Menguak Cerita Dibalik Gua Jepang dan Gua Belanda |
Singkat cerita, akhirnya kami berangkat ke lokasi Gua Jepang dan Gua Belanda. Dua gua peniggalan penjajah jaman dulu ini berada di Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda, Bandung.
Bagiku, jika mendengar nama Ir. H. Juanda, Bandung, yang terpikir pertama kali adalah Dago. Ya, nama tersebut seperti identik ya? Jasa Ir. H. Juanda sangat besar pada bangsa ini, dan yang masih aku ingat adalah Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957. Pada deklarasi tersebut dinyatakan bahwa semua pulau dan laut nusantara adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Maka untuk mengabadikan banyaknya jasa beliau inilah namanya dijadikan nama jalan yang cukup terkenal di Bandung, yaitu jl. Ir.H.Juanda atau dulu disebut jl. Dago (sampai sekarang masyarakat masih mengenalnya sebagai jl. Dago, sama juga seperti Jl. Riau atau Jl. LL.RE. Martadinata). Selain nama jalan, juga diabadikan di Taman Hutan Raya (Tahura) ini.
Gua Jepang |
Lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Tanahnya subur dan terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species.
Untuk dapat mencapai lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda ini sangat mudah. Ikuti saja jalan Dago menuju Dago Pakar, rambu-rambu yang dipasang disisi jalan banyak dan memudahkan kita menuju ke lokasi. Jika naik angkot, turun di Terminal Dago, dan pindah angkot atau naik ojek saja ke Tahura. Meski sudah bertahun-tahun aku tinggal di Bandung, jujur saja, perjalanan hari ini adalah kesempatan pertama saya ke tempat ini.
Objek wisata ini merupakan objek wisata yang cukup komplit. Memasuki pintu gerbang masuknya, kita langsung disuguhi deretan pohon Pinus dan udara yang segar dan bebas polusi. Selain suasana tenang dan udara yang bersih, disini banyak spot-spot yang menarik, diantaranya Monumen Ir. H. Juanda, Museum Ir. H. Juanda, Curug Dago, Batu Prasasti Kerajaan Thailand, Curug Lalay, Curug Omas, Taman Bermain, tempat out bond, Goa Jepang, Goa Belanda, Curug Lalay, Penangkaran Rusa, dan Tebing Keraton. Anda bisa mengetahuinya di karcis masuk dan papan informasi yang ada di gerbang masuk.
salah satu pintu masuk gua Jepang |
Diantara sekian banyak spot menarik, ternyata kami berdua hanya bisa mengunjungi gua Jepang dan gua Belanda saja, karena itulah tujuan awal kami kesini. Tujuan pertama adalah gua Jepang. Lokasinya ga terlalu jauh dari pintu masuk tadi, kami berjalan kaki sekitar 200 meter, melewati jalan yang terbuat dari batuan, menuruni beberapa anak tangga, dan sekitar 5-10 menit, sampailah di Gua Jepang (pas sampai disana kok tulisannya "Goa Jepang", bukan "Gua Jepang"?, yang bener Gua apa Goa sih?).
Gua Jepang yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan satu dari puluhan Goa jepang yang tersebar di seluruh Indonesia. Goa Jepang ini dibuat pada tahun 1942-1945 oleh para orang-orang Indonesia yang menjadi Romusha Jepang pada saat itu. Goa ini dulunya dimanfaatkan oleh Jepang untuk tempat penyimpanan amunisi, logistik, dan komunikasi radio pada masa perang dulu.
Ketika masa pendudukan Jepang dulu, Kota Bandung merupakan markas salah satu dari tiga kantor besar (bunsho) di Pulau Jawa. Bandung juga menjadi tempat pemusatan terbesar tawanan perang mereka, baik tentara Hindia-Belanda (KNIL) dan satuan sekutunya, maupun warga sipil. Pada masa Jepang, kawasan Tahura ini tertutup bagi masyarakat umum.
Keterangan Singkat Goa Jepang |
Konon katanya, lorong ke dua dan ketiga sebagai lorong jebakan. Untuk kebutuhan penerangan di saat memasuki lorong pertama bisa menyewa senter, harga sewanya Rp 5000. Lembab, gelap dan dingin adalah kesan awal yang langsung menerpa saat kami mulai melangkah ke dalam gua. Lorong yang panjang serta berliku memang cukup membingungkan. Sebaiknya perlahan-lahan jika berjalan melewati jalan berbatu-batu serta dinding tanah. Setelah melewati persimpangan demi persimpangan, bisa keluar melalui mulut gua yang berukuran lebih besar. Di lorong ini dahulu difungsikan untuk tempat parkir dan keluar-masuk kendaraan perang.
Bagian atas gua Jepang ditumbuhi rimbunan pepohonan, beberapa pohon berumur ratusan tahun memiliki akar yang telah merayap turun ke bawah hingga menembus kerasnya batu cadas di luar dinding gua. Meski terkesan bersih, melihat gua Jepang sama saja melihat produk perang yang berlumuran darah manusia. Memasuki gua Jepang, sama dengan memasuki periode kebrutalan ketika nyawa manusia sama sekali tidak berharga. Kengerian sudah menunggu di gelap gulitanya gua yang tidak dilengkapi dengan penerangan cahaya lampu. Berbekal lampu senter sewaan, setiap lorong gua menjadi saksi bisu tewasnya ratusan romusa dengan mengenaskan dalam proses membangun gua pertahanan ini selama tiga tahun dan juga terbunuhnya ratusan prajurit Jepang yang dibantai sekutu akhir 1945.
