BREAKING NEWS

Kemenkeu Bagikan Ratusan Paket Sembako di Karimunjawa

Relawan Kemenkeu secara simbolis menyerahkan paket sembako untuk masyarakat Karimunjawa


Pradirwan - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Komunitas Kemenkeu Traveller dan dukungan Kemenkeu Peduli, membagikan bantuan 500 paket sembako kepada para warga di 4 (empat) desa di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (6/11/2021). Keempat desa tersebut yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Nyamuk, dan Desa Parang.

Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Robi Toni mengatakan kegiatan tersebut dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Oeang Republik Indonesia (HORI) yang ke-75.

"Bertajuk CAKRAWALA (Charity of Kemenkeu Traveller Community with All Happiness), kegiatan ini merupakan manifestasi kepedulian Komunitas Kemenkeu Traveller terhadap masyarakat dan juga sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19," jelas Robi secara virtual mewakili Pimpinan Kementerian Keuangan sekaligus membuka kegiatan CAKRAWALA.

Ia menjelaskan, dipilihnya Karimunjawa sebagai lokasi kegiatan karena Karimunjawa menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan dan terdampak pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 lalu.

"Sesuai dengan arahan Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani, kegiatan yang diselenggarakan harus memberi manfaat, maka kami berharap kegiatan ini dapat sedikit membantu masyarakat khususnya di Karimunjawa," jelasnya.

Selaras dengan tema HORI ke-75 yakni “Pulihkan Ekonomi, Wujudkan Kemenkeu Satu Yang Terpercaya, Menuju Indonesia Unggul dan Tangguh”, 24 (dua puluh empat) relawan pegawai Kemenkeu dari seluruh penjuru tanah air berpartisipasi langsung dalam kegiatan CAKRAWALA di pulau yang dijuluki the Paradise of Java ini. 

Di sela-sela kesibukan bekerja, para relawan tetap bersemangat mempersiapkan dan berkontribusi langsung dalam menyukseskan penyelenggaraan kegiatan, mulai dari penyiapan acara, koordinasi dengan pihak setempat, pengemasan paket sembako, hingga pendistribusian paket sembako ke warga.

"Kolaborasi dan sinergi para relawan ini juga sesuai dengan semangat Kemenkeu Satu," imbuh Robi.

Diselenggarakan secara hybrid, kegiatan CAKRAWALA turut dihadiri langsung oleh para tokoh di Kecamatan Karimunjawa, yakni Kepala Kecamatan Karimunjawa, Moh Eko Udyono,SP., MH; Kapolsek Karimunjawa, Iptu Dasiyo; Komandan Rayon Militer Karimunjawa, Kapten Inf. Mukholik; Kepala Desa Karimunjawa, Arif Rahman, S.E; Kepala Desa Kemujan, Muhammad Ilyas S.Sos; serta para warga Kecamatan Karimunjawa. Sedangkan secara virtual, turut hadir pula para pejabat dan perwakilan dari berbagai unit eselon I di lingkungan Kemenkeu.

Walaupun sempat terkendala hujan, penyelenggaraan dan distribusi bantuan tetap berjalan dengan lancar. Penyelenggaraan secara fisik tentunya dilakukan dengan memperhatikan dan menjalankan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah rantai penyebaran COVID-19.

“Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar, walaupun distribusi sempat sedikit tertunda karena hujan turun tetapi tetap dapat tersalurkan dengan baik. Proses pembagian sembako ini tentunya berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat. Para relawan yang terjun langsung disini sudah dicek kesehatan dan dilakukan swab antigen terlebih dahulu sebelum berangkat.” ucap Bagus, selaku Ketua Komunitas Kemenkeu Traveller sekaligus Koordinator Pelaksana dari kegiatan CAKRAWALA. (NCD/HP).

Jelajah Kebun Batu Purba di Stone Garden Geopark Citatah


Stone Garden Geopark Citatah
Stone Garden Geopark Citatah 

Pradirwan - Stone Garden Geopark Citatah berada di daerah dataran tinggi kawasan Gunung Masigit, Citatah, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Ini kunjungan ketiga kami ke kawasan Karst Citatah, Bandung Barat.

Memiliki ketinggian 908 mdpl, udara dingin menyelimuti kami saat berkunjung di kawasan batuan purba ini.

Stone Garden Geopark Citatah dibuka sejak 2014
Stone Garden Geopark Citatah dibuka sejak 2014

Banyak yang mengira, lokasi ini masuk ke kecamatan Padalarang. Padahal secara administrasi, perbukitan yang dipenuhi bebatuan ini masuk kecamatan Cipatat. Citatah sendiri merupakan nama salah satu desa di kecamatan Cipatat.

Untuk mencapai lokasi ini bisa diakses menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Ada beberapa rute yang bisa diambil seperti dari arah Cimahi atau Kota Bandung.

Jika Anda keluar gerbang tol Padalarang, ambil arah menuju Cianjur. Lokasi objek wisata ini tak jauh dari Situ Ciburuy.

Kawasan ini menjadi destinasi wisata sekitar 7 tahun lalu. Stone Garden Geopark Citatah bisa Anda cari di peramban untuk bisa sampai ke lokasi yang berdekatan dengan Guha (Gua) Pawon ini.

Stone Garden ini terletak di puncak gunung dan tepat berada di atas Guha Pawon yang terdapat fosil manusia purba.

spot menarik di Stone Garden
Memotret dipotret saat mengambil beberapa foto di atas salah satu batu di Stone Garden Geopark Citatah

Memasuki area ini, batu-batu kecil dan besar tersebar di lahan seluas 2 hektar ini. Batuan berwarna putih ini nampak kontras dengan padang rumput yang hijau. Pemandangan hijau nan menyegarkan mata.

Letak batu yang tak beraturan seolah wilayah ini usai dihujani batuan dan menjadi sebuah kebun batu (stone garden).

Selain menikmati keelokannya, berkunjung ke objek wisata ini bisa memberikan gambaran tentang Bandung purba. Konon kata para ahli, tempat ini terbentuk dari sisa bebatuan di dasar danau purba Bandung akibat dari letusan Gunung Sunda jutaan tahun lalu.

Meski pemandangan didominasi bebatuan, namun keindahan wisata ini bisa diadu dengan lokasi lainnya.

Hamparan luas batu-batu yang tersusun secara alami ini menarik untuk ditelusuri satu per satu. Dengan beberapa spot batu yang menjulang tinggi, pengunjung bisa mengambil gambar terbaik berlatar bukit kapur atau gunung yang hijau kebiruan.

Objek wisata yang dibuka sejak 2014 tersebut sering dijadikan lokasi untuk keperluan pre-wedding. Beberapa goweser juga memanfaatkan lokasi ini untuk berfoto.

Untuk masuk di area Stone Garden, penunjung harus mengeluarkan uang sekitar Rp15 ribu. Dengan harga tersebut, Anda bisa puas menikmati keindahan alam salah satu destinasi wisata terbaik di Bandung Barat ini ditambah satu botol kopi instans dingin dari sponsor.

Untuk melihat gambaran lebih detil, silakan simak video berikut ini:

Pengingat Diri Ketika Mutasi

Pelantikan JF Penyuluh, 6 April 2021. Fotografer: Cahyo Dwi
Pelantikan JF Penyuluh, 6 April 2021. Fotografer: Cahyo Dwi


Pradirwan - Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya terpenting dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi inilah yang memberikan tenaga, ide, bakat, kreativitas, dan lain sebagainya sehingga organisasi dapat mencapai tujuan.

Manajemen SDM yang dilakukan secara optimal dapat meningkatkan kinerja pegawai maupun kinerja organisasi.

Salah satu tahapan dalam proses pengelolaan SDM tersebut yaitu mutasi dan promosi.

Di kantor ini, mungkin hanya Pak Haji Mul yang tak pernah dimutasi. 😁 (https://www.instagram.com/p/CJDBVadh8ak/?igshid=9p73yomnux4w)

Selevel Kepala Kantor pun tak luput dari mutasi. Mutasi adalah hal yang biasa terjadi di kalangan pegawai DJP di manapun berada.

Apalagi untuk sebuah institusi sebesar Direktorat Jenderal Pajak, yang memiliki ratusan unit vertikal dan tersebar di seluruh penjuru nusantara, mutasi adalah sebuah keniscayaan.

Mutasi adalah pengingat, bahwa kita sebenarnya masih mampu berbuat lebih banyak dan tumbuh lebih hebat saat semangat kita mulai dibunuh pelan-pelan oleh rasa nyaman.

Ya, hanya dengan rasa nyaman, maka kita terkadang terlena dengan apa yang seharusnya bisa kita lakukan.

Kenyamanan hanya akan membuat semua pekerjaan bagaikan gerak reflek, tanpa perlu lagi berpikir.

Mungkin juga membuat jenuh dan berakibat setiap pekerjaan akan membebani pikiran lebih berat dari yang seharusnya.

Bahwa manusiawi kalau manusia selalu berusaha mencapai zona nyaman.

Bahwa setiap perubahan, tempat baru, kawan baru, atasan baru, pekerjaan baru, seringkali menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Tanpa disadari bahwa perasaan tidak nyaman itulah sebenarnya yang membuat kita terpacu untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan.

Bahwa kita sebenarnya bisa melakukan hal-hal hebat, sehingga ketika kita harus dimutasi, kita bisa berbangga dengan segudang prestasi yang telah kita wariskan kepada penerus kita.

Bapak Ibu tahu kutu? Kutu adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.

Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukkan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan di sana selama satu hingga dua minggu?

Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja! Kemampuan fantastisnya dapat melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.

Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.

Sang kutu mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini.” Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, “Nah benar kan? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!”

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh mindset korek api yang ia ciptakan sendiri.

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Bila potensi yang sesungguhnya ingin muncul, maka harus take action untuk menembus kotak korek api itu. Mari buktikan! Kita bukan kutu dalam korek api.

Pesan guru saya, pandai-pandailah dalam menyikapi setiap persoalan. Yakinlah, bahwa apa yang Tuhan berikan adalah yang selalu kita butuhkan.

Saya memohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih atas segala kebaikan dan dukungan Bapak Ibu kepada saya selama ini. Sampai berjumpa lagi.

Sungguh saya percaya, semua akan (p)indah pada waktunya.


Pradirwan, 12 April 2021

Kepada Wijaya Kusuma Aku Bercerita

bunga wijaya kusuma
wijaya kusuma



Aku terdiam sepanjang malam

Di bawah naungan keraguan

pendar sinar rembulan

Mendung memaksa untuk merundung

Kala semesta sedang berkabung



Aku kehilangan sebuah aksara

Yang ku kemas dalam rima-rima

Untaian makna pun kian lara

Hingga puisi tak lagi bersuara



Kepada Wijaya Kusuma aku bercerita

Tentang mimpi-mimpi anak bangsa

Jiwa-jiwa pengembara akan terus mengembara

Demi karya dan cinta



Tuhan

Engkau tau seberapa kuat langkahku

Kuatkanlah aku di setiap bulir bening air mata itu




Izinkanlah,

ikhlasku terangkum dalam bait-bait doa

menyabdakan tabahku pada sisa harapan yang ada


Kepada Wijaya Kusuma aku pernah bercerita

Tiap tetes air mataku penuh makna

Betapapun perihnya rasa kehilangan di dada

Akan selalu ada asa membara

Karena aku percaya

Tuhanku Maha Sempurna

Tuhanku Pemilik hati dan jiwa




Pradirwan

Bandung, 12 September 2019

Cerita di Balik Penulisan Buku Reformasi Perpajakan

 

Buku Cerita di Balik Reformasi Perpajakan - Pradirwan
Buku Cerita di Balik Reformasi Perpajakan

Pradirwan
- Tergabung menjadi salah satu di antara 18 penulis buku reformasi perpajakan ini adalah pengalaman luar biasa. Banyak hal berharga yang aku terima. Berikut ini rangkuman ceritanya.

November 2020

Sebuah pesan masuk ke gawaiku. Pengirim pesan itu, Pak Riza Almanfaluthi, menawariku untuk menjadi salah satu penulis.


Daftar 18 penulis buku reformasi perpajakan
Daftar 18 penulis buku reformasi perpajakan

Aku memang mengakrabi dunia menulis ini beberapa tahun terakhir. Terlebih posisiku saat itu berada di bidang P2humas Kanwil DJP Jawa Barat I. Pesan-pesan Pak Riza maupun timnya memang sering aku terima untuk penugasan menulis tentang kehumasan, berkoordinasi, atau sekadar saling sapa untuk bersilaturahmi. Namun, tawarannya kali ini jauh lebih menantang.

Ia menanyakan kesediaanku menjadi salah satu penulis buku tentang perjalanan reformasi perpajakan. Ya, sebuah buku. Hal yang belum pernah sama sekali aku lakukan. Ia adalah cita-cita yang telah lama aku idamkan selama ini. Terlebih ini kisah nyata. Sejarah reformasi perpajakan dalam kurun waktu 2016 s.d. 2020.

Berkali-kali aku bersyukur mendapatkan tawaran itu. Mungkin inilah saat yang tepat menulis buku. Membuatnya sebagai penanda perjalanan menulisku.

Tak perlu menunggu lama, aku menyanggupi tawaran itu seraya meyakinkan diri untuk bisa menyelesaikan tugas berat ini. Lantas sebuah pertanyaan besar muncul. Apakah aku sanggup?

Beberapa hari setelah kejadian itu, aku masuk sebuah grup WA. Di dalamnya ada nama-nama anggota grup yang sudah familiar bagiku. Aku sering membaca tulisan-tulisannya di berbagai media. Beberapa di antaranya pernah bertemu langsung dalam lokakarya yang digelar Direktorat P2humas atau sekadar satu grup di forum lainnya.

DJP memang banyak memiliki pegawai multitalenta. Kawan-kawan penulis itu contohnya.

Pengalaman Pak Riza membuat tiga buku menjadi poin tersendiri. Artikel-artikel feature-nya sedikit banyak mempengaruhi gaya menulisku. Aku bahkan sering meminta pendapatnya atas artikel yang aku tulis. Saran dan kritiknya tak jarang membuatku semakin bersemangat membuat tulisan yang lebih baik lagi.

Desember 2020

Awal Desember 2020, 18 penulis DJP dari seluruh Indonesia mendapat pembekalan pada sebuah lokakarya daring. Kak Ani Natalia dalam sambutannya menjelaskan alasan kami dikumpulkan dalam lokakarya ini. 

Ia mengatakan, perubahan terus terjadi sehingga DJP harus dapat beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Namun sayangnya tak banyak literasi yang meng-capture perjalanan reformasi pajak di masa lalu. Oleh karena itu, kami (tim penulis) diminta membuat buku yang menceritakan perjalanan reformasi perpajakan tersebut.

Tantangannya adalah buku ini harus ‘bercerita’. Meminjam kalimat Pak Riza, “tak seperti buku laporan tahunan yang berformat begitu-begitu saja”. Buku ini harus dapat menjelaskan reformasi pajak dengan bahasa yang mudah dimengerti semua pihak. Itulah mengapa gaya penulisan feature dipilih dalam penulisan buku yang terbagi menjadi 9 Bab ini (setelah dilakukan penyuntingan, menjadi 10 Bab). 2 orang penulis masing-masing mengampu 1 Bab.  

Untuk mengakomodasi tujuan itu, DJP menghadirkan dua narasumber dari kalangan jurnalis. Teknik penulisan feature oleh Mas Gadi Kurniawan Makitan (Kumparan) dan teknik wawancara oleh Kak Hermien Y. Kleden (Tempo).

Kami mendapat gambaran bagaimana membuat cerita yang menarik dalam bentuk tulisan. Mas Gadi memotivasi kami untuk memiliki mentalitas bahwa cerita di balik reformasi perpajakan ini penting untuk diketahui masyarakat luas. Sementara Kak Hermien menjelaskan cara menggali informasi dari narasumber melalui teknik wawancara.

Berbekal ilmu dari mereka inilah kami mulai bekerja. Mengumpulkan semua data dan informasi yang dibutuhkan. Termasuk mencari narasumber, pelaku sejarah, dan orang-orang yang mengetahui perjalanan reformasi perpajakan jilid III itu. Saat dibuat daftarnya, ada 47 narasumber yang telah kami wawancara, baik dari pihak internal maupun eksternal DJP.

Januari 2021

Kami mulai mewawancara narasumber. Pak Riza dan tim P2humas mendukung kami dengan memberikan bahan dan sarana yang kami butuhkan. Proses wawancara sendiri lebih banyak dilakukan melalui Zoom ketimbang bertemu langsung. Beberapa kali jadwal wawancara berubah menjadi hal biasa. Kami menyesuaikan dengan jadwal narasumber. Kadang siang, kadang malam. Kadang pula hari libur.


Foto bersama usai mewawancara Dirjen Pajak
Tim Penulis berfoto bersama usai mewawancara Dirjen Pajak


Hasil wawancara itu kami cross check dengan data-data lain yang kami punya. Lalu kami tulis menjadi sebuah cerita. Di sela-sela kesibukan kami masing-masing, satu per satu tulisan yang sudah jadi dikirim ke Pak Riza.


Pak Riza memberi arahan
Pak Riza memberi arahan


Dalam proses penulisan ini, beberapa kali aku menemui kebuntuan. Aku masih belum mendapatkan ‘rasa’ menulis feature yang aku inginkan. Bahan-bahan yang aku butuhkan masih banyak yang belum lengkap. Ditambah kesibukanku di bidang P2humas yang semakin meningkat menjelang batas akhir penyampaian SPT Tahunan dan diklat yang harus aku ikuti.

April 2021

Sehari sebelum berangkat menuju lokakarya di Bogor, aku menerima SK pengangkatan menjadi Penyuluh sekaligus SK mutasi. Tak ayal, ini menjadi tantangan lain yang harus aku selesaikan.


Direktur P2Humas, Pak Neilmaldrin Noor saat membuka acara lokakarya
Direktur P2Humas, Pak Neilmaldrin Noor saat membuka acara lokakarya

Dalam lokakarya ini, Pak Neilmaldrin Noor dan Kak Ani Natalia datang menyemangati kami. "Ini akan menjadi suatu karya yang nantinya menjadi legacy bagi generasi selanjutnya. Sehingga mereka akan mengetahui bahwa di DJP ada proses reformasi perpajakan," kata Pak Neil membuka acara.

Anggap saja lokakarya ini adalah dead line kami menulis. Dalam dua hari, konsep seluruh tulisan dalam Bab VIII yang aku dan mbak Ratih (Dwi Ratih Mutiarasari) ampu harus selesai. Padahal, dalam outline kami masih tersisa beberapa poin pembahasan yang belum rampung.

“Aku butuh deskripsi suasana, tak sekadar cerita normatif,” keluhku kepada Pak Riza dan Mas Rozak. Aku lalu sharing dengan Mas Rozak tentang suasana Kantor Pusat DJP saat pertama pandemi Covid-19 melanda. Darinya aku mendapat gambaran untuk menyelesaikan naskah yang sedang aku tulis.

Hingga pukul 2 dini hari, naskahku akhirnya selesai. Tinggal penyelarasan akhir dengan tulisan Mbak Ratih sehingga menjadi satu Bab yang utuh.


foto bersama tim penulis buku reformasi perpajakan
Foto bersama tim penulis


Keesokan harinya, penyelarasan akhir ini ternyata tak mudah. Beberapa bagian tulisan kami saling bersinggungan. Akhirnya kami bersepakat membuang atau menggabungkan beberapa poin yang sama, lalu menyuntingnya kembali. Hingga batas waktu yang ditentukan, draft final Bab VII pun selesai dan kami serahkan ke pak Riza dan tim editor.

“Dengan lokakarya ini para penulis jadi lebih fokus untuk menyelesaikan tulisan yang tersisa,” kata Mbak Ratih mengomentari penyelenggaraan acara ini.

Juli 2021

Tepat di Hari Pajak 14 Juli 2021, buku berjudul “Reformasi Adalah Keniscayaan, Perubahan Adalah Kebutuhan, Cerita di Balik Reformasi Perpajakan” ini resmi diluncurkan oleh Direktur Jenderal Pajak, Pak Suryo Utomo.


Peluncuran buku "Cerita di Balik Reformasi Perpajakan"
Peluncuran buku "Cerita di Balik Reformasi Perpajakan" 


Peluncuran buku ini menghadirkan penyanyi jazz, mbak Andien sebagai moderator dan Kak Hermien. Mbak Andien memberikan testimoni bahwa membaca buku itu, ia seperti membaca novel. Sedangkan menurut Kak Hermien, kekuatan buku ini pada kekayaan diksi yang bernyawa dan kaya warna. “Saya terharu dan mengucapkan selamat karena tulisan di buku ini menempatkan bahasa Indonesia secara terhormat dan patut,” kata Kak Hermien.

Agustus 2021

Kiriman buku ini telah aku terima. Mengutip tulisan Mas Dhimas Wisnu Mahendra, “Tiada lebih layak terucap selain puji syukur tulus dari kami. Tuhan Maha Baik telah memberi begitu banyak kebaikan serta kesempatan yang berharga.”


Foto bersama Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying Rustana Muhamad Mulud Asroem
Foto bersama Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying Rustana Muhamad Mulud Asroem

Sebagai manusia biasa, kami meyakini buku ini tak akan luput dari kekurangan. Untuk itu kami memohon maaf dan mengharap maklum. Semoga akan banyak manfaat yang diperoleh dengan hadirnya buku ini. Terima kasih. (HP)

***

Infografis peluncuran buku Cerita di Balik Reformasi Perpajakan


Judul Buku:
Reformasi adalah Keniscayaan, Perubahan adalah Kebutuhan: Cerita di Balik Reformasi Perpajakan

Penanggung Jawab:
Suryo Utomo

Pengarah:
Neilmaldrin Noor

Ketua Tim Penyusun Buku:
Ani Natalia

Sekretariat:
Riza Almanfaluthi, Agung Utomo, Arif Miftahur Rozaq, Bagas Satria Pamungkas, Farchan Noor Rachman, Nanang Priyadi, Rindawan Eko Prastyanto, Wiyoso Hadi

Penulis:
Abdul Hofir, Dhimas Wisnu Mahendra, Dwi Ratih Mutiarasari, Edmalia Rohmani, Endang Unandar, Fri Okta Fenni, Gitarani Prastuti, Herry Prapto, I Gusti Agung Yuliari, Indah Fitriana Astuti, Meirna Dianingtyas, Moh Makhfal Nasirudin, Netadea Aprina, Riza Almanfaluthi, Shinta Amalia, Sri Lestari Pujiastuti, Suyani, Tedy Iswahyudi

Penyunting:
Riza Almanfaluthi, Arif Miftahur Rozaq

Penguji-baca Halaman:
Hotma Uli Naibaho, Tri Juniati Andayani, Zeanette Ariestika Nursiwi

Fotografi:
Slamet Rianto, Arief Kuswanadji, Paruhum Aurora Sotarduga Hutauruk, Erwan Muslim Yusuf Raja, Aji Kusumo Ardi, Zuhal Tafta Ichtiari, Gabriela Diandra Larasati, Muhammad Ainul Yaqin

Desain dan Tata Letak:
Muchamad Multhazam, Arif Nur Rokhman, Ilham Fauzi, Putri Indra Permatahati, Muhammad Fadli, Afrizal Ghifari Akbar, Mukhamad Wisnu Nagoro, Reggy Novri Purwandhy, Alif Indra Ramadhan, Jundi Muhammad Himmatul Fuad, Adzhana Ahnaf Pratama, Muhammad Elang S., Achmad Khani Raikhan

Cetakan pertama, Juni 2021

Penerbit
Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI
Jalan Gatot Subroto, Kav. 40-42, Jakarta 12190
Telp (+62) 21-525-0208
ISBN 978-623-97203-1-5

Mendung di Jatiluhur

Semoga langit mendung ini bukan pertanda duka. Karena di bumi ada hati yang patah.

Mendung di Jatiluhur Purwakarta
Mendung di Jatiluhur Purwakarta 


Pradirwan - Tempat ini indah. Mungkin itulah yang muda-mudi itu rasakan saat duduk menghadap tepian Waduk Jatiluhur, Purwakarta.

Mereka betah berlama-lama duduk di tempat itu meski mendung menggelayuti senja. Angin sepoi menyapa kumpulan eceng gondok dan bebatuan besar di salah satu sisi waduk, sebelum akhirnya menyentuh kulitnya.

Sementara di seberang, nampak gunung berjejer mengelilingi waduk terbesar di Indonesia ini. Tempat ini memang nyaman untuk menikmati senja. Menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah mereka. Entah apa yang mereka pikirkan, keduanya hanya terdiam. Duduk melamun. Membiarkan pikiran masing-masing melayang jauh tak menentu.

Pemuda itu akhirnya bersuara.

"Aku akan melanjutkan studiku ke Jepang. Aku harap kamu bisa menerima keputusanku ini," ucapnya lirih.

Cewek di samping pemuda itu menoleh. Ia seakan tak percaya yang diucapkan kekasihnya. Kata-kata yang diucapkan ditengah perdebatan batinnya antara rela dan tidak rela akan kepergiannya ke Jepang.

"Bukan maksudku untuk meninggalkanmu dengan begitu saja. Tapi aku mohon mengertilah dan terima keputusanku ini."

Begitu hati-hati dan pelan pemuda itu mengucapkan kata-kata itu. Tapi tidak begitu bagi ceweknya. Kata-kata itu menyelinap masuk begitu saja ke setiap memori otaknya. Ingin rasanya ia meminta untuk mengulangi perkataan itu sekali lagi. Tapi apa daya. Bayangan perpisahan mencekat perasaannya. Hati memang tak bisa dibohongi. Baginya, rencana itu membuyarkan kebahagiaannya.

"Jangan menyakiti perasaanmu sendiri. Katakan apa yang ingin kamu katakan," imbuhnya sambil menatap wanitanya.

Genangan air matanya mulai tumpah. Ia tak sanggup lagi menahan gejolak perasaannya.

"Menangislah jika kamu ingin menangis. Menangislah jika itu membuatmu tenang. Tapi ingat, kamu hanya boleh menangisi yang memang layak untuk kamu tangisi. Air matamu itu sangat berharga."

"Tolong, antarkan aku pulang!"

Cewek itu berdiri. Tatapannya memandang jauh ke Bendungan yang mulai dibangun 1957 oleh kontraktor asal Prancis Compagnie française d'entreprise itu. Pikirannya melayang jauh. Seolah ia ingin setegar bendungan itu untuk membendung rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.

Kekasihnya akan pergi, meninggalkannya dan kota kecil itu. Juga kenangan. Bayangan rindu yang terpisah ribuan kilo meter mulai menghantuinya. Bukankah rindu yang terpisah jarak itu sungguh menyiksa?

Baginya, yang ia butuhkan saat itu hanya ingin segera pulang dan mengunci diri di dalam kamar. Membenamkan wajahnya yang memerah penuh air mata dengan bantal. Menangis sejadi-jadinya. Karena itu yang bisa membuatnya tenang, setidaknya untuk saat itu.

Sudah dua tahun ini, kedua sejoli ini bersama. Menyusuri setiap sudut kota kecil itu dan merangkai kisah demi kisah.

Pemuda itu pun berdiri dan melangkah ke sepeda motornya. Dingin. Tanpa kata-kata. Tak berapa lama, motor 125 cc itu pun menyala. Keduanya berlalu meninggalkan tempat itu. Mereka tak peduli dengan puluhan pasang mata yang tengah memandanginya. Sebuah keadaan yang membuat mereka menjadi sangat asing.

Gerimis mulai membasahi bumi. Rintiknya menerpa wajah wanita itu. Semakin lama kian deras.

Di sepanjang jalan yang berkelok-kelok itu tak ada percakapan berarti. Semua tenggelam dengan pikirannya masing-masing.

Niatan kekasihnya melanjutkan studi ke Jepang menyisakan kebimbangan. Apakah ia tak rela? Atau mungkin hatinya rela namun masih belum siap? Kenapa ini terasa terlalu mendadak? Sebenarnya apa yang terjadi dengang kekasihnya itu? Berbagai perasaan dan pertanyaan itu berkecamuk dalam benaknya.

Ia percaya jika kekasihnya tidak akan meninggalkan dirinya sepenuhnya. Hati mereka akan tetap dekat walaupun raganya terpisah jauh. Namun ia merasa gamang.

Selayaknya perpisahan, selalu ada yang hilang, tak lengkap, dan membuat hidupnya menjadi tak nyaman nantinya.

Bahwa pada setiap perpisahan, pasti meninggalkan bekas yang tidak akan sembuh dalam waktu dekat. Biar bagaimanapun, tidak ada yang akan baik-baik saja tentang sebuah perpisahan.


Beberapa menit kemudian, Pemuda itu mengajaknya berhenti di sebuah pasar malam yang sedang digelar di taman salah satu balai desa.

"Kamu tunggu disini sebentar ya!“ ucapnya usai memarkirkan kendaraannya. Sejenak wanita itu tersentak dari lamunannya seraya mengangguk pelan. Tangisnya telah lama reda. Pemuda itupun berlalu.

Wanita itu memandangi sekelilingnya. Kerlap-kerlip lampu hias dan aneka jajanan berjejer. Di tengah taman, berbagai wahana bermain anak-anak, dengan disoroti lampu aneka warna untuk menarik pengunjung.

Gelak tawa dari gerombolan remaja putri menggema dalam telinganya. Sesekali, suara rengekan balita yang memaksa ibunya agar diijinkan main di wahana itu terdengar, bercampur dengan alunan musik.

Rengekan itu membuatnya tersenyum. Ia teringat dirinya beberapa saat lalu pun menangis, seperti balita itu. Anak itu memang sama menangisnya sepertinya. Tapi dia menangis pada ibunya. Sudah pasti ibunya akan menuruti keinginan anak itu lalu ia bisa menaiki wahana. Tangis yang nyelengking suaranya itu akan berganti dengan tawa mengembang nantinya.

"Nasibnya mungkin lebih baik dariku," gumamnya.

Tangis anak itu begitu polos. Dia belum merasakan ketika perjalanan hidup dihadang permasalahan. Dihadapkan dalam kenyataan dan pilihan.

Tapi ia adalah gadis yang sudah tumbuh berkembang. Sebentar lagi umurnya beranjak 18 tahun. Masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Tapi apa ia sanggup? Apakah ia siap?

Bulir bening kembali menetes di kedua pipinya. Ia mengingat masa-masa saat berkenalan dengan pemuda itu. Ia menyadari, ada banyak pelajaran hidup yang ia peroleh sejak berkenalan dengan pemuda itu. Caranya membahagiakan keluarganya, mengelola waktu, termasuk caranya meraih mimpi-mimpinya.

“Hai, kok melamun?"

“Aku masih belum ikhlas kamu harus pergi secepat ini?”

“Aku sudah pernah bercerita kalau aku akan menempuh pendidikan di luar negeri. Aku ingin kuliah dan bekerja di sana. Kamu paham kan, kalau biaya hidup di sana tidak murah?”

“Ya, tapi aku tidak pernah berpikir secepat ini. Dua tahun lalu sejak kamu hadir, hidupku menjadi utuh. Kamu selalu ada untukku. Kalau kamu pergi, apakah aku sanggup?”

“Kamu pasti sanggup. Anggap saja ini ujian hidup yang harus kita lalui. Ingat ya, bukan jarak yang menjadi masalah untuk bisa bersama. Tetapi rasa ego yang tak dapat dikendalikan.”


Pada akhirnya, wanita itupun menyerah. Ia menyadari, perpisahan sementara ini adalah awal kisah baru yang akan lebih indah dari sebelumnya. Semoga. (*)


Pradirwan,
Bandung, 17 Januari 2020

*cerita ini fiksi belaka, semoga terhibur.

Cerpen lainnya:
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes