"Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang membuat karyawannya semakin baik dari hari ke hari." ~ Audita Setiawan |
Pradirwan ~ Seorang dosen dalam memberikan nilai kepada para mahasiswanya menerapkan aturan penilaian. Aturan tersebut memuat beberapa kriteria penilaian, diantaranya nilai Ujian Tengah Semester (UTS), nilai Ujian Akhir Semester (UAS), nilai tugas, dan tingkat kehadiran.
Bisa dibayangkan jika tidak ada aturan tersebut. Dosen akan dengan sesuka hati memberikan nilainya. Mahasiswa yang rajin masuk mengikuti kuliah dan pintar, bisa mendapatkan nilai jelek. Sebaliknya, mahasiswa yang jarang masuk dan tidak pintar malah mendapat nilai yang bagus. Hal itu tentu saja menjadi "tidak adil" dan memberi dampak yang tidak baik bagi mahasiswa, bagi dosen, maupun pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja menjadi sangat penting. Lantas, apa itu kinerja?
"Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama."(Rivai & Basri, 2004: 14 ).
Penilaian Kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
- Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien dengan cara memotivasi karyawan;
- Membantu pengambilan keputusan dalam hal promosi, pemberhentian, mutasi, dan lain-lain;
- Mengidentifikasi pengembangan dan kebutuhan diklat karyawan;
- Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerja mereka; dan
- Menjadi dasar bagi pemberian reward dan punishment.
Dengan mengetahui penyebab selisih tersebut, manajemen dapat membuat langkah-langkah strategis untuk mengukur kinerja perusahaan. Salah satu metode untuk mengetahui dan menganalisis kinerja tersebut yaitu dengan Balanced Scorecard (BSC).
Balanced Scorecard (BSC) adalah salah satu alat pengukuran kinerja yang menekankan pada keseimbangan antara ukuran-ukuran strategi yang berlainan satu sama lain dalam usaha untuk mencapai keselarahan tujuan sehingga mendorong karyawan bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan.
Dalam perkembangannya, BSC telah banyak membantu perusahaan sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional yang hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi.
BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton pada awal tahun 1990 sebagai upaya untuk memantau pencapaian tujuan organisasi, tidak hanya dari perspektif (a) finansial, melainkan dari (b) perspektif pelanggan, ( c) penyempurnaan proses internal, serta (d) pembelajaran dan inovasi (pertumbuhan).
BSC merupakan konsep manajemen yang membantu menerjemahkan “strategi” ke dalam “tindakan”
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal.
Kata "balanced" juga menggambarkan adanya keseimbangan diantara empat perspektif dalam BSC yang telah disebutkan diatas, yaitu :
- Perspektif keuangan (financial), Perspektif keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi perusahaan memberikan perbaikan atau tidak bagi peningkatan keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth (bertumbuh), sustain (bertahan), dan harvest (panen). (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.
- Perspektif pelanggan (customer), Filosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan pengakuan atas pentingnya konsumen focus dan konsumen satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas maka mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Perspektif pelanggan dibagi menjadi dua kelompok pengukuran, yaitu (a). kelompok inti, yang terdiri dari pangsa pasar, tingkat perolehan para pelanggan baru, kemampuan mempertahankan para pelanggan lama, tingkat kepuasan pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan, dan (b). kelompok penunjang : atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu), hubungan dengan pelanggan, dan citra serta reputasi perusahaan/organisasi beserta produk-produknya.
- Perspektif proses bisnis internal (internal business process), mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham yang meliputi inovasi, proses operasi, dan proses penyampaian produk atau jasa pelanggan.
- Pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh dengan tujuan menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian ketiga perspektif lainnya, dengan memperhatikan faktor:
- Kepuasan karyawan : Keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan
- Kemampuan sistem informasi : informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.
BSC bermanfaat sebagai alat untuk:
- Menfokuskan organisasi
- Menyempurnakan komunikasi
- Menentukan tujuan-tujuan organisasi
- Menyediakan umpan balik pada strategi
- Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan organisasi, juga digunakan untuk menentukan "sistem imbalan".
- Pengukuran-pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya ukuran-ukuran keuangan, tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik.
- BSC tidak hanya sekedar alat pengukuran kinerja, tetapi merupakan suatu bentuk transformasi stratejik kepada seluruh tingkatan dalam organisasi.
- BSC merupakan sistem pengukuran kinerja yang fokus tidak hanya pada aspek keuangan namun juga pada aspek non keuangan. Pengukuran kinerja tersebut dengan memandang 4 perspektif, yakni perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Bandung, 22/04/2017
Post a Comment