Meninggalkan gua Jepang menuju gua Belanda |
Pintu masuk gua Belanda |
Akan tetapi, enam tahun kemudian setelah air Sungai Cikapundung dialirkan melalui pipa, gua ini beralih fungsi. Dilihat dari letaknya yang strategis dan tersembunyi, kemudian menjelang perang dunia kedua awal tahun 1941, pihak Belanda menjadikan terowongan ini sebagai benteng atau markas militernya.
Dalam terowongan tersebut mereka membangun jaringan gua sebanyak 15 lorong dan 2 pintu masuk setinggi 3,2 meter. Luas pelataran yang dipakai gua seluas 0,6 hektar dan luas seluruh gua berikut lorongnya adalah 547 meter. Di dekat mulut terowongan pun dibangun semacam pos untuk mengawasi daerah sekitarnya. Saluran atau terowongan berupa jaringan gua di dalam perbukitan ini kemudian dinamakan Gua Belanda.
Gua Belanda - tampak seperti titik berwarna putih adalah pintu keluar |
Adapula pemandangan menarik lainnya yang bisa kita lihat di dalam Gua Belanda, yakni bekas rel troli semacam untuk pengangkutan barang atau sejenisnya yang memanjang di lorong Gua Belanda serta ruangan bekas stasion radio telekomunikasi militer Belanda.
Wah, mengapa di dalam Gua Belanda ini terdapat ruangan bekas stasion radio telekomunikasi ya? Ternyata, pada saat perang dunia kedua, bangunan Gua Belanda ini memang pernah digunakan menjadi pusat stasion radio telekomuniasi Hindia-Belanda. Saat itu, stasion yang ada di Gunung Malabar terbuka dari udara dan tidak mungkin untuk dilindungi atau dipertahankan dari serangan udara sehingga dipilihlah Gua Belanda sebagai tempat penggantinya. Namun sayang, penggunaan stasion radio ini belum sempat terpakai secara optimal.
Meskipun begitu, pada awal perang dunia kedua, dari stasion radio telekomunikasi inilah Panglima Perang Hindia Belanda, Letnan Jenderal Ter Pootren mengatur rencananya. Melalui Laksamana Madya Helfrich, ia dapat berhubungan dengan Panglima Armada, sekutu Laksamana Muda Karel Doorman untuk mencegah masuknya Angkatan Laut Kerajaan Jepang yang mengangkut pasukan mendarat di Pulau Jawa. Akan tetapi, sangat disayangkan usaha tersebut gagal dan seluruh pasukan berhasil mendarat dengan selamat di bawah komando Letnan Jenderal Hitosi Imamura.
Dan pada masa kemerdekaan, ternyata Gua Belanda ini juga pernah dipakai atau dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan senjata dan mesiu oleh tentara Indonesia lho.
Keterangan singkat gua Belanda |
Kalau diperhatikan Gua Belanda ini terlihat lebih rapi dari Gua Jepang yang juga ada di kawasan hutan ini, mungkin karena lantai dan dindingnya yang sudah disemen. Namun sayang, beberapa dinding gua yang telah mengalami renovasi ini tak terpelihara dengan baik, coretan dari tangan-tangan jahil mengotori dinding-dinding bersejarah tersebut. Sekarngpun pintunya sudah mulai karatan dan belum di cat lagi.
Pintu Keluar Gua Belanda |
Gimana, seru bukan? Bagi yang masih penasaran, jangan ragu berkunjung ke Gua Jepang dan Gua Belanda di Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda ini. Seperti kata jargon iklan jaman dulu "kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya, terserah anda..." hehehe...
Referensi:
http://djamandoeloe.com/read/76/gedung/menapaki-jejak-sejarah-gua-belanda
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/635436-menguak-tewasnya-ratusan-romusa-di-gua-jepang
https://kartikariani.wordpress.com/2015/02/06/taman-hutan-raya-ir-h-djuanda-wisata-alam-komplit-di-bandung/
Referensi:
http://djamandoeloe.com/read/76/gedung/menapaki-jejak-sejarah-gua-belanda
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/635436-menguak-tewasnya-ratusan-romusa-di-gua-jepang
https://kartikariani.wordpress.com/2015/02/06/taman-hutan-raya-ir-h-djuanda-wisata-alam-komplit-di-bandung/
makasih gan infonya dan semoga bermanfaat
ReplyDeleteok mantap bos artikelnya dan sangat menarik
ReplyDeleteterimakasih sob buat infonya dan semoga bertambah sukses
ReplyDeletetrimaksih gan buat penjelasanya sangat bermanfaat sekali
ReplyDeletemakasih gan buat infonya dan salam sukses selalu
ReplyDeletebagus sob artikelnya dan menarik
ReplyDeleteMakasih atas limpahan ilmunya
ReplyDeleteMakasih atas limpahan ilmunya
ReplyDeletemakasih gan buat infonya dan semoga bermanfaat
ReplyDeletebagus bos artikelnya dan menarik
ReplyDeletekeren mas buat infonya dan salam sukses selalu
ReplyDeleteok mantap sob buat infonya dan salam kenal
ReplyDeleteMenarik sekali, perlu saya coba ini..
ReplyDeletekebetulan lagi cara tentang hal ini.
Mau mendapatkan pelayanan yang baik dan ramah???
ReplyDeleteModal Kecil bisa mendapatkan hasil yg luar biasa...