BREAKING NEWS

Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN

Alia Karenina sedang memparkan materi personal branding, Sabtu (12/12)

"Your brand is what other people say about you where you're not in the room." (Jeff Bezos, Amazon)


Pradirwan - Semua orang punya personal branding. Entah kita sengaja membangunnya atau tidak, orang lain pasti pada suatu saat akan membicarakan kita. Betul, kan?

Ilmuwan psikologi Universitas Florida Lise Abrams dan Danielle K. Davis dalam Current Direction in Psychological Science mengungkapkan terdapat fakta bahwa ada beberapa nama yang begitu sulit untuk diingat. Hal ini dapat mengajari kita banyak hal tentang cara kerja ingatan manusia.*

Sebagai contoh, ada banyak orang yang bernama Herry di dunia ini. Dengan mengetikkan "Herry" dalam kontak di gawai kita, mungkin akan muncul puluhan nama tersebut. Untuk membedakan Herry yang satu dengan yang lainnya, kita perlu menambah kata lainnya yang spesifik merujuk Herry yang kita maksud, misalnya Herry Pradirwan.

Seperti halnya nama, seseorang bisa diingat atau diidentifikasi dari personal branding yang ia milliki. 

Baca juga: 7 Manfaat Fotografi Ala Masardani

Personal branding merupakan hal yang penting khususnya dalam dunia profesional. Dengan memiliki personal branding, suatu individu bisa dengan lebih strategis menempatkan dirinya dalam tim dan organisasi.

Selain itu, personal branding berguna untuk menciptakan kesadaran, membangun kepercayaan, menciptakan reputasi, dan memengaruhi persepsi dari orang-orang yang relevan.

Dalam lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN), personal branding penting untuk meningkatkan kualitas baik secara individu maupun dalam konteks komunikasi publik.

Lalu, apa sih personal branding itu?

Dalam sebuah webinar bertajuk "Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN", Juru bicara Kemenko Perekonomian dan CEO Alika Communications, Alia Karenina menjelaskan personal branding adalah bagaimana cara kita menunjukkan 'sisi personal' mana yang akan kita tampilkan kepada orang lain, meskipun itu tidak sesuai dengan kepribadian kita.

"Brand itu apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Apakah itu personality kita? Tidak," ujar alumnus teknik planologi (ilmu perencanaan wilayah dan kota ) ITB itu, Sabtu (12/12).

Alia bercerita bahwa ia sebenarnya introvert dan pemalu. Namun saat terjun sebagai jurnalis televisi, ia belajar berkomunikasi sehingga kini dikenal sebagai seseorang yang memiliki gaya bicara lugas dengan intonasi yang jelas.

"Orang yang pernah berinteraksi dengan saya mungkin melihat Alia Karenina itu galak, tegas, ngomongnya tanpa tedeng aling-aling, dan tidak punya perasaan. Sebenernya saya sangat sensitif, cenderung conciderate terhadap orang-orang dekat, dan pemalu," ungkapnya. 

Baca juga: Cara Menjadi Newbie Percaya Diri

Lebih lanjut ia menuturkan, untuk membangun brand yang kuat, secara umum harus memiliki lima unsur.

"Yang perlu ditonjolkan pertama kali adalah kesan powerfull (kuat). Kemudian otentisitas (autentic) kita. Saya mungkin orangnya santai dan cenderung tidak kaku," katanya.

Selanjutnya adalah konsisten (consistent). Citra diri harus konsisten, tidak berubah-ubah.

Kesan diri juga haruslah visible, maksudnya kita harus terlihat berbeda dari pada orang-orang kebanyakan (stand out).

"Punya sesuatu yang berbeda atau berharga (valuable) yang bisa ditawarkan, yang menjadi pembeda antara saya dengan orang orang lain yang menjadi peers kita. Cobalah membuat list apa saja nilai-nilai yang kita punya. Karena yang paling mengenal diri kita adalah kita sendiri," tegasnya.

Untuk menjadi seseorang yang stand out, Alia memberikan tips. Caranya dengan tidak memberi pekerjaan medioker, yaitu pekerjaan yang semua orang bisa kerjakan. 

"Kerjakan pekerjaan yang hasilnya bisa 120%, supaya kamu bisa stand out," imbuhnya.

Personal branding harus ditunjukkan dengan attractive. Tujuannya untuk menarik orang-orang yang membutuhkan kemampuan atau keahlian kita.

Meski begitu, dia mengingatkan untuk tak terlalu sibuk menonjolkan diri, tetapi buat diri kita dibutuhkan.

"To be demand, not supply. Kehadiranmu penting. Kalau gak ada kamu gak jalan. Buat orang berpikir, oh kalau kerjaan ini tuh yang bisa ngerjain cuma si A. Gak ada orang lain yang bisa," katanya.

Jika hal itu terjadi, akan membuat positioning individu berbeda di antara teman-teman yang lainnya.

"Kita akan mendapatkan posisi dan kondisi terbaik yang sesuai minat, bakat, keahlian, dan kekuatan kita.Karena pasar akan membutuhkan orang-orang yang mempunyai value added dan skill set tertentu," jelasnya.

Di akhir paparannya, ia meminta untuk menjaga profesionalisme dan membangun relasi sebanyak-banyaknya. Berkenalan dengan semua layer/tingkatan. Dari yang terendah sampai yang tertinggi.

"Unsur-unsur itu penting untuk mengelola kesan orang lain terhadap kita, baik itu rekan, atasan, pihak luar, maupun secara umum," pungkasnya.

Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti.

Senada dengan Alia, Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti mengatakan peran ASN penting untuk menjaga citra dan kredibilitas institusi di mata publik.

Menurutnya, ASN adalah agen komunikasi (humas) dari tempat di mana ia bekerja. Salah satunya melalui media sosial untuk mengetahui tingkat engagement terhadap publik.

"Tidak bisa dimungkiri sebagai personal kita hadir di media sosial. Karena kita sebagai ASN, pasti orang akan melekatkan dimana tempat kita bekerja. Marwah kita sebagai ASN akan selalu melekat. Makanya kita harus berhati-hati jika berhadapan dengan publik dan media sosial (bijak bermedsos)," ungkap mantan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu itu.

Pria yang akrab disapa Frans itu mengatakan setiap ASN seharusnya bisa mengomunikasikan setiap kebijakan publik dari tempatnya bekerja.

"Sebagus apa pun kebijakannya, tanpa dikomunikasikan dengan baik, kebijakan itu akan gagal karena tidak bisa diterima oleh masyarakat dengan baik," katanya.

Lebih lanjut Frans mengatakan, agar dapat menjelaskan ke masyarakat, tak cukup hanya mengetahui aturan terkait kebijakan saja yang dipelajari. Penting juga untuk mengetahui bagaimana latar belakang sebuah kebijakan itu diputuskan.

"Ketahui juga asbabun nuzul kenapa kebijakan itu terbit," katanya.

Hal lain yang tak kalah penting menurut Frans adalah kemampuan menerjemahkan kebijakan publik itu dengan bahasa yang membumi atau mudah dipahami sehingga bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

"Sebagai agen komunikasi (humas), kita mengamati kebutuhan informasi/respon masyarakat. Jika menemukan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan publik yang sudah diterbitkan atau hoax, kita harus segera memberikan klarifikasi," ujarnya.

Dalam beberapa kasus yang dianggap mendesak (misalnya komentar/postingan di medsos), Frans sering menggunakan medsos pribadinya untuk menjelaskan hal yang bersifat informal. Ia menyebut, keunggulan sebagai ASN yaitu mengetahui data dan informasi yang valid dari institusinya.

"Respon di medsos seperti ini tidak bisa kita gunakan dengan release resmi. Selain karena sifatnya (yang tidak resmi/informal) itu, pembuatan release biasanya membutuhkan waktu yang lama. Dikhawatirkan isu itu dianggap benar jika terlalu lama dibiarkan dan akan semakin sulit diluruskan karena masyarakat sudah termakan hoax," tegas Frans.

Oleh karena itu ia sepakat dengan Alia untuk membina relasi di semua level atau lintas instasi. Hal itu menurutnya bisa memudahkan dan memaksimalkan peran humas dalam menjaga citra dan kredibilatas institusi.

Selain itu, menurut Frans, hal penting yang coba ia bangun adalah mengurangi jurang komunikasi dalam unit kerja. Menurutnya, jenjang birokrasi membuat sekat dalam berkomunikasi.

"Adanya 'sekat birokrasi' membuat komunikasi tidak berjalan lancar. Ide-ide cemerlang dari pelaksana misalnya bahkan bisa tak tersalurkan karena ada rasa segan atau enggan kepada atasan. Jurang komunikasi di birokrasi itu harusnya tidak dimiliki, khususnya bagi pranata humas," imbuhnya.

Di akhir paparannya, Frans berharap agar semua pegawai bisa menjadi agen humas.

"Tantangan berikutnya adalah membangun komunitas yang mendukung tugas kehumasan. Bagaimana kita semua berkontribusi membangun branding institusi masing-masing," pungkasnya. (HP)


Artikel ini telah ditayangkan di ayobandung.com

* Mengapa Sangat Sulit untuk Mengingat Nama Orang, Bisnis Indonesia, 20 Juni 2020. https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200620/219/1255348/mengapa-sangat-sulit-untuk-mengingat-nama-orang

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes