BREAKING NEWS

Humas Pajak Sambut Era Industri 4.0

Humas Pajak 4.0
Pradirwan - Zaman telah berubah. Kita telah berada di era Industri 4.0. Sebuah era yang mengubah tidak saja tatanan proses bisnis yang ada, tetapi juga peran profesi di dalamnya. Teknologi telah mengganti sebagian peranan manusia. Peran manusia akan berkurang, bahkan konon akan digantikan Artificial Intelligence dan robot termasuk profesi hubungan masyarakat atau public relations (PR).

Jurnalis itu Sejarawan

Saya saat menjadi nara sumber kegiatan Koordinasi Publikasi dan Tim Media Sosial Kanwil DJP Jawa Barat II di KPP Pratama Subang, (Selasa, 5/3). Kegiatan ini melibatkan insan-insan kreatif yang berada di balik media sosial seluruh unit DJP yang berada di Kanwil DJP Jawa Barat II, baik taxmin (admin medsos unit DJP), kontributor berita, pembuat infografis, fotografer, maupun videografer. (dok. KPP Pratama Karawang Selatan)

“Jurnalis itu seperti sejarawan. Dia menulis sejarah peristiwa hari ini.”
~Amarzan Loebis

Pradirwan - Saya memutuskan menulis sejak 2013. Awalnya melihat teman yang punya blog. Dalam pekerjaan, saya menerima banyak pertanyaan berulang dan harus saya jawab berulang pula. Agar lebih efisien, saya gunakan tulisan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan menuliskannya dalam blog. Belakangan, tulisan-tulisan saya menjadi tulisan jurnalistik.

Blog inilah yang menjadi catatan saya. Blog yang menjadi saksi sejarah saya belajar banyak hal, termasuk menulis dan memotret.

Sejarah didefinisikan sebagai peristiwa yang dilakukan manusia pada masa lampau di tempat tertentu, dan pada waktu tertentu. 


Sebagai peristiwa masa lampau, sejarah sering dipahami dalam dua hal, yaitu sejarah sebagai realitas peristiwa (history as actuality), dan sejarah sebagai kisah peristiwa (history as written).

Sejarah sebagai realitas peristiwa bersifat unik, terjadi hanya satu kali, dan mustahil terulang. Ini yang seringkali saya sebutkan sebagai momen. Tak akan pernah ada momen yang sama persis, maka itu seringkali saya manfaatkan setiap momen tersebut untuk diabadikan dengan membuatnya sebagai suatu karya (foto/tulisan/video).

Sejarah sebagai kisah peristiwa masa lampau adalah realitas peristiwa masa lampau yang menjadi tugas sejarawan untuk menelitinya, melalui jejak yang ditinggalkan, lalu kemudian direkonstruksi menjadi kisah. Beberapa sumber yang menjadi rujukan di antaranya setiap catatan, saksi, atau bukti-bukti sejarah lainnya.

“Ada empat proses dalam jurnalisme: reporting, interviewing, writing, editing.”

Tugas jurnalis menuliskan setiap peristiwa yang mempunyai news values. Redaktur senior Tempo Amarzan Loebis mengatakan, “Jurnalis itu seperti sejarawan. Dia menulis sejarah peristiwa hari ini.” Konsekuensinya, jurnalis harus teliti dan akurat. Apa pun yang dia tulis akan menjadi rujukan fakta di kemudian hari.

Jurnalis menulis sejarah hari ini, besok bisa jadi ada fakta, konteks peristiwa, atau data pembanding dari sumber-sumber lain yang ditemukan. Bisa jadi apa yang dia tulis kemarin, sudah tidak lagi relevan dengan perkembangan beberapa waktu setelahnya. Tidak ada kebenaran yang mutlak. Maka itu, seorang jurnalis harus rendah hati dan berpikiran terbuka.

Untuk dapat menulis berita, dibutuhkan bahan tulisan. Penggalian bahan ini bisa diperoleh dari peliputan peristiwa (reportase), wawancara, dan riset. Jurnalis yang baik akan menggali fakta, bukan mendengar analisis narasumber atau bahkan adu argumen dengannya ketika wawancara. Analisis narasumber hanya diperlukan wartawan untuk konteks dan perspektif dalam menulis sebuah peristiwa. Karena itu wartawan yang baik pandai membuat pertanyaan yang ia kembangkan dari jawaban narasumber.

Pemilihan narasumber juga tak kalah penting. Wartawan Tempo, Bagja Hidayat menjelaskan, dalam jurnalistik ada lima jenis narasumber yang bisa diwawancarai berdasarkan validitas informasi sebuah peristiwa: 1) pelaku, 2) mereka yang melihat, 3) dia yang paling tahu, 4) mereka yang berwenang, 5) pakar.

Urutan ini tak boleh tertukar. Jenis-jenis narasumber ini yang akan menentukan nilai sebuah berita. Jika narasumber sebuah peristiwa hanya “ia yang berwenang”, seperti polisi, apalagi juru bicara polisi, gradasi informasinya tak lebih kuat dibanding jika narasumbernya mereka yang melihat langsung peristiwa itu, apatah lagi mereka yang terlibat.

Dua modal jurnalis yang wajib dimiliki, sikap skeptis dan curious. Dua senjata ini juga memungkinkan sebuah wawancara bisa lengkap, bahkan mengungkap. Jika hilang dua sifat ini, jurnalisme menjadi cacat. Kekaguman terhadap narasumber menghilangkan sikap kritis. Sebaliknya, kebencian juga bisa menjerumuskan wartawan pada kenyinyiran yang menjengkelkan. Jika tak kritis dan skeptis, karena kagum atau benci kepada narasumber itu, hal-hal mendasar dalam wawancara bisa terabaikan. Misalnya, wartawan lupa bertanya harga sepatu setelah narasumbernya menyebut merek.

Kesimpulannya, tulisan bagus ditopang bahan yang lengkap. Soalnya, bahan lengkap saja belum tentu menghasilkan tulisan bagus, apatah lagi bahannya tak lengkap. Bahan lengkap ditentukan saat wawancara. Wawancara yang baik jika wartawannya kritis dan skeptis. Aib bagi seorang wartawan adalah tak bisa bertanya di hadapan narasumber akhirnya tak bisa mendapatkan bahan yang lengkap.

Penulis Mesir, Nagouib Mahfoudz, mengatakan bahwa orang pintar terlihat dari pertanyaannya, sementara orang bijak terlihat dari jawabannya. Narasumber akan menghargai pewawancara jika ia mendapat pertanyaan-pertanyaan yang sederhana tapi menohok. Karena itu narasumber ini akan terdorong untuk menjelaskan lebih rinci. Sebaliknya, pertanyaan bodoh memancing narasumber mendominasi bahkan menyembunyikan informasi. Karena itu sebaik-baiknya pertanyaan adalah yang memancing jawaban. Dan wartawan kreatif menciptakan pertanyaan dari jawaban tersebut.



Sumber :
Jurnalistik Dasar, Resep dari Dapur Tempo (Tempo Institute, 2017) 

Wawancara Mengawetkan Sejarah, Bagja Hidayat (Wartawan Tempo, Catatan Iseng, 2018)

Artikel ini ditayangkan di AyoBandung.com

Memahami Leading Line

Jalan masuk Cukul Sunrise Point ini menggunakan konsep leading line. 

Pradirwan - Leading Line merupakan sebuah konsep fotografi yang merujuk pada keberadaan garis-garis imajiner dalam sebuah foto. Disebut imajiner karena pada dasarnya garis-garis tersebut memang tidak ada dan tidak dibuat secara khusus, atau dengan kata lain garis itu "tersedia" secara alami.

Dalam foto tersebut, keberadaan garis nyatanya memang tidak ada. Tetapi bagi mata kita, jalan tanah berbatu itu nampak seperti garis.

Di alam, banyak sekali contoh lain dari garis imajiner yang disebut leading line ini, diantaranya jalan, pagar, tembok, bahkan aliran sungai jika dilihat dari atas.

Sebenarnya apa sih fungsinya memahami leading line ini?


Percaya atau tidak, mata kita menyukai garis dan bentuk simetris. Ketersediaan leading line bisa membimbing mata seseorang  melihat foto kita untuk menjelajah lebih jauh dengan kecenderungan untuk terus mengeksplorasi foto mengikuti garis-garis imajiner yang ada. Adanya leading line membantu penikmat foto untuk segera melihat dan menemukan subjek utama (point of interest).

Dalam menemukan leading line, sebelum memotret, perhatikanlah sekeliling lokasi pemotretan (observasi). Tujuannya selain mencari background dan memisahkan objek utama dari keramaian, juga dalam rangka mencari keberadaan leading line ini. Temukan dan lakukan sinkronisasi dengan ide, tema, dan objek yang akan kita foto.

Tips lainnya, bergerak dan berpindah posisi untuk mengubah sudut pandang pemotretan.

Dengan bantuan garis-garis imajiner ini, membuat foto kita nampak lebih baik lagi.

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.

Perpisahan

Momentum perpisahan

Pradirwan - Perpisahan. Satu kata yang tak selalu disuka, pun tak selalu dibenci. Layaknya koin yang selalu memiliki dua sisi yang berbeda. Maka, lihatlah selalu dari sudut pandang yang terbaik. Yakinlah selalu ada hikmah disetiap kejadian.

Hakikat kehidupan adalah bukan pada apa yang sudah didapatkan, melainkan apa yang sudah kita berikan terhadap sesama. Sekecil apapun kebaikan yang sudah kita tanam jika kita lakukan dengan tulus dan ikhlas pasti akan menuai kebahagiaan dan karunia dari Tuhan. Aku sadari betul, bahwa apa yang aku berikan pada #KPP_Cibeunying tak sebanding dengan apa yang aku terima hingga hari ini. Oleh karenanya aku minta maaf atas segala kekuranganku ini.

Sukа сitа dаlаm kеrjа tim @kpp_cibeunying yang ѕеlаlu kita lаkukаn mеmbuаtku bаnуаk bеlаjаr. Aku bаhаgiа biѕа mengenal teman-teman semua. Terima kasih atas segalanya. Namun, apapun yang bertemu pasti akan berpisah. Dimana ada awal pasti akan ada akhir.

Sudah menjadi suratan takdir, banyak orang yang datang dan pergi silih berganti. Dalam perpisahan ada yang hanya melintas begitu saja, ada pula yang membekas di hati. Dan aku hanya bisa berharap, ada namaku yang membekas dihati teman-teman.

Percayalah, aku реrgi bukаn bеrаrti aku tаk ѕеnаng disini. Aku hanya sejenak berpetualang di tempat yang baru. Mencoba mencari kebahagiaan versi lainnya. Karena dimana pun kita, jika bersyukur, Tuhan akan cukupkan kebahagiaan kita. Mohon maafkan kesalahanku, agar ringan langkahku mengejar cita-cita.

Aku berharap kelak kita bеrkumрul dalam satu kesatuan kerja lаgi, Amin….

Bandung, 090217

📷: Unknown
dikutip dari status FB saya. 

KPP Tegallega Gelar Tax Gathering

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor (Foto : M. Muttaqun)

Pradirwan
- Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega menggelar acara Tax Gathering di Grand Ballroom Trans Luxury Hotel Bandung, Kamis (31/01). Acara yang dihadiri 50 Wajib Pajak dari berbagai sektor usaha ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi sekaligus memberikan apresiasi atas kontribusi Wajib Pajak dalam pembayaran pajak tahun 2018. Pemberian penghargaan diwakili oleh tiga Wajib Pajak kontributor terbesar KPP Pratama Bandung Tegallega yaitu Dutadharma Utama, Pinus Merah Abadi, dan Richeese Kuliner Indonesia.

"Kami berharap acara ini dapat terjalin silaturahmi dengan para wajib pajak dengan lebih baik, sehingga terbangun komunikasi yang lebih baik dan efektif. Tujuannya agar dapat bersama-sama meningkatkan peran serta para wajib pajak di dalam pembangunan, tentunya dalam hal ini membayar pajaknya. Selain itu, diharapkan nanti para wajib pajak bisa lebih memahami mengenai pentingnya perpajakan, karena di acara ini juga kita jelaskan bagaimana strategi –strategi kita dan tantangan di tahun 2019 yang harus kita hadapi bersama," ujar Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor seusai acara.

wawancara dengan media usai acara (foto: Pradirwan)

Lebih lanjut, Neil menjelaskan bahwa Direktorat Jenderal Pajak memiliki tiga fungsi utama. "Ada fungsi pelayanan, fungsi pengawasan, dan fungsi penegakan hukum," sebutnya.

Neil mengatakan, dari ketiga fungsi DJP tersebut, pihaknya mengedepankan fungsi pelayanan. "Strategi yang kami gunakan pada 2019 ini, bagaimana kami dapat mengumpulkan pajak secara optimal tanpa harus mengganggu atau mendistorsi perekonomian. Dengan demikian kami mengedepankan fungsi pelayanan. Kami akan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kami agar wajib pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya secara baik dan benar serta tepat waktu," katanya.

saat memberikan sambutan (Foto : M. Muttaqun)

Menurut Neil, pelayanan perpajakan yang baik termasuk hal yang menentukan tercapainya target yang diamanahkan. Ia menjelaskan, dengan kemudahan-kemudahan pelayanan yang diberikan, misalnya dengan menggunakan teknologi informasi, Wajib Pajak tidak perlu bersusah payah ke Kantor Pajak.

"Dengan e-filing misalnya, Wajib Pajak bisa melaporkan pajaknya dari mana saja. Sebentar lagi akan memasuki bulan Maret ya, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi jatuh tempo pelaporannya tanggal 31 Maret 2019. Kemudian pembayaran pajak pun tidak harus berdesak-desakan di bank. Sekarang melalui mobile banking atau ATM, pembayaran pajak itu bisa dilakukan. Nah dengan kemudahan ini, tentunya yang tadinya malas memenuhi kewajiban perpajakan, karena dia harus mengantri, baik di KPP maupun di bank ini bisa teratasi. Tentunya ini akan meningkatkan juga kepatuhan Wajib Pajak," ungkapnya.

sesi talkshow (foto : Pradirwan)

Selain peningkatan dari sisi pelayanan, DJP juga sedang mengupayakan peningkatan dari sisi regulasi. Adanya regulasi yang memberikan kemudahan kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kewajiban perpajakan.

"Misalnya, berdasarkan PP 23/2018, tarif pajak UMKM menjadi setengah persen, itu agar WP dengan penuh kesadaran dapat ikut berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara. Jadi, dua hal tersebut (pelayanan dan regulasi) memang berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Selain itu, kita mengedukasi masyarakat. Hal ini pun akan sangat mempengaruhi tingkat pencapaian penerimaan pajak," imbuhnya.

Saat disinggung terkait kepatuhan, Neil menyebut, secara umum (nasional) tingkat kepatuhan bisa mencapai 78% - 80%. "Bahkan untuk OP karyawan bisa diatas 90%," katanya.

Dengan data seperti itu, pihaknya meyakini masih ada ruang untuk memperbaiki pelayanan dan meningkatkan kesadaran masyarakat. "Kita masih bisa menambah wajib pajak yang belum ikut berpartisipasi selama ini. Masih ada ruang yang cukup luas bagi kami untuk meningkatkan penerimaan," ujarnya.

Neil menyebut, Kanwil DJP Jawa Barat I mengalami kenaikan target penerimaan dari tahun lalu sebesar Rp32,4 triliun menjadi Rp34,8 triliun. Meski demikian, pihaknya optimis dapat mencapai penerimaan pajak yang diamanahkan. "Dengan luas wilayah kerja 16 Kabupaten/kota, kami hanya punya 1600 pegawai. Nah, ini tantangan yang harus kami manage. Selain itu, koordinasi dengan pihak Pemda juga cukup baik. Kami dengan Pemda melakukan berbagai MoU, melakukan kerjasama tukar menukar data. Oleh karena itu, kami juga mebutuhkan bantuan dari temen-temen media. Kalau kami sosialisasi ke WP, maka tingkat kesadaran masyarakat atau pengetahuan perpajakan dapat meningkat. Saat ini kan masih sangat rendah. Nah, mari kita tingkatkan bersama-sama," ajaknya. (HP)

artikel ini pertama kali ditayangkan di pajak.go.id dengan judul Jalin Komunikasi, KPP Tegallega Gelar Tax Gathering

***

berita terkait : 
1. Radar Bandung : Apresiasi WP, KPP Bandung Tegallega Gelar Tax Gathering
2. Inilah Koran : DJP Jabar 1 Bidik Penerimaan Rp34,797 Triliun
3. Ayo Bandung : Kepatuhan Pajak Masyarakat Masih Rendah
4. RMOL : KPP Bandung Tegalega Beri Penghargaan WP Terdaftar Melalui Tax Gathering
5. Jabar Ekspres : Pererat Hubungan Bersama Wajib Pajak
6. Ayo Bandung : Tax Gathering, Wadah Apresiasi WP dari KPP Pratama Bandung Tegallega
7. Galamedia : KPP Pratama Bandung Tegallega Gelar Tax Gathering





Lantik 11 Pejabat Pengawas, Neilmaldrin: Kinerja menjadi Wujud Syukur

 
Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor memberikan arahan kepada 11 Pejabat Pengawas yang baru saja dilantik dan Pejabat Eselon III di lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat I, Rabu (30/01). 

Pradirwan - Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor melantik 11 Pejabat Pengawas di Lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat I, Rabu, (30/01). Kesebelas pegawai tersebut mendapatkan mutasi jabatan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-10/PJ/2019 tanggal 11 Januari 2019. Pelantikan yang dilaksanakan di aula Kanwil DJP Jawa Barat I itu dihadiri dua orang saksi, dua orang rohaniawan, dan para pejabat eselon III.

Dalam arahannya, Neil mengatakan agar para pegawai yang baru bergabung, untuk segera melakukan adaptasi. "Dalam beberapa saat, kita mungkin merasa asing dengan suasana dan lingkungan yang baru. Namun, seiring berjalannya waktu, suasana asing itu akan segera berlalu," ujarnya.

Menurutnya, manusia sudah diberikan kemampuan untuk selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru. “Ini adalah momen yang baik dan dimiliki oleh siapa pun, termasuk saya, yaitu kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru,” katanya.

Oleh karena itu, ia berharap hal-hal positif saja yang dibawa di lingkungan baru. “Apabila di tempat lama, dirasakan ada hal yang kurang baik, maka tak perlu dibawa ke tempat baru ini. Namun, jika ada hal yang baik, silakan tularkan,” imbuhnya.

Neil juga meminta untuk selalu meningkatkan kinerja sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. "Banyak di antara kawan-kawan kita yang tidak bisa setiap hari bertemu keluarga. Mereka bisa produktif dan profesional. Jika kita berkesempatan bertemu keluarga setiap hari, maka sudah seharusnya itu menjadi motivasi kita dalam bekerja, meningkatkan produktivitas dan profesionalisme kita. Itu sebagai wujud syukur kita," tegasnya.

Lebih lanjut ia meminta kepada para pegawai tersebut agar segera melaksanakan tugas. “Selamat bertugas di tempat masing-masing. Cepat lakukakan penyesuaian, karena kita tak bisa menunggu lama lagi. Tugas sudah menunggu kita,” pungkasnya. (HP)

***

artikel ini pertama kali ditayangkan di pajak.go.id

Bercerita Lewat Fotografi, Bisakah?

Sepak Bola (Pradirwan)
"Satu gambar seribu kata."

Pradirwan - Ungkapan ini sering saya dengar untuk menggambarkan kekuatan sebuah gambar.

Awalnya saya tidak percaya kebenaran ungkapan itu. Semakin saya mempelajari fotografi, semakin saya mengerti alasan-alasan kenapa sebuah produk/jasa dipasarkan dengan tampilan yang menarik.

Seringkali, kesan pertama datang dari tampilan produk dan jasa. Semakin menarik dan atraktif, pembeli akan tergoda membawa produk atau jasa kita ke rumah mereka.

Mungkin itu pula yang melatarbelakangi doktrin yang beredar di jamaah Slametyah pimpinan pak Slamet Rianto, "Jika Anda tidak ganteng, maka Anda harus tampil rapih." Bagaimanapun, kekuatan visual berpengaruh bagi calon pembeli atau klien kita.

Ternyata, haI ini sudah dibuktikan oleh pemilik Brodo, Yukka Harlanda. Menurutnya, foto merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif agar pembeli tertarik. Selain itu, foto juga bisa membentuk citra merek alias brand image dan menguatkan ikatan antara konsumen dengan produk.

Ungkapan lain yang mendukung kekuatan visual datang dari gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ia menekankan aspek cerita dari sebuah momen yang diabadikan dalam sebuah foto. "Bagi saya foto itu adalah cerita," kata Kang Emil pekan lalu. Kang Emil percaya, bahwa sebuah momen tidak pernah berulang. Sebagai contoh, foto diatas saya ambil beberapa waktu lalu. Momen itu berlangsung singkat. Saya memotret terus-menerus sepanjang pertandingan, tak ada satu pun foto saya yang sama persis dengan foto yang saya upload itu.

Lalu, bagaimana sih mendapatkan foto yang bercerita?


Dari berbagai sumber saya menyimpulkan bahwa dalam sebuah foto, kita harus bisa memutuskan elemen mana yang akan menjadi subyek utama. Subyek utama adalah hal yang PERTAMA dilihat orang saat melihat foto kita alias Point of Interest (PoI).

Setelah itu, kita lalu memutuskan elemen pendukung mana yang akan dimasukkan ke dalam frame. Ingat, elemen pendukung adalah hal-hal yang dapat menguatkan keberadaan subyek utama. Jika elemen itu akan mengalihkan perhatian orang yang melihat dari subyek utama, maka sebaiknya elemen itu ‘dibuang’ atau tidak dimasukkan ke dalam frame. Cara paling sering yang saya lakukan adalah atur focal length (zoom), pakai lensa tele, atau mendekati objek. Kalau momennya singkat, motret seadanya lalu cropping deh. Daripada ga dapet momen? 😀

Pendekatan lain yang selalu saya gunakan adalah Entire, Detail, Frame, Angle, Time atau disingkat EDFAT. Metode ini diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode ini adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.

Jadi, inti dari postingan ini adalah betapa saya sadar sekarang jika mengambil gambar bukan hanya mengambil gambar. Redaktur Foto Kompas, bang Arbain Rambey pernah berkata, "Jangan berangkat memotret dalam keadaan blank. Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa". Jadi, penting untuk merencanakan terlebih dahulu sebelum mengeksekusi. Berpikirlah dahulu sebelum memencet tombol kamera. Apa yang mau kita potret? Apa yang ingin kita sampaikan? Itu sudah ada dalam pikiran kita.

Nampak ribet ya? Awalnya saya juga berpikir begitu. Namun, setelah dipraktekkan, ternyata menyenangkan kok. Sekarang, saya terbiasa mengonsep dulu apa yang saya butuhkan sebelum eksekusi. Makanya, penting banget mengetahui rundown acara, lokasi, dan segala detailnya ketika kita memotret dokumentasi.

Dulu, saya pikir harus memasukkan semua elemen ke dalam foto. Meminjam istilah pak Dhe Muchamad Ardani, saya termasuk 'fotografer rakus'. Saya merasa tidak ingin semua elemen itu terbuang mubazir. Prinsip saya waktu itu, apa yang saya lihat di lokasi, harus sama dengan informasi visual yang diterima yang melihat foto saya. Tapi, ternyata tidak begitu.

Sama seperti penulis yang tidak boleh menulis semua deskripsi dengan jelas dan harus menyisakan imajinasi pembaca, foto pun demikian. Harus ada sedikit ruang untuk publik menginterpretasi, sehingga mereka tidak merasa digurui, sanggup berpikir dan berimajinasi, lalu merasa ada hal lebih yang mereka dapatkan setelah melihatnya. Bukan karena fotonya. Foto hanyalah pemicu, tapi imajinasi dan hasil berpikir merekalah yang memberikan hal lebih itu. Itulah foto yang bercerita, menurut saya.

Bagaimana menurut Anda?

Bandung, 31 Januari 2019

ARKE

Poster Pameran Fotografi Antara bertajuk Arke (pradirwan)

Pradirwan - Frase "Arke" pertama kali saya temui di pameran fotografi yang diselenggarakan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Jawa Barat, di Gedung Antara Biro Jabar, Jalan Braga 25 Kota Bandung, Kamis (24/01). Arke Kilas Balik Jabar 2018 menjadi tajuk pameran yang menampilkan 44 foto terbaik karya pewarta foto Antara sepanjang tahun 2018 itu.

baca juga : Ketika Ridwan Kamil Bicara Fotografi

Menurut Kepala Perum LKBN Antara Biro Jawa Barat Zaenal Abidin, Arke berarti "titik mula". Kata ini dipilih karena dianggap merepresentasikan kegiatan yang baru kali pertama diadakan oleh Antara Biro Jawa Barat itu. Arke juga menjadi simbol harapan, pameran foto yang diadakan mulai 24 Januari hingga 24 Februari 2019 itu bisa menjadi titik mula Antara Biro Jabar untuk memberikan sumbangsihnya di bidang jurnalistik bagi Bumi Pasundan.

Mendengar penjelasan itu, saya jadi teringat sebuah dialog dalam film berjudul "We are Marshall". Film ini diangkat dari kisah nyata dan bercerita tentang sebuah tim football di kota Marshall, sebuah kota kecil di West Virginia, Amerika Serikat.

Dalam salah satu adegan, ada seorang ayah yang kebingungan menghadapi bayinya yang menangis. Ia mencari tau apa penyebabnya. Ternyata bayinya membuang air kecil di popoknya. Masalahnya, ia tak pernah sekalipun menggantikan popok anaknya dan biasanya istrinya yang melakukan tugas itu. Karena istrinya sedang tidak dirumah dan anaknya masih tetap menagis, akhirnya ia beranikan diri untuk mencoba mengganti popoknya. Setelah mencoba untuk pertama kali, akhirnya ia berhasil.

Sudah dapat maknanya?

Ya.

"Selalu ada yang pertama untuk segalanya". Hanya kita tak pernah tau kapan saatnya tiba, tugas kita hanya mencoba sampai kita menemukan yang pertama itu.

Demikian pula menulis. Bagaimana memulainya? Tulislah kata pertama, lanjutkan dengan kata dan kalimat selanjutnya. Tuangkan apa yang terlintas di pikiran. Yakinlah, bahwa kita bisa.

Setiap hal, apapun itu, selalu dimulai untuk “pertama kali”. Percaya akan selalu ada hal baik, jika kita mau melihatnya dengan cara yang baik.

Bandung, 29/01/2019

MTU Mudahkan Wajib Pajak Patuh

Mobile Tax Unit (MTU) Baru Kanwil DJP Jawa Barat I

Pradirwan - Jam menunjukkan pukul 07.30 pagi. Matahari baru saja beranjak naik. Kehangatannya menyemangati para pegawai Kanwil DJP Jawa Barat I, tak terkecuali Gigeh Hari Prastowo. Pelaksana di bidang P2humas itu telah berpakaian rapi dan bersiap untuk berangkat ke Trans Mart Ujung Berung, Bandung.
MTU di Trans Mart Ujung Berung Bandung, (Kamis, 17/01/2019)
Pria yang berprofesi sebagai aparatur sipil negara (ASN) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) itu mengecek kembali formulir dan berbagai perlengkapan lainnya. Setelah dipastikan lengkap, ia mulai menuju mobil pajak berwarna dominan putih dan biru itu. Tulisan dan logo layanan pajak dalam jaringan (daring) mendominasi sisi kanan dan kiri, sementara imbauan melaporkan SPT Tahunan dengan lengkap, benar, dan jelas berada di bagian belakang mobil.

"Mau berangkat untuk Mobile Tax Unit (MTU)," ungkapnya sambil merapihkan perlengkapan di dalam mobil Mitsubishi L300 yang ‘disulap’ menjadi MTU itu. Sejak 2016 hingga sekarang, mobil buatan 2007 itu masih menjadi pilihan dalam memberikan pelayanan perpajakan kepada masyarakat di luar kantor.
MTU di Trans Mart Ujung Berung Bandung, (Kamis, 18/01/2019)
Tak lama berselang, Gigeh berada di depan kemudi dan mulai menghidupkan mesin mobil yang terparkir di halaman Gedung Keuangan Negara. Tak jauh dari posisinya, Toyota Dyna berwarna dominan Kuning dan Biru terparkir beberapa hari ini. MTU baru itu memang baru saja tiba. Rencananya, mobil itu akan menggantikan MTU yang lama.
suasana MTU di Trans Mart Ujung Berung Bandung, (Jumat, 19/01/2019)
Seiring bertambahnya laju sang waktu, langit pun nampak semakin membiru. Tak terlihat awan berarak di sekitarnya. Matahari pagi mulai menyembul di balik gedung tinggi sekitar Jl. Asia Afrika, Bandung. Ia tampak jelas di tempat mobil itu terparkir pagi ini. Sinarnya mulai menyapa siapa saja yang menatapnya saat itu. Gigeh tersenyum. Pagi ini benar-benar pagi yang berbeda.

Suasana pelayanan MTU diguyur hujan deras di Trans Studio Mall Bandung, (Kamis, 10/01/2019)
Gigeh teringat saat dua minggu lalu. Cuaca Bandung yang semula cerah, mendadak berubah gelap. Hujan deras mengguyur Trans Studio Mall (TSM) 30 menit sebelum masa tugas MTU selesai. Kamis siang itu (10/1), ia masih melayani seorang calon Wajib Pajak yang akan mendaftarkan dirinya untuk ber-NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Angin kencang yang beberapa kali menyapu kawasan Jl. Gatot Subroto Bandung itu membuat mereka meringis menahan dingin.

berteduh sementara di dalam MTU, (Kamis, 10/01/2019)
Gigeh membantu Lira (26), Wajib Pajak itu, mendaftar secara daring. Kurang dari setengah jam, permohonan itu selesai. Ia pun meminta penjelasan tentang perpajakan. Dengan senyum khasnya, Gigeh mulai menjelaskan hak dan kewajiban setelah memiliki NPWP. Puas dengan layanan Gigeh, wanita itu berterima kasih lantas beranjak menuju gedung utama TSM. Sementara Gigeh dan anggota tim lainnya, masuk ke dalam mobil. Namun, hingga lebih dari satu setengah jam hujan tak kunjung berhenti.
suasana pelayanan MTU di TSM Bandung, (Jumat, 11/01/2019)
“Sudah siap, Mas?” Sebuah suara membuyarkan ingatan kesan pertamanya tentang MTU tahun ini. Laki-laki yang baru bergabung di P2humas sejak Oktober tahun lalu itu tak menyadari ketika atasannya, Jogi Agustinus menghampiri mobil itu dan menyapanya. Jogi lantas membuka pintu depan sebelah kiri dan duduk di sebelah Gigeh. Sementara anggota tim MTU lainnya, Lusi Setiawaty menyusul menuju lokasi MTU. Pagi itu, Jogi telah siap memimpin tim memberikan pelayanan.

MTU di TSM Bandung, (Jumat, 11/01/2019)
Program yang diluncurkan DJP beberapa tahun silam itu masih menjadi pilihan dalam memberikan pelayanan perpajakan di wilayah Kanwil DJP Jabar I. MTU menjadi salah satu hasil rapat penyusunan program kerja tahun 2019 bidang Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat (P2humas) Kanwil DJP Jawa Barat I, 5 Desember 2018 lalu. Rapat yang dipimpin Kepala Bidang P2humas, Reny Ravaldini itu juga membahas evaluasi MTU 2018. Wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Barat I yang terbentang dari Kabupaten Sukabumi hingga Pangandaran membuat program ini tetap dilanjutkan. Reny menilai, meski sudah ada 16 KPP dan 2 KP2KP, ditambah 10 pos pelayanan, layanan MTU cukup efektif. Malah, ia meminta agar MTU bisa dilaksanakan lebih lama.

“MTU per lokasi jangan dilaksanakan hanya satu hari, tapi dua atau tiga hari. Ini untuk mengantisipasi masyarakat yang baru mendapatkan info adanya MTU di hari pertama, tetapi tidak sempat karena tidak membawa dokumen atau karena hal lainnya, agar bisa memanfaatkan MTU itu secara maksimal. Tujuan kita meluncurkan MTU ‘kan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak sekaligus untuk menambah kemudahan bagi wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, itulah kenapa kita pilih pusat keramaian, supaya mudah diakses,” jelasnya.

Sejak dua Minggu lalu, setiap hari Kamis dan Jumat mulai pukul 10.00 hingga 14.00 WIB, MTU hadir di pusat perbelanjaan. “Dua Minggu lalu kami di Trans Studio Mall (TSM). Minggu ini kami hadir di Trans Mart Ujung Berung. Nah, Minggu depan kami akan hadir di Miko Mall, Jl. Kopo No. 599, Bandung," kata Reny, Jumat (18/01/2019).

Sedangkan, jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan di lokasi MTU, lanjut Reny, diantaranya pendaftaran NPWP online, cetak ulang kartu NPWP, aktivasi E-fin, lapor SPT Online (e-filing) dan Konsultasi pajak. "Petugas yang memberikan pelayanan bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dan yang paling penting, semua pelayanan ini gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun. Maka, kami harapkan masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya," pungkas Reny.

***

artikel ini pertama kali ditayangkan di pajak.go.id dengan judul MTU Mudahkan Wajib Pajak Patuh Pajak

Penerimaan Pajak 2018 di Jabar Capai Rp85,516 Triliun


Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomo saat memberikan keterangan pers Kinerja Penerimaan Pajak Jawa Barat 2018  di Gedung Keuangan Negara Bandung, (Kamis, 16/01). Konferensi Pers yang digelar Perwakilan Kemenkeu Jabar I ini dihadiri para pejabat eselon 2 Kemenkeu Jabar.
Pradirwan - Realisasi penerimaan pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat pada 2018 tumbuh positif. Kanwil DJP Jawa Barat I, II, dan III mencatat jumlah pajak yang berhasil dihimpun mencapai Rp85,516 triliun dari total target setahun sebesar Rp92,127 triliun.

"Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan positif sebesar 19,19% dibandingkan 2017," ungkap Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Yoyok Satiotomo, saat Konferensi Pers gabungan lintas eselon 2 Kemenkeu Jabar, di Gedung Keuangan Negara Bandung, (Rabu, 16/01).

Suasana Konferensi Pers gabungan lintas eselon 2 Kemenkeu Jabar, di Gedung Keuangan Negara Bandung, (Rabu, 16/01).
Lebih lanjut, Yoyok merinci capaian realisasi tersebut berdasarkan jenis pajak dan sektor. "Pertama, PPh dengan capaian 83,01% dari target sebesar Rp51,27 Triliun dengan pertumbuhan positif 13,43%. Selanjutnya, PPN dan PPnBM capaiannya 105,59% dari target sebesar Rp39,51 Triliun dengan pertumbuhan positif 26,31%. Pajak Bumi dan Bangunan di luar administrasi Pemda dengan capaian 118,61% dari target sebesar Rp 383,66 miliar dengan pertumbuhan positif sebesar 3,08%. Adapun pajak lainnya dengan capaian 81,32% dari target sebesar Rp955,21 miliar dengan pertumbuhan positif sebesar 3,35%," jelasnya.

Lebih lanjut Yoyok mengatakan di Jawa Barat pertumbuhan pajak ditunjang pula dari penerimaan per sektor. Lima sektor utama penunjang penerimaan pajak di Jawa Barat yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh 25,11% dan memberikan kontribusi penerimaan sebesar 43,78%, sektor perdagangan besar dan eceran, tumbuh 15,76% dengan kontribusi penerimaan sebesar 18,27%. Sementara dari sektor kontruksi tumbuh 8,35% dan memberikan kontribusi penerimaan sebesar 6,69%, sektor Jasa Keuangan dan asuransi pun tumbuh 4,87% dengan kontribusi sebesar 4,93%. Sektor Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial tumbuh 5,58% dan memberikan kontribusi penerimaan sebesar 4,67%.

"Realisasi ini masih bisa ditingkatkan lagi di 2019. Apalagi ada peraturan baru soal pajak atas e-commerce. Mudah-mudahan di sektor itu dapat menyumbang penerimaan yang cukup lumayan di tiga kanwil pajak ini," ujarnya.

Selain itu, potensi penerimaan pun dapat diperoleh dari penerimaan pajak pajak Orang Pribadi yang mengikuti Tax Amnesty namun masih ada yang belum sepenuhnya melaporkan hartanya. "Wajib Pajak itu dapat mengikuti program Pas Final," katanya.

Bukan hanya itu, khusus di wilayah Kanwil DJP Jawa Barat I telah dilaksanakan pemeriksaan Bukti Permulaan (Buper) terhadap wajib pajak yang ada indikasi pidana. "Tahun lalu, realisasi penerimaan dari pemeriksaan Buper ini mencapai Rp230 miliar atau melebihi target dari kantor pusat sebesar Rp80 miliar. Dengan hasil ini kami berada di peringkat keempat nasional," kata Yoyok lagi.

Yoyok menjelaskan, dari kategori Wajib Pajak yang melakukan tindak pidana perpajakan, terdapat empat wajib pajak yang status kasusnya sudah P-21 dan telah dilimpahkan ke kejaksaan. Adapun WP lainnya telah melunasi kekurangan pembayaran pajak sesuai pasal 8 ayat 3 dan pasal 44 B Undang-undang KUP.

Selain itu, DJP Jabar pun bekerja sama dengan Kantor Wilayah Bea dan Cukai Jawa Barat (joint programme) untuk melakukan penindakan pada wajib pajak yang diduga melakukan pidana, sosialisasi sektor tembakau di Prangan Timur seperti Sumedang, Garut, Ciamis, dan penerimaan pajak dari minuman beralkohol.

"Mudah-mudahan di 2019 kami bisa mencapai target penerimaan untuk direalisasikan di ketiga Kanwil. Karena potensi penerimaan ini masih besar. Satu lagi potensi yang masih dioptimalkan itu penerimaan dari bendahara terkait APBN, APBD, dana desa," pungkasnya.

Kepala Kanwil Bea Cukai Jawa Barat, Saipullah Nasution, bersama Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I saat diwawancara wartawan, (Rabu, 16/01)
Senada dengan Yoyok, Kepala Kanwil Bea Cukai Jawa Barat, Saipullah Nasution menambahkan hasil Joint Programme dengan Direktorat Jenderal Pajak, khususnya dengan ketiga Kanwil DJP di Jawa Barat, telah berhasil meningkatkan penerimaan negara.

"Realisasi joint programme ini kami menargetkan Rp 500 miliar. Tapi realisasi kita dapat Rp 535 miliar atau melampaui target 7 persen, bahkan kami berhasil memenuhi target penerimaan 2018 sebesar Rp27,756 triliun atau 101,86% dari target sebesar Rp27,221 triliun," ungkapnya.

Saipullah mengatakan realisasi itu berasal dari dua elemen yaitu elemen bea masuk dan cukai. "Realisasi Bea masuk sebesar Rp988 miliar dan target hanya Rp901 miliar, jadi surplus 109%. Sedangkan realisasi cukai sebesar Rp26,76 triliun dari target sebesar Rp26,31 triliun," jelas Saipullah.

Tidak hanya itu, Saipullah menuturkan Bea Cukai Jawa Barat juga gencar melakukan pengawasan dengan melakukan audit ke sejumlah perusahaan ekspor dan impor di Jawa Barat. Dari hasil audit yang dilakukan, tidak kurang dari Rp 70 miliar berhasil dihimpun untuk tambahan penerimaan negara.

"Kita audit terhadap perusahaan ekspor impor, ada 36 kali audit selama 2018 dan berhasil mengumpulkan Rp 70 miliar. Kemudian kita juga pengawasan fisik terhadap importasi barang kiriman termasuk cukai," bebernya.

Selain dari sisi penerimaan, Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat juga menorehkan prestasi dalam penindakan. "Selama tahun 2018, kami telah melaksanakan 2.268 kali penindakan, 20 diantaranya merupakan Penindakan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor melalui Bandara Husein Sastranegara dan Kantor Pos. Ada juga barang-barang terlarang yang dikirim oleh TKI berupa obat-obatan, kosmetik, dan sex toys. Di luar itu, ada penindakan terhadap perusahaan kawasan berikat berupa garmen dan tekstil," paparnya.

Ia berharap capaian positif ini bisa kembali diraih pada 2019. Pihaknya akan mengoptimalkan kinerja jajaran Bea Cukai Jabar, terutama di titik-titik pintu masuk Jawa Barat seperti pelabuhan dan bandara. (HP)

***

artikel ini ditulis untuk pajak.go.id dan telah ditayangkan sejak tanggal 24/01/2019 dengan judul 2018, Kanwil DJP Jabar Himpun Pajak Rp85,516 Triliun

Ketika Ridwan Kamil Bicara Fotografi

Foto bersama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Kepala Biro Perum LKBN Antara Biro Jawa Barat Zaenal Abidin, usai peresmian Pameran Foto Arke Kilas Balik Jabar 2018 yang digelar Antara biro Jabar, Kamis (24/01/2019)


Pradirwan - Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil mengaku berbahagia. Pasalnya, pria yang akrab dipanggil kang Emil itu bisa berinteraksi dengan salah satu hobinya.

“Hari ini saya berbahagia karena ada sepenggal cinta saya, bagian yang berinteraksi dengan diri saya, yaitu fotografi,” ujar Kang Emil saat membuka Pameran Foto Arke Kilas Balik Jabar 2018, yang diadakan oleh Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Jawa Barat, di Gedung Antara Biro Jabar, Jalan Braga 25 Kota Bandung, Kamis (24/01).

Mantan Walikota Bandung ini mengatakan ada dua cara yang dilakukannya untuk menghilangkan rasa stres. Salah satunya, dengan berburu objek-objek menarik dan mengabadikannya melalui bidikan lensa kamera atau fotografi.

“Saya ini arsitek. Lima tahun didikannya visual. Jadi, kalau saya sedang stress, ritualnya dua, sholat dan hunting foto,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan dirinya meyakini sebanyak 44 foto yang dipamerakan dalam Pameran Foto Arke Kilas Balik Jabar 2018 itu merupakan foto-foto luar biasa yang dihasilkan oleh fotografer Antara di Jawa Barat.

"Saya meyakini, foto yang dipamerkan ini akan sangat luar biasa dan hari ini semua orang pada dasarnya bisa menjepret foto," kata dia.

Gubernur Emil mengatakan foto bagi dirinya bukan sekedar rangkaian cahaya yang tertangkap lensa kamera oleh seorang fotografer.

"Bagi saya foto itu adalah cerita. Foto itu adalah momentum, dan terkadang kita sering melewatkan momentum bagus serta luput dari jepretan lensa kamera," kata dia.

Emil menuturkan foto hasil jepretan menggunakan kamera saku berhasil menjuarai sebuah kontes foto yang diadakan oleh Harian Kompas. "Saya pernah menang kontes foto Kompas dulu, itu hadiahnya bikin saya ke Jepang dan motretnya pakai kamera pocket. Itu menandakan enggak harus canggih kameranya yang penting momentumnya," kata dia.

Emil mengisahkan salah satu foto yang menjadi favoritnya adalah ketika ia mengabadikan momen di Masjid Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat. "Waktu itu saya motret di Masjid Al Irsyad, lagi shalat cahayanya datang di waktu Ashar. Karena Masjid Al Irsyad itu mihrabnya terbuka maka cahaya Ashar itu menyebabkan back light," kata dia.

"Sehingga pesannya di mata Allah SWT, tidak ada kopral, jenderal, direktur, itu hanya individu yang berkomunikasi dengan Allah," lanjut dia.

Ia menambahkan, ada kebiasaan baru yang membuat bahagia. “Kalau jadi politikus, jadi pejabat, jadi pemimpin, harus sabar melayani masyarakat yang meminta berfoto. Ternyata, berfoto itu bisa membuat bahagia,” imbuhnya.

Di akhir sambutannya, orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat ini berpantun, "makan soto di Pantai Carita, dengan foto kita berbicara," pungkasnya.

Koordinator Daerah Foto LKBN Antara Biro Jawa Barat M Agung Rajasa mengatakan Divisi Foto Antara selama tahun 2018 telah memproduksi 3.000 foto.

"Ada sekitar 3.000 foto yang diproduksi pewarta foto Antara sepanjang tahun 2018, lalu kita kurasi. Kemudian yang terpilih ada di buku 249 dan yang dipamerkan hari ini ada 44 foto," kata dia.

Pameran Foto Arke Kilas Balik Jabar 2018 digelar mulai 24 Januari 2019 hingga 24 Februari 2019 dan terbuka bagi umum.

Sementara itu, Kepala Biro Perum LKBN Antara Biro Jawa Barat Zaenal Abidin menambahkan pameran foto tersebut merupakan kali pertama diadakan oleh Antara Biro Jawa Barat.

Kata "Arke" sendiri, kata Zaenal, memiliki arti titik mula sehingga pameran foto tersebut diharapkan bisa menjadi titik mula Antara Biro Jabar untuk memberikan sumbangsihnya di bidang jurnalistik bagi Bumi Pasundan

"Kita ada di daerah strategi, Gedung Antara Biro jabar ini adalah tempat bersejarah dan kita berupaya merawatnya. Mudah-mudahan pameran foto ini bisa bersinergi dengan Humas Pemprov Jabar dalam merekam sejarah Provinsi Jabar," kata Zaenal.

***

 artikel ini ditayangkan di AyoBandung.com dengan judul Ketika Gubernur Jawa Barat Bicara Fotografi

10 Years Challenge dan Keabadian

Seorang peserta sosialisasi mengabadikan moment dengan telepon pintarnya (Rabu, 16/01/2019) 


Pradirwan - Fenomena Tantangan Sepuluh Tahun atau 10 Years Challenge sedang mewabah warganet dalam beberapa hari terakhir. Ada yang sekadar berbagi foto-foto pribadi dari 10 tahun sebelumnya, tapi, lagi-lagi, ada juga yang menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Orang-orang itu sibuk mencari foto dari sepuluh tahun lalu, atau yang diambil pada 2009, untuk kemudian diunggah ke berbagai platform media sosial dan dibandingkan dengan foto terbaru yang diambil di tahun 2019. Itulah esensi tantangan ini, karena mencari arsip foto sepuluh tahun lalu bagi sebagian orang tidaklah mudah.

Perusahaan periklanan media sosial, Spredfast mencatat, sebagaimana dikutip dari BBC.com (16/1/2019), tagar #10YearsChallenge mulai digunakan di Indonesia sejak 14 Januari 2019 dan masih meningkat terus penggunaannya sampai tulisan ini dibuat.

Terlepas dari apakah dampak yang ditimbulkan positif atau negatif sebagaimana yang disampaikan Kate O'Neill dalam tulisannya yang ditayangkan di situs wired.com, ada hal menarik perhatian saya, yaitu tentang foto dan keabadiannya.

Seorang seniman kelahiran Pennsylvania, Andy Warhol pernah mengatakan, “Hal terbaik mengenai sebuah gambar adalah gambar itu tidak pernah berubah, bahkan ketika orang-orang yang ada di dalamnya sudah berubah."

Untuk mendapatkan foto, cara satu-satunya adalah dengan memotret (fotografi). Maka tak heran muncul ungkapan bahwa memotret merupakan salah satu sarana untuk mengabadikan sebuah moment. Ya, memotret ialah laku hidup demi sebuah kekekalan.

Lalu kemudian muncul pertanyaan lainnya, apakah benar moment yang kita tangkap melaui fotografi dapat abadi?

Apakah bisa kita mengabadikan sesuatu sedangkan eksistensi kita diragukan keabadiaannya?

Jelas sesuatu yang rumit untuk saling dikaitkan, karena pada dasarnya kita sendiri akan hilang bersama eksistensi kita.

Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa abadi meskipun kita sudah tak bisa eksis lagi?

Kisah sastrawan terbaik yang pernah Indonesia miliki, Pramoedya Ananta Toer, mungkin bisa dijadikan referensi. Lelaki kelahiran Blora, 6 Februari 1925 ini menjadi legenda dunia kepenulisan Indonesia berkat tulisan-tulisannya.

Dalam bukunya yang berjudul "Anak Semua Bangsa", Pram menyampaikan sebuah gagasan yang sangat cemerlang, bahwa "Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".

Saat saya membuat tulisan ini, kutipan Pram di atas setidaknya disukai oleh 916 orang di situs Goodreads. Tertinggi dibandingkan kutipan lainnya dari karya-karyanya.

Banyak orang pintar, rajin membaca, namun jarang menulis. Mereka punya banyak ilmu dan pengalaman, namun tidak pernah membagikannya lewat tulisan. Bagi saya keputusan mereka itu sangat disayangkan, karena apa yang mereka miliki hanya akan bermanfaat buat dirinya sendiri. Akan berbeda jika mereka menuliskan apa-apa yang dikuasainya. Tentu dampaknya akan lebih luas. Mereka bisa membawa pengaruh juga manfaat kepada orang lain dan akan terus berguna buat generasi selanjutnya.

Lebih lanjut, saya ingin menyampaikan kutipan Pram lainnya, "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suara mu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

Perhatikanlah kutipan-kutipan Pram diatas. Sudah dapatkan benang merahnya? Ya, berkarya (dalam hal ini menulis). Apa yang kita 'suarakan' melalui karya tersebut akan abadi. Meskipun eksistensi kita telah lenyap, masyarakat masih dapat merasakan kehadiran kita melalui karya-karya yang telah kita wariskan. Bahkan, suatu saat dapat mempelajari atau merenungkan atas apa yang telah kita torehkan.

Dampak lebih dahsyat dapat diperoleh jika sebuah karya tulisan dibarengi dengan karya foto. Penggambaran tulisan akan lebih nyata jika bisa memadupadankan dengan karya fotografi.

Itulah kenapa, fotografi jurnalistik menjadi bagian penting. Melihat sejarah Indonesia, fotografi jurnalistik berkembang beriringan dengan perjuangan untuk meraih kemerdekaan.

Bisa kita saksikan, gambar-gambar sejarah seperti proklamasi kemerdekaan, bukan hanya hasil keberuntungan para fotografernya, namun merupakan kegigihan dan komitmen yang mendalam untuk menghasilkan foto yang menarik. Meski fotografernya telah tiada, foto-foto itu seolah menceritakan kejadian di balik setiap foto.

Maka, ingatlah satu hal. Mereka yang berkarya akan hidup bersama dengan karyanya. Walaupun eksistensi dirinya telah lenyap, tetapi karya mereka akan abadi. Setidaknya sampai karya tersebut lenyap bersama alam semesta.

Maka, apakah masih ada keraguan untuk berkarya?


***

artikel ini pertama kali ditayangkan di AyoBandung.com dengan judul #10YearsChallenge dan Keabadian

Pelajaran Tersulit

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Yoyok Satiotomo bersama Kepala Kanwil BPN Prov. Jawa Barat Yusuf Purnama saat kunjungan kerja, Rabu (09/01/2019).

Matematika dan Bahasa Indonesia, menurutmu mana pelajaran yang paling sulit saat sekolah dulu?

Pradirwan - Jawaban pertanyaan ini sangat subjektif. Masing-masing orang bisa berbeda-beda. Banyak yang menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran tersulit. Tapi tidak bagi saya. Matematika merupakan pelajaran yang bisa saya kuasai saat itu. Dalam beberapa kesempatan mengikuti ujian, saya pernah mendapat nilai maksimal untuk pelajaran mengotak-atik angka itu.

Saya mendapat hasil berbeda saat menghadapi pelajaran Bahasa Indonesia. Saya jarang sekali mendapat nilai maksimal. Meskipun saya lahir dan besar di Indonesia, entah kenapa memahami bahasa Indonesia terasa sedikit kesulitan.

Saya jadi teringat saat hari pertama masuk sekolah usai libur panjang. Wali kelas saya sering menugaskan untuk membuat tulisan bertema liburan. Kala itu, kata pembuka yang sering saya gunakan adalah "Pada suatu hari, saya liburan ke ...", seolah tidak ada kata lain yang lebih indah untuk digunakan.

Kebiasaan menempatkan kata keterangan waktu di awal kalimat itu sepertinya 'diwariskan' hingga sekarang. Padahal, sebuah kalimat sebaiknya berstruktur Subjek, Predikat, Objek, baru setelahnya Keterangan (SPOK). Betul 'kan?

Permasalahan lain yang sering saya alami yaitu kehabisan ide. Habis kalimat ini, saya menulis apa lagi ya? Terkait ini, saya teringat kata-kata guru saya untuk membuat kerangka tulisan terlebih dahulu. Ya, langkah pertama menulis adalah buatlah kerangka tulisan. Lalu, mulailah menulis.

Persoalannya, saya kerap kebingungan saat membuat kerangka tulisan ini. Mulai dari mana, apa yang mesti ditulis, dan bagaimana merumuskan alinea demi alinea itu hingga utuh menjadi sebuah tulisan?

Sejak saya sering berlatih menulis dan membaca berbagai tulisan teman-teman, saya baru menyadari bahwa ada tahapan yang terlewati. Satu tahapan yang harus dilalui sebelum melompat ke tahap membuat kerangka karangan. Tahapan itu adalah menentukan angle atau sudut pandang yang ingin kita ungkap dalam tulisan.

Baca juga : Menentukan News Angle

Jujur saja, kadang kala saya sering bingung memilih angle tulisan, karena banyak aspek menarik dari sebuah topik atau acara (peristiwa). Sebuah tips yang bisa dicoba dalam memilih angle:
(1) ketersediaan data dan bahan tulisan, 
(2) didasarkan pada pertimbangan aspek yang paling menarik, paling penting, dan paling berdampak bagi masyarakat.

Dari berbagai obrolan dan sharing yang saya peroleh, keputusan memilih angle selalu dikaitkan dengan news value (kelayakan berita), diantaranya aktual atau hangat dibicarakan, menyangkut tokoh (figur), novelty (pertama kali/kebaruan), eksklusif atau prestisius, dan magnitude atau besaran dampak.

Lalu, bagaimana merumuskan angle supaya tajam setajam silet? Gunakan kalimat tanya sebagai alat bantu merumuskan kalimat pertanyaan angle. Ada enam pertanyaan yang bisa digunakan untuk merumuskan angle yaitu 5W+1H (what, who, when, why, where, how). Gali terus dengan menggunakan kata tanya itu. Semakin banyak pertanyaan yang kita lontarkan dan berhasil dijawab, semakin banyak bahan yang kita kumpulkan dan peluang membuat tulisan semakin besar.

Sebagai contoh, berikut tulisan yang dibuat dengan melontarkan berbagai pertanyaan menggunakan 5W1H.

Ditjen Pajak Kunjungi Kanwil BPN Jabar, Ini yang Dibahas

Selamat mencoba. 
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes