BREAKING NEWS
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts

Menulis Kok Repot?

Menulis Kok Repot
Menulis Kok Repot (dok. Pribadi)

Pradirwan - Banyak orang yang berkeinginan bisa menulis. Namun, hanya sedikit yang mau mencoba memulai. Terlalu banyak pertanyaan dan keraguan, apakah tulisannya akan diterima pembaca atau tidak. Akhirnya, niat untuk menulis itu hanya menjadi impian yang tak pernah menjadi kenyataan.

Mau menulis saja kok repotnya na'udzubillah. Menulis ya menulis saja. Tidak perlu banyak teori dan pertimbangan. Langsung saja ketikkan setiap huruf menjadi kata, rangkai kata menjadi kalimat, dan seterusnya hingga menjadi satu tulisan yang utuh. Tidak perlu memikirkan benar atau salah, sesuai kaidah atau belum, apalagi memikirkan kesempurnaan tulisan kita. Biarkan ia mengalir apa adanya dengan berbagai kekurangan yang ada. 

Apa sih yang membuat kita 'terpenjara' menuangkan isi pikiran kita lewat tulisan? Apa karena sulit menemukan ide tulisan? Atau karena bingung mau mulai menulis dari mana dulu? 

Baca juga: Sejatinya, Setiap Orang adalah Humas

Menulis itu tak jauh berbeda dengan berbicara. Yang membedakan hanya medianya. Jika berbicara menggunakan mulut, maka menulis menggunakan tangan kita. Esensinya sama, mengeluarkan apa yang ada di kepala. Jika orang lain bisa membuat tulisan yang bagus, maka kita pun pasti bisa. 

Salah satu masalah klasik yang ditemui dalam menulis adalah keberanian untuk memulai. Oleh karena itu, langkah pertama dalam belajar menulis ya mulai menulis. Percuma banyak membaca atau belajar teori menulis, tapi tidak pernah memulai menulis. Menulis itu bukan bakat, tetapi keterampilan. Ibarat belajar menyetir mobil, tidak pernah praktik ya tidak akan bisa. Ala bisa karena biasa. 

Baca juga: Menulis, Mengingat, Melupakan

Menulis adalah berkomunikasi. Semua berawal dari pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Pastikan kita mempunyai pesan yang baik dan bermanfaat untuk pembaca. Jadi, kalau ada sesuatu yang bermanfaat, itu bisa menjadi ide dalam tulisan kita. 

Yuk, mulai menulis. (*)


Bandung, 02 Januari 2020
Pradirwan

*ditulis untuk tantangan 30 Hari Bercerita tahun 2020


Sejatinya, Setiap Orang adalah Humas

Dirjen Pajak Suryo Utomo
Dirjen Pajak Suryo Utomo (dok. Pradirwan, 15/11/2022)

"Your brand is what other people say about you where you're not in the room." (Jeff Bezos, Amazon)


Pradirwan - Bicara brand adalah membicarakan apa yang orang katakan tentang kita ketika kita tak bersama mereka.

Disadari atau tidak, semua orang punya personal branding masing-masing. Bukankah orang lain pasti pada suatu saat akan membicarakan kita? Hal ini seperti sudah menjadi tradisi yang lumrah dilakukan. Orang akan membicarakan apapun tentang kita. Entah itu hal positif ataupun negatif.

Dalam konteks profesional, memiliki personal branding menjadi penting untuk menciptakan kesadaran, membangun kepercayaan, menciptakan reputasi, dan memengaruhi persepsi dari orang-orang yang relevan.

Jika dikaitkan dengan komunikasi di dunia kerja, setiap orang bisa menjadi representasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu muncullah anggapan bahwa setiap pegawai menjadi humas di mana ia bekerja.

Anggapan ini sudah pernah dipraktikkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) 1 pada 2019 lalu.*

Mengelola kegiatan kehumasan di 16 cabang perusahaan yang tersebar di empat propinsi tidaklah mudah bagi tim humas Pelindo. Mereka membuat sebuah terobosan dengan menempatkan agen humas di setiap kantor cabang.

Meski terhalang jarak, kendali koordinasi kehumasan bisa diatasi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Kanal media sosial pun dipilih untuk menyebarkan informasi.

Mereka membentuk Pelindo 1 Digital Force, sebuah program yang dibentuk untuk mendukung pergerakan kegiatan kehumasan perusahaan di media sosial. Sekaligus guna memperkuat digital presence perusahaan.

Gerakan di media sosial ini diarahkan bagi karyawan Pelindo 1 berusia milenial dan melek digital. Tujuannya untuk meyakinkan semua karyawan jika perusahaan butuh mereka terlibat dalam pengembangan perusahaan.

Aspek personalisasi lalu menjadi kekuatan program kehumasan internal Pelindo 1 ini. Kisah tentang keseharian karyawan, suka duka bekerja, serta perkembangan bisnis perusahaan di masing-masing daerah, menjadi konten menarik dari karyawan yang perlu dibagikan melalui media sosial. Untuk menambah antusiasme karyawan, berbagai kegiatan menarik terus diinisiasi. Antara lain lomba vlog dan 30 Days Challenge.

Kegiatan 30 Days Challenge adalah tantangan bagi karyawan Pelindo I untuk bercerita tentang apapun terkait pekerjaannya selama 30 hari berturut-turut dengan cara dan sudut pandang masing-masing. Cerita dan dokumentasi ini kemudian diunggah di media sosial dengan hashtag spesifik yang mudah dilacak.

Program ini bahkan membawa Pelindo 1 meraih penghargaan Program Digital PR terbaik dalam ajang PR INDONESIA Awards (PRIA) 2019 yang digelar di Bandung. Aktivasi lain berupa ruang #Pelindo1bercerita yang menjadi salah satu trending hashtag andalan.

Strategi komunikasi berbasis digital yang dijalankan Pelindo 1 ini bertujuan untuk menyebarkan informasi dan mengubah persepsi tentang Pelindo 1 di masyarakat.

Walaupun para karyawan perusahaan bukan buzzer atau selebgram, tapi tentu saja dengan aktivitas digital yang memuat konten fun dan bermanfaat ini, kabar baik tentang Pelindo 1 setidaknya bisa sampai ke keluarga dan lingkungan terdekat tiap-tiap karyawan. Belakangan, saya baru mengetahui bahwa hal itu disebut program Employee Advocacy.

Langkah yang dipilih Pelindo ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sejak 2016. Strategi DJP kala itu dengan membuat akun unit vertikal dan adanya Taxmin (administratur medsos) di setiap unit DJP.

Untuk meningkatkan kompetensi, para Taxmin diberikan lokakarya kehumasan. Ajang berjuluk "Kumpul Taxmin" pun digelar rutin setiap tahun, baik daring maupun luring.

DJP pun menggelar lokakarya kepenulisan, desain grafis, dan videografi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas konten yang dipublikasikan di berbagai kanal.

Acara Kumpul Taxmin dan Employee Advocacy 2022 

Upaya institusi pengumpul pendapatan terbesar APBN dalam menyebarluaskan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pajak tak berhenti sampai di Taxmin dan kontributor konten. DJP membutuhkan peran pegawainya untuk berkontribusi memviralkan konten-konten itu. Ajang "Kumpul Taxmin dan Employee Advocacy 2022" pun digelar P2humas DJP di Jakarta pada Selasa, 15 November 2022.

Tujuannya jelas, agar kebijakan pajak dan APBN kita dikenal secara luas di seluruh Indonesia. Jika itu terjadi, saya meyakini cita-cita pajak kuat Indonesia maju akan segera terwujud. Bukankah "pajak adalah ongkos peradaban?"**


Bandung, 17 November 2022
Pradirwan

Referensi:
*Setiap Orang Adalah Humas. Humas Indonesia.
**kutipan Oliver Wendell Holmes. DDTC

Herry Prapto, Penyuluh yang Mencatat Sejarah dalam Tulisan dan Foto

Majalah Kahiji edisi 14/2022 menampilkan profil berjudul Herry Prapto, Penyuluh yang Mencatat Sejarah dalam Tulisan dan Foto.

Pradirwan - Menulis dan fotografi itu sejatinya adalah mendokumentasikan sejarah. Hal tersebut bukan isapan jempol semata. Kita tidak bisa menafikan bahwa sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia dapat kita ketahui seperti sekarang ini berasal dari tulisan yang ada di prasasti dan lainnya.

Kita pun teringat di abad ke-20. Adalah buku harian Zlata Filipovic yang bercerita tentang jeritan seorang anak Bosnia. Ia berada di tengah Perang Saudara yang berkecamuk kala itu di Sarajevo, Bosnia. Buku itu berhasil menggerakkan warga dunia untuk membuka mata tentang keadaan sesungguhnya di sana. Pada akhirnya, hal itu berhasil membantu keluarga Zlata keluar dari negara yang terletak di semenanjung Balkan itu.

Di Indonesia, kita pun tentu tahu buku “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran”. Sebuah buku yang menjadi salah satu motor penggerak emansipasi wanita di Indonesia. Buku itu berisi surat-surat dan tulisan yang dikirimkan oleh R.A Kartini kepada teman-temannya di Eropa.

Begitu pun di bidang fotografi. Banyak sekali foto yang berhasil mendokumentasikan sejarah. Salah satunya foto pidato Bung Tomo yang berhasil membakar semangat perjuangan hingga dapat mengusir pasukan Inggris dan NICA Belanda.

Contoh lainnya adalah foto konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Indonesia yang kala itu baru berusia lima tahun sejak proklamasi kemerdekaannya, nyatanya berhasil menjadi tuan rumah bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk memperjuangkan kepentingan bersama, terutama kedaulatan negara-negara Asia Afrika dalam melawan imperialisme dan rasialisme.

Rangkaian dokumentasi yang kita himpun dalam bentuk tulisan kelak pastilah akan sangat berguna untuk kepentingan diri sendiri ataupun kepentingan orang lain. Hal itulah yang diamini oleh Fungsional Penyuluh Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying Herry Prapto.

Awal Perjalanan Karir


Pria kelahiran 5 September 1983 ini menempuh sebagian besar pendidikannya di tempat kelahirannya Cirebon, Jawa Barat. Lalu melanjutkan kuliah di Program Diploma I STAN dan Strata 1 di Universitas Sangga Buana, Bandung. 

Ia mengawali karir di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai Pelaksana di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Bandung Tiga, KP PBB/Pratama Ciamis, KPP Pratama Soreang, KPP Pratama Bandung Cibeunying, dan di Seksi Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Barat sebelum akhirnya resmi dilantik menjadi Fungsional Penyuluh Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying.

Pria yang kerap disapa Pradirwan ini pertama menulis di blog bernama “Catatan Ekstens”. Blog yang menyimpan catatan Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan KPP Pratama Bandung Cibeuying saat ia menjadi pelaksana di seksi KPP yang beralamat di jalan Purnawarman nomor 21 Bandung tersebut. Blog yang dibuat 2014 itu merupakan wadah yang menampung bahan edukasi sekaligus sarana untuk belajar pajak.

Herry mengungkapkan jika blog itu layaknya media online, maka muncullah kebutuhan agar blog tersebut terkenal. Hal tersebut tak ayal membuat Herry tertarik mempelajari cara menulis artikel dan fotografi di samping mempelajari aturan perpajakan.

Sejak 2015, Herry mendapatkan kesempatan yang diberikan oleh DJP untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) penyuluhan maupun lokakarya kepenulisan, fotografi, videografi, maupun kehumasan. Hal tersebut tentu tak disia-siakannya.

Pada tahun 2017, ia pun pindah tugas ke Kanwil DJP Jawa Barat di Seksi Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat atau yang kerap disebut seksi Keramas. Di seksi Keramas, Herry semakin mengasah minat dan bakatnya di bidang menulis dan fotografi. Hal ini karena pekerjaan sehari-harinya tak lepas dari menyiapkan bahan publikasi perpajakan seperti wawancara, membuat siaran pers, berita, artikel pajak, konten media sosial dan dokumentasi. Tak hanya itu, Herry pun belajar public speaking, menjalin kerja sama dengan pihak lain, menjaga hubungan dengan para pemangku kepentingan, dan mengakrabi media massa.

Hingga pada tahun 2020 ketika ada penawaran seleksi terbuka untuk menjadi penyuluh pajak, Herry yang dengan modal kemampuan serta kecakapannya mendaftarkan diri dan mengikuti setiap tahapan seleksi menjadi penyuluh pajak dalam kategori Voluntary. Akhirnya pada 6 April 2021 ia resmi dilantik menjadi Fungsional Penyuluh Pajak.

Hobi dan Pekerjaan


Memiliki hobi menulis dan fotografi baginya sangat bermanfaat dalam menjalankan pekerjaannya berkarir di DJP. Ia mengaku awalnya dia merupakan orang yang kurang percaya diri. Namun, dengan kebiasaan menulis dan fotografi “memaksanya” untuk berkomunikasi agar dapat menghasilkan karya terbaik. Hal itu pun menurutnya sangat mengasah kepribadian dan soft skill-nya.

Dengan dua hobi tersebut ia juga dapat mengenal banyak orang serta berkesempatan memotret dan mewawancarai orang-orang yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan akan bertemu langsung. Sampai tulisan ini dimuat, Herry cukup malang melintang di dunia penulisan di DJP. Ia pernah terlibat dalam penyusunan buku Reformasi adalah Keniscayaan, Perubahan adalah Kebutuhan: Cerita di Balik Reformasi Perpajakan dan buku Pedoman Standardisasi Konten Situs Web pajak.go.id

Ia pun menjadi kontributor sekaligus editor situs www.pajak.go.id, kontributor di Intax (majalah elektronik DJP) dan majalah Kanwil DJP Jawa Barat I, serta penulis artikel yang dimuat di media online dan cetak seperti di Ayo Bandung, Inilah Koran, Jabar Ekspres, dan Tribun Jabar. Berkat itu pula ia pernah menjadi pembicara di acara workshop kehumasan Kanwil DJP Jawa Barat II dan Kanwil DJP Jakarta Selatan I.

Karya Paling Berkesan


Ketika ditanya soal karya yang paling berkesan baginya, ia mengaku sangat sulit untuk menentukannya. Menurut Herry, setiap karya memiliki kisah dan kekhasannya masing-masing. Namun, jika telisik lebih jauh menurutnya tulisannya di buku “Cerita di Balik Reformasi Perpajakan” yang diluncurkan dengan bertepatan dengan Hari Pajak 2021 lalu menjadi salah satu yang berkesan baginya. Bagaimana tidak, tergabung di antara 18 penulis DJP untuk membuat buku, merupakan salah satu cita-cita yang telah ia idam-idamkan. Terlebih buku itu merupakan kisah nyata yang menceritakan sejarah reformasi perpajakan dalam kurun waktu 2016 sampai dengan 2020.

Herry menceritakan bahwa pembuatan buku itu merupakan yang terpanjang dan paling melelahkan sepanjang sejarah ia menulis karena dari pembekalan sampai jadi tulisan itu memakan waktu hingga 6 bulan. Ia pun berkesempatan mewawancara berbagai tokoh penting yang terlibat dalam reformasi perpajakan pada kurun waktu tersebut. Ada 47 narasumber yang telah ia dan tim penulis wawancarai, baik dari pihak internal maupun eksternal DJP.

Tepat di Hari Pajak yang ke-76, Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo resmi meluncurkan buku berjudul Reformasi Adalah Keniscayaan, Perubahan Adalah Kebutuhan, Cerita di Balik Reformasi Perpajakan.

Penyanyi kondang Indonesia Andien yang saat peluncuruan buku itu menjadi moderator mengatakan, membaca buku itu seperti halnya membaca novel. Sedangkan menurut Jurnalis yang telah lama malang melintang di dunia jurnalistik Hermien Y Kleden mengatakan bahwa kekuatan buku itu pada kekayaan diksi yang benyawa dan kaya warna. Bahkan ia sangat terharu dan mengucapkan selamat karena tulisan buku ini menempatkan Bahasa Indonesia secara patut dan terhormat.

Sementara untuk foto, jepretan Herry saat vaksinasi Covid-19 berhasil masuk 5 foto yang dikomentari mantan Redaktur Foto Kompas Arbain Rambey dan Widyaiswara Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Gathot Subroto di Storypost Kemenkeu saat membahas foto jurnalistik.

Tokoh yang Menginspirasi


Herry mengaku sebenarnya ia membaca semua tulisan. Baginya semua tulisan memiliki kekhasannya. Menurut Herry, Asma Nadia dalam membuat deskripsi sangat mudah dipahami dan seolah nyata (meyakinkan). Sementara bagi Herry di tulisan Tere Liye, ia sering menemukan kutipan-kutipan yang menginspirasi dalam novelnya.

Kemudian Dahlan Iskan dan Gunawan Muhammad. Menurutnya, dua tokoh tersebut memiliki wawasan yang sangat luas dan pemilihan katanya sangat khas. Untuk jenis tulisan opini, Herry mengaku menyukai tulisan Chatib Basri karena menurutnya gaya tulisannya bercerita, berisi, namun tidak menggurui.

Komunitas yang Diikuti


Bencana ilmu adalah lupa, maka agar tidak tertimpa bencana itu dan supaya makin bisa mengepakkan sayapnya di bidang fotografi dan penulisan, Herry mengatakan wajib hukumnya mengikuti komunitas agar bisa saling silaturahmi, berbagi pikiran, dan belajar. Ia masuk komunitas penulis seperti Komunitas Sastra DJP/Kemenkeu, Kontributor Situs DJP, dan lain-lain. Untuk fotografi ia mengikuti DJP Own Fotobond (DOF).


Tips agar Suka Menulis


Ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan. Oleh karena itu, Herry pun membagikan tips agar suka menulis, khususnya bagi Penyuluh Pajak.

Pertama, Herry mengatakan tulislah hal yang disukai dan dikuasai. Sebagai Penyuluh pasti banyak hal tentang pajak yang dikuasai. Mulailah menuliskan hal yang Anda sukai dan kuasai.


Kedua, menurutnya adalah ubah mindset jadi menulislah bagi orang lain. Herry menuturkan ia menyukai kutipan “Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku” dari Felix Siauw. Herry menuturkan ilmu yang
dibagikan melalui tulisan sebagai ladang sedekah kita untuk orang lain.


Ketiga, tulislah yang bermanfaat, lebih baik lagi jika bisa menginspirasi dan memberikan solusi pembaca. Menurutnya, tema tulisan yang informasinya dibutuhkan manusia sepanjang masa, cocok dengan kondisi pembaca, dan dianggap bermanfaat, itu paling banyak mendapat perhatian pembaca. Misalnya, tulisan tentang cara daftar NPWP secara elektronik atau e-reg, alasan-alasan kenapa permohonan NPWP online tidak disetujui, atau tata cara update e-faktur. Tulisan-tulisan yang menjawab pertanyaan wajib pajak biasanya banyak pembacanya. 

Ide tentang tulisan-tulisan itu menurut Herry bisa didapatkan dari konsultasi saat di helpdesk, atau saat menjawab chat melalui WA. "Jika jawaban kita memberikan solusi/pencerahan kepada wajib pajak, tulislah itu," ujarnya.

Keempat, temukan sudut pandang terbaik. Menurut Herry, ide atau topik tulisan bisa apa saja, tetapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial. Tulisan yang baik ketika penulisnya bisa menyajikan dengan sudut pandang yang berbeda, belum terpikirkan oleh pembaca, atau ada gagasan baru yang ia sampaikan.

Setelah itu, dipoin kelima Herry mengatakan menulislah setiap hari untuk meninggalkan jejak dan melatih diri. Semakin sering seseorang menulis, menurutnya, maka ide-ide di kepala semakin banyak, semakin liar, dan cepat dituangkan dalam kepala. Pun berlaku sebaliknya, semakin jarang menulis, otak akan semakin tumpul dan ide-ide semakin kering.

Menurutnya, menulis setiap hari berbeda dengan memposting setiap hari. Tulisan yang ditulis setiap hari tak melulu harus langsung diposting, bisa dicatat dulu dalam notebook untuk sewaktu-waktu diselesaikan kemudian baca ulang, edit, baru posting.

Perbanyak bacaan untuk menambah refensi merupakan poin keenam dalam tips menulis menurut Herry. Hal tersebut akan memengaruhi pola pikir, wawasan, sudut pandang, dan memperbanyak diksi serta kosakata. Selain itu, hasil membaca bisa kita tuangkan dengan gaya menulis sendiri. Bacaan akan memperkaya pengetahuan yang sangat berguna untuk pengembangan tulisan kita. Rohani kita pun mendapatkan hak untuk memperoleh makanan. Buya Hamka menyatakan, membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.

Ketujuh, lakukan penyuntingan (editing) sebelum dikirim/posting. Menurut Herry, mintalah orang-orang terdekat untuk membaca tulisan yang Anda buat. Jika mereka paham dan mengerti apa pesan yang ingin Anda sampaikan dalam tulisan itu, silakan kirim. Namun, pastikan juga telah dilakukan editing sebelum tulisan Anda dikirim. Banyak salah ketik (misalnya) akan menyebabkan tulisan sulit ditayangkan (ditolak). 

Terakhir di poin kedelapan, menurut Herry, bagikan tulisan Anda. Tulisan kita pada akhirnya akan diterima oleh pembaca, asal dikomunikasikan. Kita tak akan pernah tahu, tulisan itu bisa berguna bagi orang lain atau tidak sampai dibagikan. Penyuluh bisa mengirimkan artikelnya ke pajak.go.id atau media lain.(*)

Penulis: Fanzi Siddiq Fathurrohman
Editor: Sintayawati Wisnigraha


Artikel ini ditayangkan di Majalah Kahiji Edisi 14/2022 (Majalah Kanwil DJP Jawa Barat I).
*Beberapa bagian artikel tersebut telah saya sunting ulang tanpa mengurangi makna. 

Menjadi Abirama Lewat Tari Buntala Murka

Menjadi Abirama Lewat Tari Buntala Murka
Menjadi Abirama Lewat Tari Buntala Murka (Foto: Paruhum A.S. Hutauruk/Intax)

Pradirwan - Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi (17/12). Delapan penari dari Sanggar Tari Sakatalu Dancer Cimahi memasuki Aula Barat Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22 Bandung.

Dengan percaya diri mereka menunjukkan kemampuannya menari “Buntala Murka” di hadapan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum, Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo, Anggota Komisi XI DPR RI, dan sejumlah pejabat lainnya. Tampak hadir juga beragam wajah familiar di antaranya Aa Gym (Abdullah Gymnastiar), Umuch Muchtar, dan Fathur.

Dari pengeras suara, pemandu acara Aditya Wibisono menjelaskan tarian yang dibawakan ‘anak asuh’ Ares Rudhiansyah itu.

Tarian tersebut menggambarkan keserakahan manusia yang tidak bersyukur atas anugerah Tuhan dan menimbulkan kerusakan alam serta bencana yang menorehkan luka dan nestapa. “Pada saat itulah disadari bahwa ternyata bencana tersebut adalah karena ulah manusia itu sendiri,” ungkap Kepala Seksi Pengawasan KPP Pratama Bandung Bojonagara itu.

Bangsa Indonesia tentu saja tak ingin kerusakan itu terjadi. Alih-alih menjadikan sumber daya alam sebagai sumber penerimaan negara, Pemerintah menjadikan pajak sebagai sumber pendapatan terbesar dalam APBN. Hal ini karena sifat sumber daya alam itu sendiri yang akan habis jika diekpsloitasi terus menerus. Tentu saja hal ini berbeda dengan pajak. Melalui pajak, masyarakat dapat bergotong-royong membangun negerinya.

Saat ini masih ada yang beranggapan pungutan pajak merupakan kewajiban warga negara semata. Perspektif seperti ini sudah tidak relevan dan perlu disempurnakan karena sejatinya pajak ialah representasi hak politik, tanggung jawab, dan kepedulian sosial warga negara.

Pajak merupakan implementasi nilai luhur bangsa Indonesia, yakni kegotongroyongan masyarakat di satu sisi sekaligus instrumen negara dalam menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di sisi lain.

Terlihat jelas bentuk kegotong-royongan antarwarga. Secara politik kebangsaan, kesadaran membayar pajak dimaknai sebagai bentuk komitmen semua elemen bangsa dalam memberikan dukungan politik ekonomi guna memastikan negara berdaulat secara politik, budaya, dan ekonomi. Dari aspek spiritual, pendistribusian pajak dalam bentuk pemerataan hasil-hasil pembangunan juga mencerminkan kepedulian sosial dari masyarakat mampu ke yang kurang mampu dalam mewujudkan persatuan Indonesia.

Dalam teori ekonomi, pajak sebagai peralihan sumber daya ekonomi dari sektor privat ke sektor publik. Artinya, pajak berfungsi sebagai alat distribusi pendapatan dari sumber daya ekonomi yang kuat ke kelompok masyarakat ekonomi lemah. Maka itu, negara diminta menyediakan regulasi yang dapat melahirkan ketertiban dalam pungutan pajak.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan DPR telah mengesahkan UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) pada 29 Oktober 2021.

Pengesahan UU HPP ini telah membawa dampak yang cukup besar terhadap aturan pajak yang telah berlaku di Indonesia. Di antaranya beberapa ketentuan pada KUP, PPh, dan PPN, serta terdapat pengenaan pajak baru yakni Pajak Karbon.

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) perlu memberikan informasi dan pemahaman terkait perubahan ketentuan perpajakan tersebut sekaligus terkait Program Pengungkapan Sukarela dan Pajak Karbon kepada para wajib pajak prominen di seluruh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP).

Niatan ini disambut baik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan bahwa komunikasi memang sangat penting. Apalagi komunikasi di antara pejabat dan juga komunikasi antara pemimpin dan rakyatnya.

“Sehebat apapun kebijakan pemerintah kalau tidak terkomunikasikan dengan rakyatnya, bisa berdampak negatif, kadang-kadang bisa jadi fitnah,” ungkap Wagub Jabar dalam sambutannya di acara Sosialisasi UU HPP di Gedung Sate, Jawa Barat (Jumat, 17/12).

Uu menilai, kegiatan ini sangat penting untuk membangun informasi, komunikasi, dan silaturahmi. “Apalagi sekarang hari ini Jumat. Jumat barokah. Kami yakin bernilai ibadah karena kegiatan ini bukan untuk pribadi tetapi untuk rakyat, untuk bangsa, untuk ummat, yang merupakan tanggung jawab kita semua sebagai aparat, yakin akan mendapatkan pahala atas kegiatan hari ini. Mudah-mudahan itu yang kita harapkan,” ungkapnya.

Terkait UU HPP, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan undang-undang tersebut memiliki keberpihakan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Oleh sebab itu, UMKM Jawa Barat siap menerima dan melaksanakan kebijakan UU HPP. “Ada 7 juta UMKM di Jawa Barat yang siap menerima dan melaksanakan keputusan pemerintah tentang kebijakan pajak ini,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Pak Uu ini juga menuturkan, beberapa bulan terakhir geliat UMKM di Jawa Barat mulai tumbuh kembali. “UMKM adalah penyangga ekonomi yang tangguh, ekonomi yang kuat bagaikan karang di laut, terhempas badai tetap kokoh berdiri, karena memang akarnya kuat. Begitu pun UMKM di Jawa Barat, krisis demi krisis kita lalui, tetap UMKM tangguh,” tandasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa dalam reformasi pajak, pemerintah mendesain kebijakan pajak yang adil, netral, fleksibel, dan berasas gotong royong.

Melalui UU HPP, kewajiban pajak yang harus dibayarkan semakin disesuaikan dengan kemampuan bayar (ability to pay) masing-masing Wajib Pajak.

Bahkan, untuk UMKM Orang Pribadi sekarang disediakan fasilitas batasan peredaran bruto yang tidak dikenai pajak sampai dengan Rp500 juta.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan menambahkan bahwa salah satu tujuan reformasi pajak adalah penyehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "APBN yang sehat diharapkan bisa mengatasi dan menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat miskin maupun yang tidak," kata Fathan.

Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo dalam laporannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak terutama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Komisi XI DPR-RI, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta para wajib pajak prominen di wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Barat I, II, dan III atas terselenggaranya acara tersebut.

"UU HPP adalah tonggak reformasi pajak yang bertujuan untuk menciptakan pajak yang adil, sehat, efektif, dan akuntabel. Oleh sebab itu, dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan," ungkap Suryo.

Acara yang dikemas dalam bentuk diskusi panel ini menghadirkan narasumber Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Drs. Fathan dengan moderator Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo. (HP)


***

Penulis: Herry Prapto
Editor:  Ganesya Ekasari Candra Purnama


Artikel ini dibuat untuk dan telah dimuat di Majalah Internal DJP Intax edisi 1/2022.
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes