BREAKING NEWS

Peringati Hakordia 2019, Neil: Ujian Integritas Itu Setiap Hari

Peringatan Hakordia 2019 di Kanwil DJP Jawa Barat I

Pradirwan - Kanwil DJP Jawa Barat I menyelenggarakan peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2019 di Aula lantai 3, GKN Bandung (Kamis, 12/12).

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor mengingatkan kembali jajarannya untuk menjaga integritas. "Saya mengingatkan kembali untuk selalu menjaga integritas. Karena ujian integritas akan kita temui setiap hari," ujarnya.

Lebih lanjut Neil menyampaikan kembali pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam peringatan Hakordia tahun 2019 tingkat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang diselenggarakan di Aula Cakti Buddhi Bhakti, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta (Selasa, 3/12).

Menurutnya Menkeu, PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih memberikan ruang atau kurang memberikan efek jera kepada para PNS. Oleh karena itu, salah satu rekomendasinya adalah dengan percepatan penjatuhan hukuman disiplin, sebagaimana telah diatur dalam PP 53/2010.

Baca juga :  Hakordia 2019, Sri Mulyani Sampaikan Ini ke Jajaran Kemenkeu


Dalam kesempatan tersebut, DJP juga memberikan penghargaan Lomba Video Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Hakordia 2019. ILM "Laporkan Dengan Bijak" karya Kanwil DJP Jawa Barat I dinobatkan sebagai juara favorit ILM Hakordia 2019.

Neil menyampaikan apresiasi atas prestasi tersebut. "Saya ucapkan selamat. Saya betul-betul bangga dengan apa yang teman-teman lakukan. Kebanggaan kita membuat sebuah karya yang diakui, bermanfaat, dan semoga bisa terus menginspirasi kita menjadi lebih baik lagi," ungkap Neil.

Neil menambahkan, dengan meraih penghargaan tersebut, dapat menambah semangat untuk memerangi korupsi. "Semangat memerangi korupsi bisa kita mulai dari diri sendiri, kemudian kita tularkan di lingkungan sekitar. Mudah-mudahan dengan peringatan anti korupsi ini, kita semua selalu terjaga integritasnya, dan selalu memberikan yang terbaik untuk Republik ini," pungkasnya.

Peringatan Hakordia 2019 Kanwil DJP Jabar I ini juga dimanfaatkan Neil untuk memberikan piagam penghargaan kepada para pemain dan kru ILM "Laporkan Dengan Bijak". (HP)

Para pemain dan kru ILM "Laporkan Dengan Bijak"


sumber : pajak.go.id

Desember 2019, Penerimaan Pajak Jabar I Tumbuh 4,95%

Acara Dialog dan Ngopi Bareng bersama 19 Wajib Pajak di Bandung, Selasa (10/12/2019).

Pradirwan - Kanwil DJP Jawa Barat I berhasil mengumpulkan pajak sebesar Rp26,5 triliun atau 76,12% dari target yang ditetapkan pada tahun 2019. Angka ini tumbuh sebesar 4,95% dari realisasi pada periode yang sama tahun 2018. Demikian disampaikan Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor saat "Dialog dan Ngopi Bareng" bersama 19 Wajib Pajak di Bandung, (Selasa, 10/12).

Neil menjelaskan, capaian pajak tersebut berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas sebesar Rp15,02 triliun, PPh Migas Rp1,04 triliun, PPN dan PPnBM Rp10,95 triliun, dan PBB sektor P3 serta Pajak Lainnya sebesar Rp5,47 triliun. Dengan capaian tersebut, Kanwil DJP Jawa Barat I berada pada ranking 18 dari 34 Kanwil DJP.

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor berdialog dengan Wajib Pajak, Selasa (10/12/2019)

Meski mengalami pertumbuhan positif, Neil menilai realisasi ini masih bisa ditingkatkan. Pasalnya, dari sekitar 4 jutaan Subjek Pajak yang berada di wilayah kerjanya, yang terdaftar menjadi wajib pajak baru sekitar 3 jutaan Subjek Pajak. "Ini menjadi tugas kita semua, agar yang satu juta itu bisa sama-sama berkontribusi," tuturnya.

Selain itu, masih ada kendala komunikasi dengan wajib pajak. Menurut Neil, selama ini ada kesan jika wajib pajak berhubungan dengan kantor pajak itu seperti ketakutan. "Beberapa kali wajib pajak yang saya panggil wajahnya tegang. Padahal tidak ada apa-apa. Saya punya prinsip, boleh ketemu saya tegang, tetapi pulang harus dalam keadaan tersenyum," katanya.

Dialog dengan Wajib Pajak, Selasa (10/12/2019)

Neil berandai-andai, jika semua wajib pajak telah melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan benar, maka orang pajak cukup melaksanakan dua fungsi saja.

"Saya ingin bekerja dengan santai. Kerja santai dalam pengertian saya menjalani fungsi pelayanan dan pengawasan saja. Tidak merambah ke penegakkan hukum, karena semua sudah benar. Berbeda halnya jika ada yang melakukan tindakan pidana, maka saya pastikan akan diberikan hukuman (penegakan hukum)," ungkapnya.

Dialog dengan Wajib Pajak, Selasa (10/12/2019)
Neil berharap, wajib pajak melakukan kewajiban dan hak perpajakannya dengan benar serta menghindari hal-hal yang mengarah ke tindak pidana. "Hingga November 2019 sudah ada 7 wajib pajak yang berkas perkara hasil penyidikannya sudah lengkap (P21). Sedangkan yang terindikasi pidana dan dilakukan pemeriksaan bukti permulaan ada 18 (wajib Pajak). Ini angka yang tinggi. Harusnya tidak ada," kata Neil.

Neil menambahkan, dalam sistem self assesment, fungsi pengawasan sebenarnya hanya membimbing wajib pajak agar melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan ini, Kantor Pajak melakukan klarifikasi data ke wajib pajak, karena DJP saat ini diberikan data yang sangat banyak.

"Ada ratusan negara yang telah meratifikasi kebijakannya dalam program pertukaran data otomatis (Automatic Exchange of Information/AEoI). Negara-negara ini memberikan data dan kami harus mengklarifikasinya," ungkap Neil.

Dari hasil klarifikasi ini, lanjut Neil, bisa jadi ada pajak yang kurang dibayar. Ada juga yang nihil.

Neil berharap, jika ada pajak yang kurang dibayarkan, agar segera dilunasi. "Bayar sekarang di Desember ini, jangan ditunda. Karena nilai (uang)-nya akan berbeda jika dibayarkan di Desember tahun ini dengan Desember tahun berikutnya," pungkasnya. (HP)





sumber : pajak.go.id

Jumanji, Petualangan Baru, dan Menjadi Tua


Jumanji: The Next Level (2019)

Pradirwan ~ Jumanji: The Next Level benar-benar menyuguhkan petualangan yang baru dan segar.

Film yang disutradarai oleh Jake Kasdan ini setidaknya mampu melepas beban ekspektasi pada sekuel pertamanya, Jumanji: Welcome to The Jungle (2017).

Film yang mulai tayang di bioskop Indonesia sejak 4 Desember 2019 ini mengisahkan empat remaja yaitu Spencer (Alex Wolff), Fridge (Ser'darius Blain), Bethany (Madison Iseman), dan Martha (Morgan Turner).

Pengalaman berbahaya yang mereka peroleh di film Jumanji: Welcome to The Jungle, membuat mereka berjanji tidak akan pernah masuk ke dalam video game itu lagi. Mereka masing-masing melanjutkan hidupnya dan tak saling bertemu untuk waktu yang cukup lama.

Mereka kemudian membuat janji untuk saling bertemu dan bercerita mengenai progress kehidupan masing-masing di sebuah kafe. Namun Spencer tak kunjung muncul ataupun membalas setiap telepon dan chat yang ditujukan kepadanya.

Penasaran dengan keberadaan Spencer, mereka berinisiatif untuk mendatangi rumah Spencer. Namun di sana mereka hanya menemukan kakek Eddie (Danny DeVito) dan Milo (Danny Glover), dua sahabat yang pernah berbisnis bersama puluhan tahun dengan mendirikan kafe.

Petualangan baru harus kembali mereka rasakan setelah Spencer yang mengalami kegelisahan justru tergoda dengan permainan Jumanji. Hal ini diketahui dari sebuah konsol permainan lawas yang sudah rusak beserta game Jumanji yang nampak baru saja dicoba untuk dinyalakan kembali.

Misi penyelamatan Spencer pun dimulai. Mereka akhirnya masuk ke dalam permainan Jumanji. Namun tanpa sengaja, masuknya mereka ke Jumanji juga mengikutsertakan kakek Eddie dan Milo dalam petualangan mereka.

Kini mereka pun harus saling bekerja sama untuk sekali lagi menyelamatkan dunia Jumanji yang saat ini kembali masuk dalam bahaya.

Para pemain harus melaju ke wilayah-wilayah tersembunyi dan belum terjamah, dari gurun nan gersang ke pegunungan bersalju, demi meloloskan diri dari permainan paling berbahaya di dunia.

Meski ide ceritanya sama dengan film sebelumnya, yaitu pemain terserap masuk dalam permainan dan harus menyelesaikan misinya, namun dalam petualangan baru ini penyelesaian misi berjalan lebih sulit karena mereka harus kehilangan nyawa berkali-kali.

Itu terjadi karena hal konyol yang dilakukan Eddi dan Milo sepanjang petualangan. Kehadiran dua sahabat yang berpisah selama 15 tahun ini jelas memberikan penyegaran yang signifikan.

Selain karena perubahan karakter avatar Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson) dan Moose Finbar (Kevin Hart) yang membuat Fridge, Martha, dan Bethany harus menerima kenyataan pahit, kedua sahabat itu berhasil mengeluarkan berbagai dad jokes di tiap dialognya.

Berbagai pesan kehidupan efektif disampaikan ke penonton. Satu pesan berulang kali disampaikan oleh Eddie yaitu "Menjadi tua itu menyebalkan, jangan percaya sebaliknya" mengingatkan saya khususnya, untuk sadar bahwa kehidupan ini akan terus berjalan, tak peduli seberapa menyenangkan atau tidak hidup yang kita jalani. Sebab, setiap perubahan dan menjadi tua itu sudah menjadi takdir.

Hal ini pula yang sempat dirasakan oleh Spencer dan kawan-kawan, kehidupan yang berjalan tanpa sadar membuat mereka gelisah akan perubahan dalam hidup, lantas berpikir, Jumanji bisa menjadi obat semua kegelisahan itu, meski kenyataannya tak selalu demikian.

Pesan persahabatan dan keluarga adalah segalanya, terangkai apik dalam narasi dan adegan demi adegan. Penerimaan diri, saling memaafkan, menghilangkan ego, dan persahabatan sejati ditampilkan setiap karakter tokoh dalam film ini.

Karena sejatinya, memperjuangkan dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekat di kehidupan kita bukanlah sesuatu yang salah. Walaupun mungkin hal tersebut dianggap sudah terlambat karena baru dilakukan di masa tua dan pada tempat yang tidak ideal.

Ya, manusia memang terkadang baru mendapatkan pelajaran kehidupan di usia yang tak lagi muda. Pada usia yang menurut orang adalah sesuatu yang menyebalkan, namun sejatinya itu adalah sebuah anugerah karena masih bisa berumur panjang.

Ya, seperti yang kakek Eddie bilang, "Menjadi tua itu anugerah," demikian seharusnya kita memandang kehidupan.

artikel ini ditayangkan AyoBandung dengan judul Jumanji: The Next Level Suguhkan Petualangan yang Baru dan Segar

Hakordia 2019, Sri Mulyani Sampaikan Ini ke Jajaran Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan arahan dalam peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2019 di Aula Cakti Buddhi Bhakti, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta (Selasa, 03/11) (Foto: Pradirwan)

Pradirwan - Kementerian Keuangan RI menggelar peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2019 di Aula Cakti Buddhi Bhakti, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta (Selasa, 03/11).

Dalam perayaan tahun ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kembali jajarannya untuk menjaga integritas. “Korupsi adalah musuh yang nyata. Tantangan yang bisa menghancurkan negara. Kita tidak perlu musuh dari luar. Musuh dari dalam diri kita sendiri justru yang biasanya paling bisa meruntuhkan bangsa,” ujar Sri Mulyani saat membuka acara.

Pemberian Penghargaan Lomba Iklan Layanan Masyarakat Hakordia 2019 oleh Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan Sumiyati


Oleh karena itu, Sri meminta Tim Kepatuhan Internal untuk terus diperkuat agar semakin efektif menghapus perilaku koruptif di lingkungan Kemenkeu. “Kejahatan korupsi belasan tahun lalu sempat menjadi sangat sistemik dalam birokrasi Pemerintah Indonesia. Syukurlah, reformasi birokrasi di Kemenkeu sekitar 15 tahun lalu berhasil mampu memperbaiki kondisi ini,” tutur Sri.

Ia meminta agar unit-unit vertikal di Kemenkeu yang telah memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) tidak cepat merasa puas. Sebab, katanya, predikat tersebut tidak menjamin unit-unit vertikal tersebut benar-benar sudah bersih dari korupsi.
Pemberian Penghargaan Lomba Iklan Layanan Masyarakat Hakordia 2019 oleh Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo


“Pesan saya, hati-hati. Meskipun sudah meraih WBK-WBBM, itu tidak menjamin ke depan sudah bersih dari korupsi. Memperoleh predikat WBK-WBBM itu berarti beban moral Anda semua menjadi lebih besar. Jangan sampai ada yang sudah berpredikat WBK-WBBM tapi lalu ditangkap,” imbuhnya.

Meski begitu, mantan Direktur Bank Dunia itu pun mendorong agar unit-unit lain untuk mendapat predikat WBK-WBBM. Dia menyebut, masih banyak unit vertikal yang belum mendapatkan predikat WBK-WBBM. Ditjen Pajak misalnya, baru ada 87 unit vertikal yang memperoleh predikat WBK dan 19 unit vertikal mendapat predikat WBBM. Sementara, ada lebih dari 400 unit vertikal di lingkungan Kemenkeu.
ILM Kanwil DJP Jawa Barat I yang berjudul "Laporkan Dengan Bijak" meraih penghargaan sebagai ILM terfavorit


Lebih lanjut, Sri menjelaskan, dirinya mengaku senang dengan kehadiran generasi millenial di institusi bendahara Negara itu. Menurutnya, generasi millenial sekarang sangat kritis dan berani menolak perilaku koruptif. Ia berharap, para millenial itu bisa mengampanyekan sikap antikorupsi itu. "Kita harus yakin, dari seluruh pegawai, 60% pegawai Kemenkeu itu generasi milenial. Generasi millenial bisa mengampanyekan semangat antikorupsi," ujar Sri Mulyani.

Menkeu menambahkan, generasi milenial akan menjadi harapan dan tumpuan bangsa ini. Generasi milenial yang ada hari ini akan tumbuh dan berkembang menjadi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan. "Mereka merupakan perwujudan semangat antikorupsi saat ini dan di masa depan. Biarkan generasi ini berkreasi dan berjuang dengan cara mereka sendiri, selama itu untuk kepentingan bersama," pungkas Sri.
Photo bersama peraih penghargaan ILM Hakordia 2019


Sementara itu, Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo, selaku tuan rumah acara peringatan tersebut menambahkan, Hakordia diperingati oleh Kemenkeu setiap tahunnya dalam rangka membangun komitmen dan membangkitkan semangat antikorupsi dan nilai integritas di dalam lingkungan Kemenkeu. “Supaya kita sesama pegawai Kemenkeu semua saling mengingatkan untuk mencegah dan menghindari perilaku korupsi,” tegas Suryo.

Photo Bersama Kru ILM "Laporkan Dengan Bijak" dan pegawai lainnya bersama Kakanwil DJP Jabar I, Neilmaldrin Noor.

Photo Bersama Kru ILM "Laporkan Dengan Bijak" dan pegawai lainnya bersama Kakanwil DJP Jabar I, Neilmaldrin Noor. (2)

Sebagian Kru sekaligus Pemaian ILM Hakordia Kanwil DJP Jabar I - "Laporkan Dengan Bijak"

Kegiatan yang bertajuk "Tanpa Korupsi, Kemenkeu Kuat Indonesia Maju" ini, selain menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo, hadir pula jurnalis senior Najwa Shihab, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Alexander Marwata, Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan Sumiyati, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto.

Acara ini diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada kantor yang menyandang gelar Zona Integritas (ZI) - Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) serta pengumuman pemenang lomba Iklan Layanan Masyarakat (ILM). Dalam kesempatan ini, ILM Kanwil DJP Jawa Barat I yang berjudul "Laporkan Dengan Bijak" meraih penghargaan sebagai ILM terfavorit.

Berikut daftar Para Pemenang ILM Hakordia 2019 selengkapnya:

  1. Juara Satu diraih oleh Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II dengan judul “Dendang Bimbang”
  2. Juara Dua diraih oleh Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan dengan judul “Bimo The Explorer”
  3. Juara Tiga diraih oleh Kantor Wilayah DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara dengan judul “Luruskan”
  4. Juara Harapan Satu diraih oleh Kantor Wilayah DJP Aceh dengan judul “Kutolak Gratifkasi, Kudapat Calon Istri”
(HP)




sumber : pajak.go.id

Menjaga Mood Menulis

Sharing Session penulisan berita di forum P2humas Kanwil DJP Jaksel I, Bandung (Kamis, 28/11). Photo by Gigeh HP


Pradirwan ~ Tak dapat dipungkiri, setiap orang yang belajar menulis, bahkan yang sudah biasa menulis pun adakalanya mengalami kemalasan atau kehilangan mood menulis.

Dalam acara forum P2Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan I kemarin, (Kamis, 28/11/2019), salah satu peserta, @nukelist menanyakan bagaimana mempertahankan mood menulis itu.

baca juga : Menulislah Untuk Orang Lain

Saya tidak punya jawaban pastinya, tetapi saya punya pengalaman terkait mood menulis ini. Pada kesempatan sharing session itu, saya telah menjawabnya. Namun, melalui tulisan sederhana ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman saja. Saya rasa ini akan menjadi lebih menarik, karena menurut saya, persoalan mood ini adalah persoalan proses dan cara mengelola.

Mood memang selalu menjadi masalah dalam dunia kepenulisan. Bahkan mood sering menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Akhir dari masalah mood adalah kebuntuan menulis atau dalam dunia kepenulisan biasa dikenal writer block.

Awal-awal mulai belajar menulis, saya pun menemui writer block ini. Saat itu, saya teringat pelajaran Bahasa Indonesia dari guru saya, bahwa untuk membuat tulisan, buatlah kerangka karangannya dulu. Itu yang pertama kali ditulis. Paling tidak, ketika writer block itu datang, kita sudah punya kerangkanya. Setelah itu baru dikembangkan, tentunya dengan bahan-bahan menulis yang tersedia.

baca juga :10 Years Challenge dan Keabadian

Serangan mood jelek juga biasanya sering terjadi karena kurangnya persiapan. Ketika sudah saatnya menulis dan belum memiliki “senjata” yang dibutuhkan, mood menulis akan menguap begitu saja.

Sedangkan jika penulis telah menyiapkan segala yang dibutuhkan, meskipun awalnya tidak benar-benar memiliki mood menulis yang bagus, seringkali akan ada dorongan untuk tetap mulai merangkai kata.

Dalam mengembangkan kerangka ini seringkali writer block tiba-tiba menghampiri. Keinginan untuk menulis sangat besar dan menggebu-gebu namun tak satu pun kata yang bisa dituliskan. Bahkan, kalaupun kata itu dituliskan, selang beberapa menit, kata itu dihapus karena merasa tidak puas.

Oleh karena itu, saya menyarankan, agar jangan lakukan editing saat sedang mengembangkan tulisan. Tulis saja semuanya dulu. Keluarkan semua yang ada di kepala. Setelah itu baru baca ulang. Edit kata-kata atau kalimat yang tidak sesuai. Endapkan beberapa saat. Baca ulang dan lakukan editing seperlunya. Jika dirasa sudah cukup, baru kita kirimkan.


baca juga : Jurnalis itu Sejarawan



Untuk menjaga mood juga diperlukan kondisi lingkungan sekitar yang kondusif. Tidak banyak gangguan. Entah ini berlaku untuk saya saja atau orang lain juga sama. Saat menulis, saya biasanya mencari tempat yang tenang. Kalau sekiranya mengganggu, log out dari semua medsos kita, atau matikan jaringan internet sementara waktu, agar perhatian kita tak teralihkan ke hal lain. Hanya fokus menyelesaikan tulisan.

Tak ada yang benar-benar ahli. Mereka yang menurut kita ahli itu karena mereka telah belajar dan berlatih. Saya mencoba mewajibkan diri untuk menulis setiap hari, meskipun hanya berupa ulasan pengalaman pribadi seperti ini. Atau sekadar memberi tanggapan terhadap masalah yang saya temui di lingkungan sekitar. Medianya bisa dengan menulis caption atau status medsos, atau membuat blog pribadi. Intinya, yang penting tiap hari menulis. Entah dalam bentuk apa.

baca juga : Humas Pajak Sambut Era Industri 4.0

Selain itu, untuk mengurangi writer block dan mengembalikan mood yang buruk juga sangat bergantung pada minat membaca. Semakin banyak membaca maka akan semakin kecil pula potensi writer block yang dialami. Sebab inti masalah ini sebenarnya berkaitan dengan jumlah referensi yang dimiliki seorang penulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak kosakata. Logikanya, output yang bagus bergantung dengan input yang bagus pula.

Selain itu, jangan lupa untuk sharing. Biarkan pembaca memberikan penilaian. Jangan pernah alergi dengan kritik dan saran.

Kalau semua hal tersebut sudah dilakukan, tetapi writer block masih menghinggapi, sepertinya Anda butuh piknik. Lakukan perjalanan. Biasanya pikiran yang fresh, bisa menaikkan mood menulis kita.

Jadi, sudah punya rencana kemana akhir pekan ini?


Pradirwan
Bandung, 29/11/2019

artikel ini ditayangkan oleh AyoBandung

Kemenkeu Jabar Gelar Seminar APBN

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jabar Saipullah Nasution saat acara seminar “Refleksi APBN Tahun Anggaran 2019 dan APBN Tahun Anggaran 2020, Antara Harapan dan Tantangannya” di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, Jl, Diponegoro Bandung (Selasa, 28/10).
Pradirwan - Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Provinsi Jawa Barat menggelar Seminar APBN di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, Jl, Diponegoro Bandung (Selasa, 28/10).

Seminar yang bertajuk “Refleksi APBN Tahun Anggaran 2019 dan APBN Tahun Anggaran 2020, Antara Harapan dan Tantangannya” itu dihadiri para pejabat dan pegawai di lintas Eselon I Kemenkeu Jawa Barat, Asisten Daerah Bidang Administrasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Akademisi UNPAD.

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jabar Saipullah Nasution mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Hari Oeang ke-73, dalam rangka meningkatkan sinergi dan kinerja untuk mencapai cita-cita bersama, sekaligus mengenalkan tugas dan fungsi Kemenkeu dan mengajak publik berpartisipasi dalam pengelolaan keuangan negara.

"Dalam perjalanan menuju pencapaian tujuan bernegara, kita menemui banyak tantangan yang perlu diselesaikan. Ada masalah kemiskinan, keamanan, pemerataan, kerusakan lingkungan, hingga masalah rendahnya kualitas SDM kita. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami Kementerian Keuangan selaku pengelola APBN untuk menjaga postur APBN Tahun 2020 agar tetap ekspansif mendorong laju perekonomian nasional dengan sasaran yang lebih terarah, terukur, dan produktif," ungkap Saipullah.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penerimaan negara -baik itu pajak, penerimaan kepabeanan dan cukai, juga penerimaan negara bukan pajak- terus dioptimalisasi sebagai sumber penerimaan sekaligus instrumen untuk menstimulasi perekonomian dengan tetap menjaga iklim investasi dan daya saing.

Tak hanya disisi penerimaan, sektor belanja negara pun menjadi perhatian. "Belanja negara terus dijaga kualitasnya, tercatat secara cermat dan sistematis, dilaksanakan dengan baik dan akuntabel, serta diarahkan untuk mendukung peningkatan kualitas SDM," ujar Saipullah.

Sementara itu, Kabid Data Pengawasan Potensi Perpajakan (DP3) Kanwil DJP Jabar I Arif Priyanto mengatakan, Kanwil DJP Jawa Barat I terus berupaya mendorong penerimaan pajak melalui penambahan jumlah wajib pajak baru.

“Berdasarkan perhitungan TCR (Tax Coverage Ratio) tahun 2019 yang bersumber dari data kependudukan BPS Jawa Barat, masih terdapat potensi 1.041.777 Wajib Pajak OP Baru. Jadi, masih ada peluang meningkatkan penerimaan pajak dari bertambahnya jumlah penduduk," ujar Arif.

Arif mengharapkan, penambahan satu juta wajib pajak tersebut bisa tercapai dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Penambahan WP juga diharapkan bisa terus meningkat seiring adanya insentif pajak, salah satunya penurunan tarif pajak bagi pelaku UMKM dari 1% menjadi 0,5%.

Suasana Seminar APBN (Selasa, 28/10)
Menurutnya, sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya pajak kepada masyarakat harus terus dilakukan agar semua orang bisa menjadi pahlawan dan berkontribusi terhadap pembangunan. Meski demikian, penambahan wajib pajak dihadapkan pada sejumlah tantangan mulai dari keterbatasan jumlah petugas pajak untuk menjangkau pelosok daerah.

Di sisi lain, peningkatan jumlah wajib pajak juga dikhawatirkan akan membuat pengawasan menjadi lemah karena beban petugas yang semakin besar. Namun, dengan adanya teknologi yang berkembang saat ini, tantangan itu akan bisa diatasi. "Agar pengawasan tidak menjadi lemah, maka petugas akan dibantu dengan teknologi dan mesin-mesin penunjang lainnya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Arif menjelaskan bahwa tren penerimaan pajak Kanwil DJP Jawa Barat I selama empat tahun terakhir (2015 sampai dengan 2018) menunjukkan tren fluktuatif. Secara umum pertumbuhan penerimaan empat tahun terakhir mengalami tren positif, kecuali pada tahun 2016 pertumbuhan penerimaan turun sebesar 1.95%.

"Realisasi penerimaan per jenis pajak per 24 Oktober 2019 adalah sebesar Rp. 22,46 trilliun dengan pencapaian sebesar 64.55% dari target Rp 34.80 trilliun," ungkapnya.

Kontribusi penerimaan pajak per jenis pajak didominasi oleh PPh Non Migas sebesar Rp 12.11 trilliun atau sebesar 68.58%. Untuk kontribusi penerimaan per sektor utama sebagian besar mengalami pertumbuhan positif, kecuali industri pengolahan dan konstruksi mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 0.16% dan 8.15%.

Adapun kepatuhan pembayaran WP Baru OP Non Karyawan dan Badan untuk tahun 2019 sampai dengan 12 Agustus 2019 mencapai 92.26%. (HP)



Sumber: pajak.go.id

Tiga Latar dalam Foto Jurnalistik

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor membacakan arahan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Upacara Peringatan Hari Oeang Republik Indonesia ke-73 di Gedung Keuangan Negara Bandung, Rabu (30/10). 

Pradirwan - Salah satu narasumber Workshop Jurnalistik Kanwil DJP Jawa Barat I beberapa waktu lalu, Novrian Arbi mengatakan, ada tiga latar yang harus diperhatikan saat mengambil foto, yaitu latar depan (foreground), latar tengah (middleground), dan latar belakang (background). "Ketiga latar ini berfungsi saling mendukung," ujar pria yang akrab dipanggil Ucok itu.

Secara naluriah, kita menyukai hal-hal yang menarik perhatian kita. Sebagai fotografer, tugas kita menempatkan subjek yang menarik perhatian dan merekam subjek tersebut ke dalam lingkungannya.

Untuk benar-benar memberikan kesan yang kuat, background yang menarik bisa dimasukkan dalam frame. Misalnya kita jalan-jalan di Alun-alun Bandung, maka Masjid Agung Jawa Barat, rumput sintetis, dan ikon-ikon lainnya bisa dijadikan background.

Nah, selain background, terdapat cara kreatif lainnya yang dapat mempercantik foto yaitu foreground.

Teknik ini memang kurang populer karena memang tak semua foto memerlukan foreground. Sebab tidak semua objek bisa jadi foreground.

Jujur saja, saya sendiri seringkali bingung menentukan subjek mana yang menarik perhatian ketika dihadapkan pada kondisi yang ramai, atau khidmat seperti saat upacara Hari Oeang ke-73, kemarin (Rabu, 30/10).

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor menjadi Pembina Upacara Peringatan Hari Oeang Republik Indonesia ke-73 di Gedung Keuangan Negara Bandung, Rabu (30/10).

Saya menggunakan latar depan untuk alasan estetika. Artinya, subjek utama akan terasa hambar karena background tidak kuat atau di sekeliling subjek tidak ada hal unik untuk 'dimainkan'. Dengan membuat foreground, komposisi foto menjadi semakin 'berisi' dan dinamis.

Setelah menemukan subjek utama dan background, foreground dapat dibuat dengan teknik boleh atau tetap fokus. Pilihan ini tergantung kebutuhan fotografer sesuai pesan/cerita yang akan disampaikan. Jadi, fotograferlah yang menentukan, bukan kameranya, karena fotografer sang pembuat cerita.

Pradirwan
31/10/2019
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes