karenanya, ketika tempat tugasku dipindah (mutasi) 2011 lalu dan mewajibkan semua inventaris dikembalikan termasuk laptop kantor itu, aku berupaya menabung untuk membeli laptop. Kala itu, aku memiliki banyak waktu luang seusai pulang kerja jam lima sore. Aku ingin menggunakan waktu luangku untuk belajar apapun dengan laptop.
Karena belum memiliki laptop, aku sering mengutak-atik komputer di kantor. Terkadang beberapa pekerjaan tertunda, membuatku sering pulang larut malam untuk menyelesaikan tugas dengan komputer kantor. Di saat pegawai-pegawai kantor lainnya tempatku menumpang kerja sudah pulang, aku justru masih berkutat di depan layar monitor.
Suatu hari, ada anak magang yang hobi bikin artikel di blog (blogger). Aku pun tertarik untuk membuat blog dan belajar menulis. Karena, terlalu sering menggunakan komputer kantor di luar jam kerja membuatku merasa tidak enak dengan para pegawai lainnya. Aku lalu iseng datang ke salah satu toko komputer untuk menanyakan harga laptop, baik yang ukuran 14 inch (notebook) atau 10 inch (netbook). Aku memang sengaja memilih untuk membeli laptop karena kuanggap lebih fleksibel dan gampang dibawa. Sehingga, aku bisa menyalurkan hobiku, belajar menulis blog dimanapun aku mau.
Setelah dirasa cukup, ku beranikan diri ke toko komputer disebelah kantor. "2,7 juta, tapi kosong mas (tidak ada aplikasi apapun didalamnya), klo mau di-install-in, tambah 100 ribu", penjaga toko itu menjelaskan.
"Lumayan mahal juga ternyata", pikirku. Aku tak punya tabungan sebanyak itu.
Pernyataan penjaga toko itu membuatku mulai berhitung untuk mulai menabung setiap bulannya. Sayangnya, banyaknya kebutuhan, membuat aku tidak kunjung bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Maklum, gajiku kala itu bisa dibilang pas-pasan. Apalagi saat itu aku memutuskan untuk hidup mandiri tinggal di rumah sendiri, sehingga anggaran yang kurencanakan untuk ditabung demi membeli laptop pun terpaksa teralihkan untuk membayar cicilan KPR.
Sementara aku belum berani membeli secara kredit. Sisa gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Meski dengan kondisi seperti itu, aku tetap bermimpi bisa membeli laptop dari jerih payahku sendiri. Sayangnya, sampai hari ini, laptop idamanku itu tak kunjung terbeli.
Sementara itu, blog yang ku rintis bersama teman-teman sejak awal 2014 sudah mulai dikenal. Kebutuhan untuk membuat konten dan memelihara blog semakin tinggi. Untungnya, setahun lalu, seksi ku mendapat jatah laptop inventaris dan tak ada yang mau memakai. Ku bawa saja laptop itu untuk membuat konten blog.
Hari ini, atas blog yang menjadi ide presentasiku membuat ku mendapat laptop. Aku bersyukur, Alhamdulillah... Akhirnya ku punya laptop...
Terima kasih tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa, istriku yang selalu mendukung dan mendoakanku, keluarga besarku, dan rekan-rekanku semua. Ucapan khusus aku sampaikan kepada para pembimbingku, Pak Andi Setiawan, Pak Wahyu Gunarso, Pak Ery Rahmat, Pak Slamet Rianto, Mas Ardi, Mbak Fany, Mas Gigeh Prastowo, Bang Leo, Bu Yuyun, dan Mbak Dewi Masithoh, dan para supporter 423 semua.
Bandung, 07 September 2016
Post a Comment