BREAKING NEWS

Catatan Perjalanan ke Dusun Bambu Bandung

Dusun Bambu Bandung
Catatan Perjalanan ke Dusun Bambu, Lembang

Pradirwan - Satu hal yang membuat saya memutuskan untuk hijrah dari Cirebon ke Bandung dan menjadikannya homebase selain karena Bandung tempat saya mencari rejeki adalah karena Bandung banyak sekali tempat indah yang layak dikunjungi. Salah satu tempat indah itu bernama Dusun Bambu.

Awal tahun 2013, ketika kantor saya mengadakan ICV di Situ Lembang, Dusun Bambu ini belum ada. Saya belum tahu persis kapan dibukanya, tapi informasi pertama kali tentang Dusun Bambu ini saya dapatkan sekitar awal tahun 2014. Katanya ada tempat wisata baru yang suasananya ga kalah sama floating market Lembang. Dan setelah sekian lama, tadi siang saya berkesempatan mengunjungi Dusun Bambu ini.

Dusun Bambu berlokasi di kaki Gunung Burangrang, Jl. Kolonel Masturi KM. 11, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Orang-orang terlanjur mengenal lokasi ini sebagai kawasan Lembang. Mungkin karena diatas lokasi Dusun Bambu ini ada sebuah danau yang masih sangat alami yang disebut Situ Lembang.

Akses menuju lokasi ini bila dari Cimahi langsung ke arah Lembang melalui jalan Kolonel Masturi. Begitupun sebaliknya bila dari Lembang juga melalui Jalan Kolonel Masturi. Namun bila dari Bandung, dari terminal Ledeng, belok kiri melalui Jalan Sersan Bajuri, melewati Kampung Gajah dan nanti ketemu dengan jalan kolonel Masturi, ambil arah ke Cisarua/Cimahi.
 
Penanda Lokasi Dusun Bambu, sebelum memasuki gerbang utama
Penanda Lokasi Dusun Bambu, sebelum memasuki gerbang utama

Kesan pertama melihat gerbang masuknya adem banget. Tulisan “Dusun Bambu” dengan latar potongan bambu yang tertata rapi dengan jejeran pohon bambu menambah kesan sejuk itu. Ditambah dengan udara khas pegunungan yang sejuk, makin klop deh.

Berdasarkan informasi yang saya ketahui, kabarnya pemilik Dusun Bambu ini adalah seorang pengusaha bernama Ronny Lukito, yang juga pemilik dari Kampung Daun. Beliau ini adalah pengusaha sukses dengan brand ternama seperti Eiger, Exsport dan Bodypack. Kebetulan saya dulu pernah berkunjung ke pabriknya di kawasan Kopo-Ketapang, Kab. Bandung.

Untuk memasuki lokasi ini, pengunjung dikenakan tiket sebesar Rp 10 ribu saja per orang dan biaya parkir (semacam retribusi parkir) Rp 10 ribu untuk motor dan Rp 15 ribu untuk mobil. Tiket masuk tersebut juga berlaku bagi anak berusia 3 tahun ke atas.

Setelah membayar tiket masuk dan biaya parkir di gerbang utama, saya melanjutkan perjalanan ke tempat parkir kendaraan, sekitar 500 meter dari gerbang utama. Sebelum sampai tempat parkir, pengunjung disambut oleh “tugu selamat datang” berupa susunan bambu panjang yang tingginya kira-kira 5 - 6 meter.
tugu selamat datang di dusun bambu
tugu selamat datang di dusun bambu

Tugu ini mengingatkanku pada tugu serupa yang dibangun untuk menyambut delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung bulan April lalu. Tugu bambu tersebut kini menjadi landmark baru kota Bandung, yang berada di perempatan Jl. Pajajaran – Jl. Cihampelas/Cicendo dan Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Wastu Kencana, Bandung.

Antrean di pintu masuk dusun bambu Bandung
antrian di pintu masuk

Setelah saya memarkirkan kendaraan yang lokasinya tak jauh dari tugu tersebut, saya kembali ke lokasi tugu selamat datang tersebut, lantas mengantri. Ada petugas yang akan melakukan pengecekan tiket masuk.
 
shuttel car yang disediakan pengelola dusun bambu Bandung
shuttle car

Ternyata untuk sampai ke area utama, pengunjung diantar dengan shuttle car yang dihias warna-warni. Kendaraan ini selalu stand by mengantar jemput pengunjung dari area tugu ke area utama ataupun sebaliknya. Saya berfikir wah jaraknya pasti jauh nih. Ternyata tidak lebih dari 200 meter. Namun justru hal inilah yang membuat saya terkesan.
 
Pengunjung yang tidak menggunakan shuttle car melewati pematang sawah
Pengunjung yang tidak menggunakan shuttle car melewati pematang sawah

Beberapa pengunjung yang tak sabar mengantri kendaraan tersebut lebih memilih untuk mengambil jalan pintas dengan berjalan kaki melewati pematang sawah yang memang telah disediakan juga oleh Dusun Bambu.
 
Menikmati sensasi "Lutung Kasarung"
Menikmati sensasi "Lutung Kasarung"

Suasana alam pegunungan dan nuansa sunda sangat kental di lokasi Dusun Bambu ini. Ada 3 lokasi restaurant dengan tema yang berbeda. Mata saya langsung tertuju kepada restaurant dengan bentuk yang sangat unik, bentuknya menyerupai "sarang burung raksasa". 

Nama restaurant ini Lutung Kasarung. Untuk bisa sampai di restaurant ini, pengunjung harus melalui jembatan gantung yang saling menghubungkan antara pohon yang satu dan yang lainnya, sarang yang satu dengan sarang yang lainnya.

Sayangnya antrian untuk menggunakan sarang ini cukup lama, mungkin karena akhir pekan kali ya? Saking banyaknya pengunjung yang menginginkan sensasi makan di atas pohon, di sarang burung ini. Untuk menggunakan sarang burung ini, pengunjung harus reservasi dulu dengan biaya sewa Rp 100 ribu per jam. Biaya tersebut tidak termasuk makanan loh ya. Cara yang efektif untuk mengantisipasi pengunjung yang sekedar numpang foto dan pesan minum saja.

Purbasari, restauran dengan tema saung ditepi danau
Purbasari, restauran dengan tema saung ditepi danau

Restauran yang kedua bertema saung sunda. Purbasari, nama restauran itu. Bentuknya saung-saung di pinggir danau. Di danau itu ada perahu atau sampan yang bisa disewa untuk berkeliling danau. Nama wahana ini sampan Sangkuriang. Lalu yang terakhir restauran dengan tema modern. Namanya Burangrang.
 
Burangrang Restaurant
Burangrang : restauran dengan konsep modern

Selain makanan berat yang disajikan di tiga restauran tersebut, pengunjung juga bisa mencoba jajanan tradisional di Pasar Khatulistiwa. Disini ada tahu gejrot, surabi, mie tek-tek, kerak telor dan lain-lain. Disini juga sebagai tempat menjual beragam oleh-oleh.
 
Pasar Khatulistiwa di Dusun Bambu
berburu oleh-oleh dan jajanan tradisional di Pasar Khatulistiwa

Uniknya di pasar Khatulistiwa ini, transaksi jual-beli tidak boleh menggunakan uang, melainkan harus menggunakan voucher. Jadi pengunjung harus menukarkan dulu uangnya dengan voucher di tempat pertukaran voucher. Setelah itu baru bisa dijadikan sebagai alat pembayaran. Ini mirip dengan di Floating Market Lembang, bedanya disana menggunakan koin sebagai alat pembayarannya.
 
Patung manusia
Patung manusia

Di depan pasar khatulistiwa ini ada pemandangan menarik, yaitu ada 2 orang yang bergaya mirip patung dan sekumpulan pemusik yang kesemuanya menggunakan alat musik yang terbuat dari bambu. Suara musik bambu ini terdengar ke seluruh penjuru Dusun Bambu.

Pemusik bambu memainkan alat musik yang kesemuanya terbuat dari bambu
Pemusik bambu memainkan alat musik yang kesemuanya terbuat dari bambu

Di bagian belakang pasar khatulistiwa ada sebuah taman bunga yang luas. Di sana juga ada sebuah sungai kecil yang airnya sangat jernih. Tempat ini juga menjadi area favorit untuk berfoto.
 
jembatan di atas sungai kecil
jembatan di atas sungai kecil


taman bunga dan sungai kecil di Dusun Bambu
taman bunga dan sungai kecil

Selain fasilitas yang disebutkan diatas, Dusun Bambu juga memiliki fasilitas unik lainnya. Salah satunya adalah penginapan yang bernama Kampung Layang. Penginapan ini berbentuk seperti cottage. Informasi yang saya dapat, harganya sekitar Rp 2 juta per cottage. Lumayan terjangkau mengingat 1 cottage bisa diisi 1 keluarga besar. Lokasinya dekat dengan areal persawahan tempat kami menunggu shuttle car sebelum masuk tadi.
 
kampung layang, tampak dari tempat saya masuk
kampung layang, tampak dari tempat saya masuk

Tak terasa sudah lebih dari 3 jam saya berkeliling Dusun Bambu, hari sudah semakin sore. Udara pun sudah semakin dingin, pegawai Dusun Bambu menyiapkan api unggun di depan Pasar Khatulistiwa. Saya memutuskan untuk segera pulang ke rumah.

Oh ya, bagi yang mau reservasi atau menanyakan info lebih lanjut bisa melalui telp 022-82782020. Atau silakan kunjungi situs resminya di https://dusunbambu.id/

Demikian catatan perjalanan saya ke Dusun Bambu kali ini, semoga bermanfaat...

Share this:

2 comments :

  1. mantep nih tempat, bisa jadi rokomendasi jika pergi ke bandung nih!, ini sejenis apa itu istilah nya wisata budaya juga yah!, kalo sempat melihat dari inti tulisannya. dan bonusnya pemandangan yang keren :) cool share kang

    ReplyDelete
  2. Ya semacam wisata budaya. Memang Bandung masih sangat kental memegang budaya sundanya.

    Makasih sudah berkunjung...
    Salam

    ReplyDelete

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes