BREAKING NEWS

Tentang Busur dan Panah Jakarta Khusus

Buku Busur dan Panah (sumber: FB Dewi Damayanti)

"Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri." (JK Rowling)

Pradirwan - Barangkali tak ada yang lebih membanggakan bagi seorang penulis selain karyanya dibukukan. Salah satunya adalah karya rekan-rekan di Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus. Beberapa waktu lalu, mereka meluncurkan buku “Busur: Meramu untuk Maju”dan “Panah: Cerita untuk Kita” secara daring di Jakarta, Selasa (27/7/2021).

Buku Busur dan Panah merupakan kumpulan buah pikiran pegawai Kanwil DJP Jakarta Khusus berupa opini dan feature. Para pegawai ini memiliki talenta dan minat dalam menulis yang bergabung dalam kegiatan Jakarta Khusus Menulis.

Salah seorang penulisnya Dewi Damayanti menuturkan, Busur tanpa Panah takkan berarti apa-apa. Sebaliknya Panah tanpa Busur, takkan sampai ke mana-mana.

Buku Busur adalah kumpulan opini. Ini terinspirasi dari fungsi busur itu sendiri yang digunakan sebagai alat untuk melesatkan anak panah. 

"Di tangan atlet yang baik, akan mengarahkan anak panah menuju sasaran yang ditetapkan. Busurlah yang akan memberikan dorongan yang kuat dan tepat, agar panah melesat sampai ke tujuan," ungkap Dewi yang juga menjadi tim penyunting buku ini.

Karakteristik tugas pokok dan fungsi Kanwil DJP Jakarta Khusus memang memiliki kekhasannya sendiri. Ada regulasi-regulasi khusus yang memang tidak ditemukan di Kanwil DJP lainnya. Karakter khusus inilah yang menjadi daya tarik buku ini. "Buku ini akan membuka cakrawala bagi pembacanya," ujar Dewi.

Sedang Panah adalah tulisan feature, tulisan ringan berisi kisah keseharian para penulisnya terkait situasi yang mereka hadapi. Pandemi telah mengubah pola kerja, interaksi, dan strategi. Kesedihan, keprihatinan, dan upaya untuk menyeimbangkan diri terjalin dan menghasilkan tekad serta semangat baru.

Dewi meyakini, ketika menelusuri satu demi satu kisah dalam Panah ini, banyak hikmah yang bisa dipetik pembaca. Buku setebal 164 halaman ini diharapkan akan menjadi cermin yang merefleksikan kisah penulis dengan pembacanya.

Ibarat Panah, ia akan terbang cepat mengenai sasaran setelah melekat pada Busur. Untuk mencapai sasaran itu, Panah akan ditarik mundur, kemudian diarahkan ke sasaran, sebelum akhirnya dilepaskan. Demikian pula kita dalam menghadapi pandemi. "Kita pun harus berusaha tenang dan mundur sejenak sebelum berlari cepat dalam menyesuaikan diri di masa pandemi ini," jelas Dewi.

Sementara itu tim penyunting buku tersebut, Johana L. Wibowo menuturkan, jika dihitung ke belakang, pembuatan kedua buku ini memakan waktu kurang lebih sembilan bulan. Prosesnya dimulai dari rapat perencanaan, lokakarya/pelatihan menulis, pengumpulaan karya, hingga penyuntingan.

Menurutnya, rangkaian proses tersebut membutuhkan upaya luar biasa. "Tidak gampang, 'memaksa' rekan-rekan menggoreskan ide, gagasan, dan ceritanya ke dalam sebuah tulisan. Apalagi, di tengah kesibukan mengejar realisasi penerimaan pajak, rekan-rekan menyisihkan sedikit waktunya merajut benang-benang ide, menyimpul potongan-potongan hikmah cerita," ungkapnya.

"Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Barangkali ungkapan itu yang pantas untuk mengapresiasi seluruhnya, tim penyusun, tidak terkecuali." pungkasnya.

Peluncuran dan Bedah Buku Busur dan Panah

"Verba volant scripta manent, apa yang terucap akan hilang, apa yang tertulis akan abadi," ungkap Fungsional Ahli Madya, Dendi Amrin saat membuka diskusi dalam bedah buku Busur dan Panah secara virtual, Selasa (27/07/2021).

Dalam acara tersebut, Kepala Kanwil DJP Jakarta Khusus Budi Susanto menaruh harapan dengan hadirnya kedua buku ini. “Mudah-mudahan penerimaan tercapai dan itu didukung para penulis muda kita yang memberikan warna dalam menjalankan pencapaian penerimaan,” ungkap Budi ketika ditanya apa latar belakang penerbitan buku itu.

Pada kesempatan itu, Budi menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tim penulis dan tim penyusun, yang di luar kerjaannya masih mampu memberikan semangat pegawai Kanwil DJP Jakarta Khusus dalam pencapaian penerimaan.

Kasubdit Pertukaran Informasi Perpajakan Internasional Sanityas Jukti Prawatyani menceritakan ihwal pembuatan kedua buku itu. Tyas yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang P2humas Kanwil DJP Jakarta Khusus itu memimpin proyek penyusunan buku tersebut. "Setiap menjabat di DJP, saya berusaha untuk meninggalkan jejak," ungkap Tyas, dikutip dari kontributor dan penyunting buku tersebut, Ahmad Dahlan.

Baca juga: Membedah Buku Mazda

"Buku Berkah 1 (yang bercerita tentang modernisasi di DJP), Buku Berkah 2 (bercerita ihwal badai kasus Gayus), Buku Jejak Pajak, dan Buku Jejak Amnesti, adalah jejak-jejak yang telah ditinggalkan Bu Tyas beberapa tempo silam. Dan kini, beliau telah meninggalkan jejaknya di Kanwil Jaksus berupa buku Busur dan Panah itu," tuturnya di beranda Facebook Ahmad Dahlan Jadi Dua.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti mengatakan pentingnya menulis. Pria yang akrab disapa Frans itu mencontohkan dua orang yang berkat tulisannya mereka menjadi "seseorang".

Pertama adalah Budiono, Wakil Presiden Indonesia 2009-2014 dan Menteri Keuangan di Kabinet Persatuan 2001-2004. Kala itu satu artikelnya di harian nasional Kompas dibaca Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, JB. Sumarlin. Sejak saat itu, Boediono mulai mengawali kariernya di pemerintahan dengan bergabung di Bappenas.

Kedua yaitu Yustinus Prastowo. Sebelum terkenal, Staf Khusus Bidang Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan itu pun pada awalnya menulis opini di Kompas.

"Makanya saya selalu meng-encourage teman-teman untuk senantiasa menulis tentang apa saja. Karena setiap orang itu unik. Punya pemikirannya masing-masing. Dan kalau dituangkan ke dalam tulisan, dari seratus persen pembaca pasti 5 sampai 20 persennya akan merasa itu sesuatu yang luar biasa. Dan bisa menjadi teladan atau inspirasi bagi yang membacanya," pesan Frans.

Menurut Frans, kedua buku tersebut (Busur dan Panah) mampu membingkai satu waktu: pandemi Covid-19. Ia menilai para penulis berhasil memotret kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah maupun kejadian-kejadian di tengah pandemi Covid-19.

Frans menambahkan, tulisan, apalagi dalam bentuk buku, merupakan catatan sejarah yang bisa menjadi sesuatu yang dibaca oleh generasi penerus. Kalau tidak dituliskan, akan hilang begitu saja. Begitu ditulis, dia akan menjadi sejarah, bahan bacaan, dan bahkan referensi jika pandemi terjadi lagi.

"Mari kita tinggalkan jejak-jejak dalam bentuk tulisan. Kita akan menikmati hasilnya beberapa tahun yang akan datang," lanjut pejabat yang sudah menerbitkan banyak buku itu.

Baca juga: Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN

Hal senada diungkap Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2humas) DJP Neilmaldrin Noor. Neil yang juga hadir dalam peluncuran buku tersebut mengatakan, buku itu merupakan hasil diskursus berbagai pihak terhadap situasi pandemi Covid-19. “Tentunya memicu pemerintah untuk menyusun berbagai kebijakan fiskal,” ujarnya.

Neil menambahkan, lewat buku para penulis telah membuktikan kepeduliannya untuk berperan dalam situasi yang memprihatinkan ini. “Para pegawai di lingkungan (Kanwil DJP) Jakarta Khusus masih mampu berpikir kritis dan menuangkan ide-ide berliannya ke dalam sebuah buku, di tengah-tengah kesibukannya menghimpun penerimaan negara,” ucap Neil.

Sementara itu, Staf Khusus Bidang Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo menyambut bangga. Menurut Yustinus, peluncuran kedua buku itu sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat.

Ia menilai, para penulis internal DJP itu berhasil mengangkat problem perpajakan -- yang mestinya sangat teknis dan tidak semua orang mengerti-- kemudian diabstraksi menjadi suatu cerita yang universal atau general. “Cara fiskus mengenali masalah, lalu memproblematisasi, menyodorkan alternatif solusi, ini yang menurut saya menarik,” lanjutnya.

Menurutnya, kedua buku ini mengubah persepsi publik yang mengatakan pajak itu ilmu kering atau tidak menarik. “Belum lagi terkait masih adanya citra negatif pada fiskus yang dianggap seperi robot, tidak punya hati atau perasaan, itu terkikis dari narasi-narasi dalam kedua buku ini,” imbuhnya.

“Tulisan itu adalah embodiment (perwujudan) apa yang ada di pikiran kita dan merupakan penumbuhan suatu gagasan. Kalau cara kita bicara ke publik seperti ini, apa yang ditulis, kalau dipraktikkan dalam ucapan keseharian, dengan wajib pajak, dengan masyarakat, akan lebih dahsyat. Ini pencapaian yang sangat luar biasa di Kanwil DJP Jakarta Khusus,” paparnya.

Di samping itu, ada beberapa masukan yang disampaikan Yustinus. "Kalau pun saya harus memberi masukan, itu karena saya lebih dulu telah menulis di media," ungkapnya.

Menurutnya, masukan yang pertama adalah gaya penulisan. "Ada satu dua tulisan yang perlu kita improve lagi supaya kita selaraskan dengan kebutuhan. Karena gaya akan menentukan cita rasa pembacanya," kata Yustinus.

Selain itu tentang diksi (pemilihan kata). Yustinus menyarankan agar tim penyusun buku mengelaborasi diksi dan perbendaharaan kosakata agar tulisan tidak monoton. "Maka rajinlah membuka KBBI dan Tesaurus Bahasa Indonesia," pungkasnya. (HP)


Referensi:

Beranda FB Dewi DamayantiAhmad Dahlan Jadi Dua, dan Johana 'Kakjo' L. WibowoAyoBandung.comMerdeka.com


Kedua buku ini, "Busur: Meramu untuk Maju"dan "Panah: Cerita untuk Kita" dapat diunduh di laman https://tinyurl.com/bukubusurpanah

***

BUSUR: MERAMU UNTUK MAJU

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab
Budi Susanto

Ketua
Sanityas Jukti Prawatyani

Sekretariat
Ainur Rasyid, Achmad Rizky Prayogo, Wijanarko Pristiyanto Putro, Hapsari Arum Kusumo, Zam Zam Mufid, Meilan Kurniati Gultom

Penulis
Gita Danet Siburian, dkk (Jakarta Khusus Menulis)

Desain dan Tata Letak
Yopi Fajar Candra Dinata, Rinaka Ikaprita Kurniaratih, Ridho Damara, Uzlifa Nafi’atul Masfufah,
Wisnu Purnomo Aji, M Rian Afriadi Buddyawan

Penyunting
Theresia Friska Sipayung, Yuliana Fariani, Johana Lanjar Wibowo, Dewi Damayanti, Ahmad Dahlan, Martiana Dharmawani Sipahutar, Lila Saraswaty, Dendi Amrin

Penerbit
Direktorat Jenderal Pajak
Jalan Gatot Subroto, Kav. 40-42, Jakarta 12190
Telp: (+62) 21 - 525 0208

ISBN 978-623-97203-0-8

Cetakan pertama, Juni 2021

***

PANAH: CERITA UNTUK KITA

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab
Budi Susanto

Ketua
Sanityas Jukti Prawatyani

Sekretariat
Ainur Rasyid, Achmad Rizky Prayogo, Wijanarko Pristiyanto Putro, Hapsari Arum Kusumo, Zam Zam Mufid, Meilan Kurniati Gultom

Penulis
Rinaka Ikaprita Kurniaratih, dkk (Jakarta Khusus Menulis)

Desain dan Tata Letak
Yopi Fajar Candra Dinata, Rinaka Ikaprita Kurniaratih, Ridho Damara, Uzlifa Nafi’atul Masfufah, Wisnu Purnomo Aji, M Rian Afriadi Buddyawan

Penyunting
Theresia Friska Sipayung, Yuliana Fariani, Johana Lanjar Wibowo, Dewi Damayanti, Ahmad Dahlan, Martiana Dharmawani Sipahutar, Lila Saraswaty, Dendi Amrin

Penerbit
Direktorat Jenderal Pajak
Jalan Gatot Subroto, Kav. 40-42, Jakarta 12190
Telp: (+62) 21 - 525 0208

ISBN 978-979-98041-9-8

Cetakan pertama, Juni 2021

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes