Pengalaman pada sepotong senja (Pradirwan) |
Tiada pengalaman yang lebih indah daripada pengalaman saat kita menikmati sepotong senja. Duduk beralas pasir putih diiringi deru ombak dan angin pantai. Menatap langit tepi barat dan menyaksikan jejak sang surya tenggelam pada petak-petak langit jingga.
Seperti senja itu, saat aku melepas lelah setelah seharian berjalan, menelusuri jalanan penuh liku menuju pantai ini.
Sungguh, aku rindu kembali ke pantai ini dan menatap lagi langit senjanya.
Pada senja kala itu, kita berjalan menyusuri pantai berpasir putih. Kita memang sengaja datang walaupun satu per satu pengunjung telah banyak yang pergi.
Kali ini, aku datang sekadar bernostalgia. Aku ingin merasakan kembali pengalaman senja di atas pasir putih. Desau angin dan riak ombak samudera menjadi teman sepi. Pantai ini cocok bagiku menjadi tempat duduk menyendiri.
Aku datang sekadar bernostalgia. Sialnya, aku berjumpa dengan kesunyian tiada tara. Ombak serasa mati. Tak lagi berkejaran ke pantai. Tak ada lagi suara pengunjung. Semuanya hilang, lenyap ditimbun waktu.
Pengalaman yang ku cari tak dapat ku temui. Di ujung horizon, mentari senja terbelah kemudian perlahan-lahan hilang. Ia meninggalkan petak-petak jingga pada awan yang tak beraturan di langit.
Aku duduk di hamparan pasir putih dan mataku terpana pada langit jingga.
"Indah sekali!" Pujiku dengan suara tak terucap.
Itu suara dalam keheningan. Pujian hati pada sepotong senja yang indah tak terkatakan. Mataku terpana. Jiwaku terhibur menyambut keindahan senja yang menakjubkan itu.
Tiba-tiba bayangan itu muncul. Bayangan aku dan kamu saat senja merelakan jingga kepada malam. Lantas hilang, terkubur kenanganku sendiri.
***
Pradirwan
Ujunggenteng, 15 April 2019
Post a Comment