Sunset dibelakang pesawat terbang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, setelah mendapat boarding pass. Sabtu, (15/04/2017) |
Pradirwan - Perjalanan kami (aku, istriku, Tobari, dan Judex) di Bali menemukan akhirnya. Siang itu, kami check out dari hotel tempat kami menginap semalam. Arlojiku menunjukkan pukul 11.10 siang. Saya menelepon temanku, mas Supri. Ia berjanji akan mengantar kami ke bandara. Tak lama berselang, ia sampai depan hotel.
Tak ada rencana berjalan-jalan seperti dua hari sebelumnya. Kami memang bersepakat akan menghabiskan waktu disekitar Kuta dan Legian saja. Hal ini kami lakukan dengan pertimbangan agar lebih mudah jika harus segera ke Bandara.
Kami memutuskan untuk mencari tempat makan siang. Sebuah kedai nasi Jawa menjadi tempat persinggahan kami berikutnya. Waktu keberangkatan masih tersisa 6 jam kedepan. Kami memilih menu makanan masing-masing, kami datangi kasir dan kasir mulai menghitung. Hasil hitungannya diganti dengan sebuah kartu bertuliskan jumlah harga makanan yang kami pesan. Kami bersantai menikmati masakan khas Jawa di pulau Dewata.
"Masih lama nih, kita kemana lagi?" Aku membuka diskusi didalam mobil.
"Ke karaoke saja, latihan sebelum launching smule nyaingin Tobari, aku punya kartu anggotanya, sebentar aku cari dulu," Judex memberi usul. Kami menyetujui. Kebetulan tak jauh dari tempat kami makan siang ada tempat karaoke. "Ya, ga terbawa," ujar Judex.
"Ga apa-apa, lanjut ke tempat karaoke saja, setuju?" kataku lagi. Semua mengiyakan.
Masuklah kami ditempat karaoke. Lokasinya persis di pojokan jalan. Sebuah tempat karaoke yang cukup terkenal. Hampir dua jam kami bernyanyi bergantian, termasuk mas Supri.
Latihan smule di tempat karaoke (photo: Tobari) |
Hari semakin sore ketika kami sampai di bandara. Kami pun berpisah dengan mas Supri. Judex nampak paling buru-buru check in untuk mendapatkan boarding pass. Sekitar 30 menit lagi pesawatnya akan tinggal landas.
Kami berpisah. Diantara kami berempat, hanya Judex yang berbeda tujuan dengan kami. Ia menuju ke Bandara Juanda, Surabaya, lantas melanjutkan perjalanannya menuju Tuban. Sedangkan kami, menuju Husein Sastranegara, Bandung.
Setelah mengantar ke counter maskapainya, kami bertiga mencari counter maskapai kami. Letaknya sekitar 50 meter, di ujung sebelah kiri tempat kami berpisah dengan Judex.
Kami berpisah. Diantara kami berempat, hanya Judex yang berbeda tujuan dengan kami. Ia menuju ke Bandara Juanda, Surabaya, lantas melanjutkan perjalanannya menuju Tuban. Sedangkan kami, menuju Husein Sastranegara, Bandung.
Setelah mengantar ke counter maskapainya, kami bertiga mencari counter maskapai kami. Letaknya sekitar 50 meter, di ujung sebelah kiri tempat kami berpisah dengan Judex.
Counter kami nampak lengang. Kami langsung menemui petugas. "Bisa tunjukkan kartu identitasnya, pak?" tanya petugas itu. Aku membuka dompetku. Nampak beberapa kartu yang senantiasa berjejer memenuhi isi dompetku. Aku cari e-KTP. Tobari melakukan hal yang sama.
Tak nampak di tempat biasa aku menaruhnya. Aku panik. "Jika tidak ada, bisa pakai kartu NPWP atau SIM, yang penting ada nama Bapak disana," ujar petugas itu lagi.
Aku tunjukkan copy e-KTP. Beruntung masih bisa diterima, boarding passku pun tercetak.
Giliran Tobari, ia pun tak menemukan e-KTP-nya. Ia gunakan SIM-nya.
Kami bergegas meninggalkan counter itu, mencari tempat istirahat sambil mengingat-ingat kapan terakhir kami melihat e-KTP kami. "Saat check-in ke hotel," ungkapku.
Tobari lantas mencoba menghubungi nomor telpon hotel tempat kami terakhir menginap. Ternyata memang benar ada disana. Masalah baru muncul, bagaimana kami mengambilnya? Masih ada waktu 2 jam lagi pesawat kami take off.
Kami beruntung punya teman baik dari @kppbadungselatan, mas @supriyono0802. Ku telepon dia, meminta bantuannya untuk mengambil e-KTP kami dan mengantarkannya ke Bandara.
Tak nampak di tempat biasa aku menaruhnya. Aku panik. "Jika tidak ada, bisa pakai kartu NPWP atau SIM, yang penting ada nama Bapak disana," ujar petugas itu lagi.
Aku tunjukkan copy e-KTP. Beruntung masih bisa diterima, boarding passku pun tercetak.
Giliran Tobari, ia pun tak menemukan e-KTP-nya. Ia gunakan SIM-nya.
Kami bergegas meninggalkan counter itu, mencari tempat istirahat sambil mengingat-ingat kapan terakhir kami melihat e-KTP kami. "Saat check-in ke hotel," ungkapku.
Tobari lantas mencoba menghubungi nomor telpon hotel tempat kami terakhir menginap. Ternyata memang benar ada disana. Masalah baru muncul, bagaimana kami mengambilnya? Masih ada waktu 2 jam lagi pesawat kami take off.
Kami beruntung punya teman baik dari @kppbadungselatan, mas @supriyono0802. Ku telepon dia, meminta bantuannya untuk mengambil e-KTP kami dan mengantarkannya ke Bandara.
Setiap perjalanan akan selalu bertemu dengan orang2 baik mas :) alhamdulillah
ReplyDeletedjangki
Aamiin. alhamdulillah, Mas. saya bersyukur sekali.
DeleteAlhamdulillah :)
ReplyDeletedjangki
Alhamdulillah.. Masih banyak orang baik.
Delete