Selamat ulang tahun pernikahan, sayang... (Foto: Pangandaran, 5 September 2015) |
Undangan yang dulu pernah aku cetak masih tersimpan |
Sudah banyak riak gelombang kehidupan yang telah kita lalui untuk bisa menikmati saat indah di hari ini. Tidaklah sedikit pengorbanan yang kita lakukan dalam mengejar impian kebahagiaan yang kita idamkan. Bahkan, saat pertama kali keningmu ku kecup merupakan detik-detik terindah yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Ia akan senantiasa terekam jelas dalam benakku. Dan tahukah engkau, saat itu kurasakan benih-benih cinta ini mengalir begitu saja memasuki lubuk hatimu?
Sayangku...
Terima kasih atas kesabaran, ketulusan dan keteguhan hatimu dalam mengarungi bahtera kehidupan kita bersama. Maafkan aku yang sering meninggalkanmu dalam bermusafir menjalankan tanggung jawabku mencari nafkah dan sekedar uang belanja di luar sana. Engkau tetap setia menanti kepulanganku dengan wajah gembira. Meski sesekali nampak wajah lelah setelah bergulat dengan tugas rumah tangga, engkau tak lupa melayaniku bak seorang raja, menyajikan minuman dan hidangan santap malam kita. Tiada rasa jemu, engkau pun senantiasa mendoakan keselamatan dan kesehatan bagiku dalam setiap doamu.
Sayangku...
Disaat kita memilih sebagai pasangan hidup dan belahan jiwa, maka disaat yang sama, cinta itu harus senantiasa ikut bersama disetiap jejak langkah kaki, sambil menautkan jemari, lalu berjalan bergandengan. Bersama-sama. Aku harus menjadi bagian dari dirimu, begitupun sebaliknya, dirimu pun harus menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Ikatan perasaan “saling menguntungkan” yang ada dari hubungan kita akan dapat tumbuh mekar bersama pengalaman menjalani hidup bersamamu.
“Cinta mesti berada pada tataran esensi, bukan sekedar eksistensi, yang dipelihara dan dinikmati setiap detik proses melaluinya. Bahwa dalam perjalanan cinta kerap kali terjadi letupan-letupan yang mengejutkan, kita senantiasa berusaha untuk mampu melerai dan menanggulanginya. Karena kita menempatkan cinta itu tidak sebatas kenangan dan pikiran. Ia adalah bagian dari interaksi antara kita untuk menjaga harmoni. Membuat “bara” nya tetap menyala hangat dalam jagad hati kita masing-masing.”Sayangku...
Saat ini aku merupakan keutamaan bagimu setelah Allah dan Rasulmu. Engkau wajib mematuhiku selama aku tak meyuruhmu untuk melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah. Hiasilah selalu wajahmu dengan senyum manismu, karena senyummu adalah penambat hati dan pengobat rasa lelahku. Jagalah tutur katamu, karena ucapanmu sangat mungkin bisa menggores hatiku. Pahamilah aku, karena aku hanya seorang lelaki biasa yang tak punya keistimewaan apapun dihadapan Sang Pencipta. Bersabarlah denganku, karena aku hanyalah manusia biasa, yang tak akan pernah luput berbuat salah. Tatkala itu terjadi, maka maafkanlah aku...
Sayangku...
Aku berdoa :
Ya Allah, ya Tuhan kami, jadikanlah kami pasangan yang bahagia dan selalu mendapat cucuran rahmat dari-Mu. Karuniakanlah bagi kami keberkahan hidup, kedamaian hati dan kerukunan dalam berumah tangga.
Ya Allah, ya Tuhan kami, hiasilah selalu hidup kami dengan perasaan cinta, kasih, sayang dan rindu yang berkepanjangan dan tiada berkesudahan. Janganlah Engkau keringkan hati dan jiwa kami dari perasaan cinta dan kasih sayang, karena itu akan membawa kegundahan yang tidak tertanggung oleh jiwa kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami, keturunan yang sholeh dan sholehah yang akan membawa panji-panji perjuangan di jalan-Mu.
Ya Allah, ya Tuhan kami, izinkanlah kami dapat menikmati hidup bahagia hingga suatu saat ketetapan-Mu datang kepada kami, kami tanpa sedikitpun rasa duka di hati kami.
Ya Allah, berkatilah kami dan kabulkanlah doa kami. Amin.
Selamat ulang tahun pernikahan, sayang...
Post a Comment