Foto mimi, kanan (2014) |
Kalimat itu mengantarkan kami meninggalkan Cirebon dengan segala cerita masa kecil sampai kami menikah, dengan suka maupun duka. Hingga kini, meski kami tak lagi tinggal menetap di Cirebon, sesekali kami tetap mengunjunginya. Adalah mimi, mama dan saudara-saudara yang lain yang menjadi alasan kami tetap harus berkunjung ke Cirebon.
Februari 2015, ketika hujan tahun ini masih sering jatuh, di suatu pesta pernikahan salah seorang sepupu, kami berucap kembali untuk kesekian kalinya, "mimi, aku pamit..."
Ada sedikit rona duka yang tak terbiaskan kala itu di wajah mimi, bahwa sedikit sekali waktu pertemuan kita. Untungnya, baju yang sempat mimi idamkan telah sempat kami bawakan, dan itu menjadi sedikit obat untuk kegundahan hatinya. Mimi terlihat pas memakai baju pink itu.
Tiga bulan berlalu, waktu sungguh berjalan sangat cepat. Ketika tiba-tiba ide untuk membuat acara reuni keluarga ini muncul, bersamaan dengan hari ulang tahun istri, mimi dengan segala upaya bisa hadir di sini. Ya, disini, di rumah kami.
Tak disangka itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Meski suaramu masih sempat aku dengar via telepon seminggu setelahnya. Di ujung sana mimi bercerita kegundahan mimi yang tak terjawab tuntas. Disini, kami hanya setia mendengarkan sambil sesekali mencoba meredakan situasi dengan memberikan solusi. Dan sayangnya itupun menjadi obrolan kita yang terakhir.
12 Juni 2015, entah kenapa sore itu dengan bangga aku tunjukkan foto-foto saat mimi berkunjung kesini bulan lalu kepada teman kantorku. Meski tampak lelah, namun kulihat kesan bahagia sangat terasa di wajah mimi.
Hingga tiba saat waktu pulang kantor, istriku menelponku, dengan tangis sejadinya meminta agar segera ke Cirebon. "mimi ga keluar rumah dari pagi, mimi kenapa-kenapa bang, cepat pulang", ujarnya menjelaskan.
Dengan panik, aku bergegas turun dari lantai 3, menuju tempat parkir. Baru saja menyalakan motor, hape berdering lagi, ternyata dari bapakku, perintahnya hampir sama dengan istriku "cepat pulang ke Cirebon, hati-hati di jalan!".
Segera ku menuju ruang sekretaris untuk absen, sebelum memasuki ruangan, hape berdering lagi. Kali ini nomornya tak ku kenal, lalu aku jawab, ternyata dari sepupu di Cirebon. Sambil buru-buru absen, suara di ujung sana berkata, "mimi telah pulang...".
Seperti runtuh dunia ini mendengar kabar mimi. Namun aku harus tetap tenang, agar aku bisa membawa istriku dan keluarga yang lain ke Cirebon dengan selamat.
Kali ini mimi yang pamit...
Selamat jalan mimi...
Kami menyayangimu...
Allahummaghfirlaha warhamha wa'aafiha wa'fu anha
Aamiin...
Baca juga:
Post a Comment