BREAKING NEWS
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts

Alumni STAN, Rumah Zakat, dan Umat Berdaya

TB. Sofiuddin saat memberi sambutan. 

Pradirwan - PUKUL setengah sembilan malam. Selasa, 28 Mei lalu. Sebuah pesan WA masuk berisi meminta kesediaanku mendokumentasikan kegiatan. Di dalamnya terlampir sebuah undangan berlogo dua lembaga: Rumah Zakat dan DJP.

Sesaat aku terkesiap. Bagaimana mungkin aku menolak undangan silaturahmi seperti ini jika memang ada keleluasaan waktu. Ditambah, tugasku mendokumentasikan bukanlah hal baru. Aku segera menyanggupi.

Paparan terkait zakat dan pajak

Chandra, rekanku di kantor yang mengirim undangan sederhana itu meyakinkanku, bahwa acara itu akan menjadi ajang silaturahmi yang mengesankan.

Benar saja, Rabu sore, di Kantor  Rumah Zakat, Jl. Turangga No. 33 Bandung, dua orang yang sudah familiar bagiku telah menunggu di lobi kantor yang bercat orange itu.

Keduanya, TB. Sofiuddin dan Budi Avianto, sedang duduk bercengkerama. Mereka menyebut kegiatan ini reuni alumni STAN Jurangmangu yang sedang atau pernah mengabdi di Jabar I.

"Selama ini kita reuni di hotel atau restoran, Ramadan kali ini kita berkumpul di rumah zakat, sekalian memberi donasi bagi anak-anak yatim," ungkap lelaki yang akrab dipanggil Ofi itu sambil mengisi amplop putih dengan beberapa lembar uang donasi. Aku terkesan.

Tak hanya itu, acara yang berlangsung di lantai tiga ini pun membahas pajak dan zakat dalam memberdayakan umat.

Umat berdaya adalah umat yang mampu memanfaatkan semua potensi kekuatan yang ada di dalam dirinya dan di sekitarnya. Kekuatan itu dimanfaatkan untuk membuat mereka tidak bergantung kepada umat lainnya.

Meski singkat, sekitar dua jam, acara yang bertajuk "Obrolan Ramadan 1440 H-Pajak dan Zakat Memberdayakan Umat" ini membuka perspektifku tentang Zakat dan Pajak.

Tema ini mungkin bukan hal baru. Dalam berbagai diskusi sering dikemukakan, zakat dapat menjadi salah satu solusi pemberdayaan umat. Pun demikian halnya dengan pajak.

Kita tahu, pajak ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai  dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasikan sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai negara.

Sedangkan zakat ialah hak tertentu yang diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap kaum Muslimin yang diperuntukkan bagi mereka, yang dalam Quran disebut kalangan fakir miskin dan mustahik lainnya, sebagai tanda syukur atas nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya.
Pemberian santunan

Pemilihan lokasi Rumah Zakat ini pun dirasa tepat, terlebih dilaksanakan pada Ramadan. Momentum kebaikan bulan Ramadan merupakan media pendidikan bagi umat Islam untuk berlatih empati dan berbagi.

Maka sesungguhnya zakat dan pajak bisa bersinergi. Ini tercermin dalam laporan pajak (SPT Tahunan PPh), bahwa zakat dapat menjadi pengurang penghasilan netto.

Mekanisme zakat sebagai pengurang pajak dimulai dengan cara mencantumkan jumlah zakat yang dibayarkan pada kolom di bawah penghasilan netto. Tentunya, dengan melampirkan bukti penyetoran zakat pada lembaga resmi, seperti Rumah Zakat ini.

[*Update 02/06/2021]: Daftar lembaga resmi lainnya bisa dilihat di Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2021 

Meskipun regulasi ini sudah diberlakukan sejak tahun 2001 silam, masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan fasilitas pengurangan jumlah pajak tersebut.

Maka, peran penyuluhan perpajakan menjadi sangat penting, agar semakin banyak masyarakat yang tak hanya patuh membayar salah satu hal saja, zakat atau pajak saja, tapi keduanya.

Usai obrolan Ramadan itu, kami berbuka puasa dan sholat maghrib bersama. Acara ditutup dengan pembagian santunan dan foto bersama. (HP)

Baca juga: 

Perpisahan

Momentum perpisahan

Pradirwan - Perpisahan. Satu kata yang tak selalu disuka, pun tak selalu dibenci. Layaknya koin yang selalu memiliki dua sisi yang berbeda. Maka, lihatlah selalu dari sudut pandang yang terbaik. Yakinlah selalu ada hikmah disetiap kejadian.

Hakikat kehidupan adalah bukan pada apa yang sudah didapatkan, melainkan apa yang sudah kita berikan terhadap sesama. Sekecil apapun kebaikan yang sudah kita tanam jika kita lakukan dengan tulus dan ikhlas pasti akan menuai kebahagiaan dan karunia dari Tuhan. Aku sadari betul, bahwa apa yang aku berikan pada #KPP_Cibeunying tak sebanding dengan apa yang aku terima hingga hari ini. Oleh karenanya aku minta maaf atas segala kekuranganku ini.

Sukа сitа dаlаm kеrjа tim @kpp_cibeunying yang ѕеlаlu kita lаkukаn mеmbuаtku bаnуаk bеlаjаr. Aku bаhаgiа biѕа mengenal teman-teman semua. Terima kasih atas segalanya. Namun, apapun yang bertemu pasti akan berpisah. Dimana ada awal pasti akan ada akhir.

Sudah menjadi suratan takdir, banyak orang yang datang dan pergi silih berganti. Dalam perpisahan ada yang hanya melintas begitu saja, ada pula yang membekas di hati. Dan aku hanya bisa berharap, ada namaku yang membekas dihati teman-teman.

Percayalah, aku реrgi bukаn bеrаrti aku tаk ѕеnаng disini. Aku hanya sejenak berpetualang di tempat yang baru. Mencoba mencari kebahagiaan versi lainnya. Karena dimana pun kita, jika bersyukur, Tuhan akan cukupkan kebahagiaan kita. Mohon maafkan kesalahanku, agar ringan langkahku mengejar cita-cita.

Aku berharap kelak kita bеrkumрul dalam satu kesatuan kerja lаgi, Amin….

Bandung, 090217

📷: Unknown
dikutip dari status FB saya. 

Adu Mulut Berujung Maut

Sepasang suami istri ditemukan berlumuran darah di dalam rumahnya, di blok Karangjambe Lor, Desa Pekantingan Kec. Klangenan Kab. Cirebon, Rabu (09/01/2019) 

Pradirwan - Dugaan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali terjadi. Kali ini menimbulkan korban jiwa seorang ibu rumah tangga di Kab. Cirebon, Rabu (09/01/2019).

Sania (44) warga blok Karangjambe Lor RT/RW 012/06 Desa Pekantingan Kec. Klangenan Kab. Cirebon ditemukan terbujur berdampingan dengan suaminya, Arkati (48). Keduanya berlumuran darah di dalam rumahnya. Saat ditemukan, Sania telah meninggal dunia, sedangkan nyawa Arkati masih tertolong.

Dugaan sementara dari informasi yang dihimpun, Sania dibunuh suaminya sendiri, Arkati.

Berawal adu mulut antara Sania dan Arkati, pertengkaran berlanjut saling serang. Diduga, sang suami memukul kepala istrinya dengan menggunakan batu bata. Melihat istrinya jatuh tidak sadarkan diri, Arkati lantas menyayat muka korban dengan menggunakan silet.

Setelah melihat korban meninggal, pelaku mencoba bunuh diri dengan cara menyayat kedua urat nadi tangan kiri dan kanannya dengan menggunakan silet tersebut. Pelaku tergeletak di samping korban dalam keadaan luka sayat di kedua tanganya.

Saat ini, pelaku dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan di RS. Mitra Plumbon.

KDRT yang berujung pembunuhan ini diketahui terjadi sekitar pukul 18.30 WIB. Pelaku mengunci semua pintu sebelum kejadian mengerikan itu terjadi. Salah seorang anak mereka yang berada dalam rumah tersebut berhasil keluar dan memberitahu warga.

Kasus pembunuhan yang mengenaskan itu pun membuat gempar warga sekitar. Ratusan warga langsung berbondong-bondong penasaran melihat langsung di lokasi kejadian. Bahkan foto keduanya yang tergeletak berlumuran darah segar sudah tersebar viral di media sosial.

Dengan adanya kejadian tersebut, jajaran Polsek Klangenan dan Polres Cirebon langsung ke TKP memasang garis polisi di sekitar rumah korban. Hingga berita ini diturunkan, polisi masih menyelidiki motif pembunuhan. Kuat dugaan, penyebab pertengkaran bermotif cemburu. (*)

Berita terkait : 

Menikah, Rumah, dan Negara

Meninjau proyek rumah sepupu, Cirebon  (25/12/2018).

"Mbangun rong tiang iku kangelan, mirip luru jodoh. Ana duite, durung tentu ana sing ngedol karange, ana sing ngedole, durung tentu cocok. Kudu pas kabehanane." (Membangun rumah itu sesulit mencari jodoh. Ada uangnya, belum tentu ada yang menjual tanahnya. Ada yang menjual (tanahnya) belum tentu sesuai keinginan. Harus pas semuanya.)


Pradirwan ~ Bagi yang belum menikah, pertanyaan "kapan menikah?" menjadi pertanyaan paling membosankan. Kita tahu, perkara menikah itu bukanlah hal yang mudah. Butuh persiapan yang matang. Tak hanya soal menyatukan dua insan dan keluarga yang berbeda, banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan setelah menjadi keluarga, misalnya terkait kebutuhan pokok.

Rumah (papan) menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi selain pakaian (sandang) dan makanan (pangan). Sebagian orang berpikir pernikahan itu tidak apa-apa dimulai dari nol. Jadi, menikah dengan persiapan alakadarnya yang penting nikah dulu, lainnya gampang. Tidak memikirkan bagaimana kehidupan setelah hari H pernikahan itu. Rumah kontrak dulu tak apalah, asal bisa satu atap bersama, yang penting sandang dan pangan masih tercukupi.

Saya masuk dalam golongan yang berfikir simpel seperti ini. Membangun rumah tangga dengan modal nekat. Akhirnya, setelah menikah tidak bisa membangun rumah dan lebih memilih mengontrak rumah. Tapi, rumah sudah menjadi prioritas utama untuk kami miliki setelah menikah.

Beruntung, pasangan yang saya nikahi mau berjuang bersama membangun rumah. Konon, hanya sedikit orang yang bisa merasakan kebahagian dan kebanggaan membangun rumah baru dan rumah tangga hasil keringatnya sendiri. Alhamdulillah, saya merasakannya.

Pepatah mengatakan “Rumahku Surgaku”. Sekecil apapun rumah yang kita miliki adalah tempat yang paling nyaman untuk kita tinggali, karena dari sinilah "surga" itu bermula. Untuk membuat "surga" itu hadir tidaklah mudah. Banyak sekali godaannya.

Membangun rumah itu menguras segalanya. Tak hanya materi, energi dan perhatian kita turut terkuras. Akibatnya seringkali membuat kepala kita menjadi pening, perasaan menjadi sangat sensitif alias gampang banget tersinggung.

Seberapa pun duit yang dialokasikan, kok rasanya tidak pernah cukup. Ini juga karena banyak hal "tetek bengek" yang terkadang lupa kita kalkulasikan. Jangan sampai karena hal-hal sepele dapat memicu pertengkaran saat membangun rumah. Akibatnya, kalau tidak sama-sama berpapang dada, dapat membuat semua bubar,  rumah terbengkalai (tidak jadi-jadi), hubungan keluarga pun hancur berantakan.

Nah, maka dari itulah, selain harus pandai memenej mental, kita juga harus cermat menghitung kebutuhan dananya. Cara mengkalkulasikan (hitungan kasar) yang biasa saya lakukan adalah dengan mulai menghitung kebutuhan material bahan bangunan, biaya tukang (pengerjaan), disesuaikan dengan harga sekarang dan proyeksi kenaikan harga (misalnya 20-30%). Proyeksi ini perlu juga untuk antisipasi kalau ternyata kita kekurangan bahan dan atau memang ada kondisi tertentu yang membuat harga material menjadi naik.

Angka itu masih ditambah biaya tak terduga lainnya, biasanya sekitar 20%. Jadi misalnya kita hitung harga bahan bangunan dan upah tukang 100jt, maka minimal biar "aman" kita menyediakan dana sekitar 140-150 jt.

Kenapa ada biaya tak terduga? Dana ini biasanya untuk mengantisipasi kebiasaan yang sudah berjalan di kampung saya, seperti slametan buka teki, munjuk suwunan (munggah molo), menjaga keamanan proyek, dan lain-lain.

Agaknya, wejangan ini cocok juga untuk yang bersiap membangun rumah.

"Le, kowe nek mbangun omah kudu jembar dodo mu, kudu dowo nalarmu, soale mbangun omah iku cubone gede, nek kowe sembrono, ora jembar dodomu, ora dowo nalarmu, biso biso malah bubrah kabeh, soale kanggo wong saiki, mbangun omah iku podo dene mbangun negoro." 

(Nak, kamu kalo membuat rumah harus lapang dadamu, harus panjang nalar/fikiranmu, karena membangun rumah itu cobaannya besar, kalo kamu sembrono/ceroboh, enggak lapang dadamu, enggak panjang nalar/pikiranmu, bisa bisa malah buyar semua, soalnya untuk orang jaman sekarang, membangun rumah itu sama saja dengan membangun negara.) 

Semoga bermanfaat.

Artikel ini ditayangkan oleh AyoBandung.com

Catatan Kecil Diklat Perpajakan Menengah

Pusdiklat Pajak, Kemanggisan - Slipi 

Pradirwan ~ Kata "pajak" saat ini sedang naik daun. Setidaknya dalam dua bulan terakhir, dalam linimasa maupun obrolan aplikasi daring, kata pajak sering sekali disebut. Bahkan seringkali viral hingga diangkat menjadi berita di media nasional. Ini sih pendapat saya pribadi. Anda boleh setuju boleh juga tidak.

Oleh-oleh Jakarta

Bertemu kembali dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, (13/9)

Pradirwan ~ Bertemu kembali dengan Bu Sri Mulyani Indrawati setelah pertemuan terakhir saat beliau memberikan kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB) beberapa waktu lalu.

Mudik


Pradirwan ~ Musim pulang kampung nasional itu, mudik, telah lewat. Ia membuktikan kemajuan teknologi informasi nyatanya tak mampu menggantikan segala hal. Kita tetap melihat para perantau berbondong-bondong pulang ke kampung halaman, hanya untuk berkumpul dengan keluarga besar saat Idul Fitri tiba. Mereka telah bersiap jauh-jauh hari sebelumnya, berdesak-desakan agar tak kehabisan tiket, atau bermacet-macet sepanjang jalur pantura.

Di jalan-jalan lintas yang biasanya lowong, kemacetan tiba-tiba merangsek dari segala penjuru. Tidak hanya karena jumlah pengendara, kemacetan justru lebih sering karena segelintir oknum tak mau mematuhi aturan lalu lintas. Berhenti seenaknya, menyerobot jalur, dan banyak lagi. Merekalah yang bertanggung jawab atas banyak kecelakaan yang terjadi.

Baca juga: Kita Di Sini, Mei

Kalau dipikir-pikir, hidup di dunia ini tak ubahnya berkendara di jalan raya. Namanya berkendara, tentu ada kendaraan, jalan, dan tujuan. Tubuh kita menjadi kendaraan bagi jiwa, seisi dunia sebagai jalanan panjang, sementara tujuannya adalah apa pun yang kita bayangkan sebagai keberhasilan.

Layaknya berkendara, akan ada petugas yang membantu mengatur lalu lintas. Saat mudik, kita akan melihat banyak petugas kepolisian dan dinas perhubungan yang sedang piket. Selain mengatur lalu lintas, mereka juga berpatroli, menertibkan, kadang-kadang juga memberi sanksi bagi para pelanggar. Merekalah aparat hukum di jalan raya. Sementara untuk hukum semesta, ketentuan Tuhan, ada malaikat dan makhluk lain yang ditugasi menjadi aparatusnya.

Sepanjang jalan, mesti ada rambu-rambu yang harus ditaati bersama. Jika semua pengendara mematuhi rambu-rambu, tentu kita sampai ke tujuan dengan selamat. Rambu-rambu itu juga menjadi penanda, sebuah isyarat, bentuk kasih sayang Tuhan kepada kita. Rasa sayang yang begitu besar untuk memastikan kita selamat dan menjadi pemenang dalam kehidupan masing-masing.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” QS. Ali Imron : 190

Pun meski waktu perjalanan dan tujuannya sama, tetap akan ada perbedaan yang spesifik dalam meraih tujuan. Pengendara yang sama-sama menuju Cirebon, ada yang memilih mobil, motor, atau kereta api. Begitu juga waktu tempuh, kadar kelelahan, dan banyak lainnya. Lantas kenapa harus takut podium kemenangan akan direbut orang lain? Kenapa harus takut tidak kebagian tempat setelah sampai di Cirebon?

Mestinya kita tak perlu kebut-kebutan, berusaha menyalip, apalagi sampai menjatuhkan pengendara lain. Semua pasti akan sampai ke tujuan masing-masing. Sangat tidak mungkin Tuhan menciptakan manusia hanya untuk ngebek-ngebeki jagad, layaknya pengisi daftar penerima subsidi atau kartu miskin. Pasti ada tujuan yang lebih besar untuk penciptaan kita, bahwa setiap manusia diciptakan untuk berhasil dan menjadi hebat, menjadi pemimpin dan pemenang. Sekalipun diri sendiri sebagai skala minimal, setiap manusia pasti punya manfaat bagi orang lain.

Kalau semua diciptakan jadi pemenang, tak perlu dong kita semua bersaing? Tidak juga. Persaingan tetap perlu, setidaknya untuk mengenal versi terbaik dari diri kita. Yang tak boleh adalah bersaing untuk mendapatkan sesuatu yang bukan hak kita. Tak perlulah menyerobot jalan orang lain. Kita semua punya jalan masing-masing dan rejeki tidak akan tertukar.

Jadi, kapan kita mudik?

Bandung, 21/6/17

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh birokreasi http://birokreasi.com/2017/07/mudik/

Mak Iyah

Pradirwan ~ Siapa yang tak kan merasa iba melihat derita Mak Iyah?
Mak Iyah, saat menerima bantuan berupa kursi roda dan bahan makanan (16/6).

Catatanku tentang Wefie

Wefie 

Pradirwan ~ Melakukan berbagai kegiatan bersama teman memang bisa menjadi kegiatan asyik saat senggang. Keseruan momen kumpul bareng ini rasanya belum lengkap tanpa melakukan wefie

Terlebih jika momen kumpul bareng tersebut sangat langka, seperti salah satu momen di #photo yang saya unggah ini. Bisa satu frame bareng Walikota Bandung pak @ridwankamil, Kakanwil DJP Jawa Barat I, Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying, dan Ketua API.

Wefie atau we-selfie saya artikan sebagai kegiatan memotret sendiri memanfaatkan kamera telpon pintar atau kamera lainnya yang kemudian diunggah ke sosial media atau aplikasi obrolan daring.

Berbagai alasan kenapa orang senang melakukan wefie. Alasan utamanya karena bosan share terus-terusan foto selfie. 

Sudah jelas bukan yg dimaksud foto selfie? Yupz, memotret diri sendiri. (baca selengkapnya: Apa sih Definisi Foto Selfie Itu?)

Kebayang kan foto selfie itu sendirian terus. 

Ga mau kan kalo ada yang nyangka kamu ga punya temen? 

Atau gara-gara sering selfie jadi muncul pertanyaan aneh,  pasangan kamu mana? 

Atau yang lebih parah, kamu sedang ikutan uji nyali ya? Kok sendirian terus? Nah loh.

Nah, untuk menghindari itu baiknya sering-sering bikin foto wefie. Kenapa? 

Memories never dies, right?
Sependek pengetahuan saya, sebuah foto selalu menyimpan kenangan. 
“Hal terbaik mengenai sebuah gambar adalah gambar itu tidak pernah berubah, bahkan ketika orang-orang yang ada di dalamnya sudah berubah." - Andy Warhol 
Dari sebuah foto ia akan mampu bercerita. Malah ada yang bilang sebuah foto bisa bercerita lebih dari 1000 kata. (baca juga: Bercerita Lewat Fotografi, Bisakah? )

Sebuah foto memiliki kemampuan untuk menunjukkan emosi, gairah, narasi, gagasan serta pesan. Ia merekam semua cerita itu. (Baca juga artikel ini: Fotografi Dokumentasi )

Selain itu, bikin foto wefie itu bisa ngajak orang supaya gampang ngumpul. 

Ya, waktu kita keluarkan jurus wefie kita, pernah ga ngalamin tiba-tiba​ yang tadinya ga masuk frame mendadak merapat? Pernah kan? 😂😂😂

Wefie itu juga bisa mendatangkan pahala. 

Kebayang kan yg tadinya masing-masing sibuk lihat hapenya, terus ada ajakan wefie. Masing-masing jadi pasang muka senyum kan? Nah, senyum kan ibadah juga toh?

Wefie juga bikin kita mikir. 

Mikir gimana supaya orang yang banyak ini semuanya bisa masuk dalam satu foto. Ga asik kan kalo ada temen kita yang kepotong fotonya.

Dan alasan terakhir, biar ga kece...pian😂. 

Semakin banyak orang dalam foto kita semakin ngerasa kalau diri kita punya temen, ga spt uji nyali.😎😎

Bandung, 13/06/2017

Kenapa aku berbeda?

Behind The Scene "Patuh Pajak Ala Pak Miko"

Pradirwan - Pernahkah pertanyaan itu melintas di benak kita? Kenapa aku berbeda? Kenapa harus berbeda?

Siapa?

Kasubdit P2humas Ditjen Pajak, Ani Natalia saat memberikan​ paparan kepada peserta Workshop Jurnalistik dan Media Sosial di Kanwil DJP Jawa Barat I, Senin (15/5). 


Pradirwan ~ Tiba-tiba ingatanku kembali ke Tahun 2015. Kala itu, sebuah surat penugasan dari Kantor Pusat Ditjen Pajak, menyebutkan nama temanku sebagai salah satu yang dipercaya menerima amanah itu. Namun, ia berhalangan sehingga tugas itu aku yang menggantikannya. Penugasan ke Kanwil DJP Jateng I, Semarang. Inilah saat pertama kali aku bertemu dengan Kasubdit P2humas, Ani Natalia.

Kak Ani, demikian panggilan akrabnya, seorang yang menginspirasi. Ia menjauhkan panggilan formal "Ibu" dan menggantinya dengan panggilan kakak, hanya untuk menghilangkan kesan "berjarak" antara pimpinan dan yang dipimpinnya. Ia ingin hubungan personal lebih dekat layaknya adik dan kakak. Ya, ia berhasil, kak Ani adalah kakak dari semua #taxmin saat ini.

Beberapa kali berjumpa membuatku sedikit mengetahui kisahnya. Jalannya memilih menjadi #humas bukan tanpa sebab. Rasa cinta terhadap institusi dimana ia mengabdi saat ini, ditambah tantangan untuk mengedukasi masyarakat agar sadar dan peduli pajak, membuatnya kian bersemangat.

Bagi kak @aniwinner (nama akun Instagramnya), itulah caranya berbakti pada negara dan masyarakat, yakni dengan memberi pemahaman yang lebih utuh kepada masyarakat Indonesia mengenai pajak, berikut peran dan fungsinya bagi pembangunan.

Keputusannya untuk menggeluti profesi kehumasan ternyata membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, kehumasan DJP semakin diperhitungkan. Beberapa penghargaan baik secara institusi maupun individu telah diterimanya, salah satunya yaitu e-Magazine DJP meraih penghargaan sebagai Silver Winner Public Relations Indonesia Awards (PRIA) 2017 Kategori Majalah Digital Internal Subkategori Lembaga dari Majalah PR Indonesia pada acara yang digelar di Kuta, Bali, Jumat (24/3). Penghargaan ini diraih atas penerbitan majalah internal DJP, e-Magazine DJP edisi Desember 2016.

Selain itu, kak Ani juga meraih prestasi individu. Ia menjadi salah satu dari 17 peserta batch 8 yang lulus sertifikasi pembicara publik dan berhak menyandang titel Certified Public Speaker (CPS). Tak sekedar lulus, ia menjadi lulusan dengan predikat SEROJA, terbaik di angkatan 8.

Meski sudah banyak prestasi yang diraih, aku mengenalnya sebagai pribadi yang rendah hati. Ia kerap memilih menghindari segala sesuatu yang dapat membuatnya tidak bahagia. Jika pun dalam kondisi tersebut, ia akan berusaha merubahnya untuk lebih baik. "Dalam kondisi apapun, positivity is our choice," ujarnya mantap.

#aniways #quotes
Bandung, 15 Mei 2017

Mayar Pajeg Nagara Ajeg


Mayar Pajeg Nagara Ajeg

Pradirwan - Dalam konstitusi negara kita, tujuan perekonomian Indonesia yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karenanya, perlu ada upaya dalam mengentaskan kemiskinan, mengurangi jurang antara yang miskin dan yang kaya, serta meningkatkan produktivitas dan daya saing negara. Salah satu upaya tersebut dapat diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan mewujudkan APBN yang baik akan memudahkan kita mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur tersebut.

Belajar dari Bola Tenis

Belajar dari Bola Tenis 

Pradirwan
~ Saya pribadi tak begitu menyukai tenis, baik tenis lapangan maupun tenis meja (pingpong). Meski begitu, saya sering memperhatikan permainan ini.

Apa sih Definisi Foto Selfie Itu?

Selfie atau wefie
foto selfie 

Pradirwan ~ "Selfie". Kata ini menemukannya ketenarannya sejak beberapa tahun terakhir. Saat era media sosial mulai mempengaruhi gaya hidup manusia hingga saat ini.

Selfie seolah menjadi identitas masyarakat masa kini (kekinian), dari yang masih belia hingga yang lanjut usia sekalipun, mereka sudah terbiasa melakukan selfie.

Selfie merupakan efek samping utama dari perkembangan teknologi supercanggih hingga masyarakat modern. 

Individu maupun berkelompok, mempunyai daya tarik alamiah untuk menampilkan sisi narsis dirinya dengan menjadi model sekaligus fotografer, menunjukkan bahwa ia eksis melalui kegiatan mengabadikan setiap momen dengan berfoto dan membaginya di media sosial.

Maka, tak heran jika kata "selfie" dinobatkan oleh Ox­ford Dictionaries sebagai Word of The Year pada 2013. (BBC, 20 No­vember 2013), saking banyaknya peng­gunaan kata tersebut.

Meski sudah sangat populer, namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum tahu apa sih definisi (pengertian) foto selfie itu? 

Selfie, atau dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut "swafoto" merupakan proses memfoto diri sendiri (self portrait) menggunakan kamera digital (jenis dan dalam bentuk apapun) tanpa bantuan orang lain. 

Jenis foto ini juga disebut foto narsisis, karena menunjukkan narsisisme pelakunya, terutama dalam jejaring sosial.

Selfie, secara etimologi berasal dari kata self. Kita tahu self be­r­arti diri sendiri. Jadi, selfie, sudah pas­ti berarti kegiatan yang berhubungan dengan dan dilakukan oleh diri sendiri.

Kamus daring Oxford memasukkan kata selfie seba­gai bagian dari kosakata ba­hasa Inggris pada Agustus 2013. 

Menurut kamus ter­sebut, "selfie is a pho­tograph that one has taken of oneself, typically one taken with a smartphone or webcam and uploaded to a social me­dia website.” 

Jika diterjemahkan kira-kira seperti ini, "Swafoto merupakan aktifitas memotret diri sendiri, umumnya menggunakan kamera ponsel dan diunggah ke jejaring sosial."

Belakangan, sebagian orang menambah istilah aktivitas memfoto diri sendiri ini bergantung pada jumlah model dalam satu frame (meski istilah tersebut belum ada di kamus).  Dua istilah baru tersebut adalah wefie dan groupfie.

Baca juga "Catatanku tentang Wefie"

Wefie banyak digunakan oleh pengguna media sosial untuk menga­takan kegiatan memotret diri sendiri beserta orang lain. lalu mengunggahnya ke media sosial. 

Selain wefie, ada lagi kata groupfie (ada yang menyebut groufie), sing­katan dari group selfie, yang kurang lebih berarti sekelompok orang yang mengam­bil foto selfie.

Lantas, siapakah yang orang pertama melakukan foto selfie?

Menurut catatan sejarah, foto selfie sudah ada sejak 1839, yaitu era di mana fotografi pertama kali ditemukan. 

Adalah seorang kimiawan sekaligus perintis fotografi asal Amerika Serikat, Robert Cornelius, yang menghasilkan gambar dirinya pada 1839, dianggap sebagai orang yang pertama kali melakukan selfie.

Sekira Oktober 1839 pada usia 30 tahun, Cornelius melakukan foto selfie di dalam toko pengrajin perak milik keluarganya di kota Philadelphia AS.

Hasil foto yang dihasilkan adalah potret di tengah gambar (off-center) dengan tangan disilangkan, gaya potongan rambut miring dan kusut.

Kemudian setelah Cornelius mencetak foto selfie pertamanya itu, ia menuliskan kutipan ‘the first light picture ever taken: 1839’ yang artinya ‘gambar cahaya pertama yang pernah diambil’.

Sejak saat itu, dia menjadi sosok yang terkenal atas karya Daguerrotype, sebuah metode atau proses untuk membuat foto yang pertama kali dipublikasikan di dunia.

Februari 1900, Kodak memasarkan seri kamera pertamanya, kodak brownie

Dengan adanya kamera tersebut membuat fotografi menjadi mudah. Kehadiran kamera tersebut membuat banyak orang ikut menggambil gambar dirinya sendiri. Namun, kamera ini terlalu berat, sehingga banyak orang lebih suka mengambil foto dari depan cermin.

Era 60-an ukuran kamera semakin kecil dengan harga semakin terjangkau. Namun saat itu sebuah foto masih didasari pada momen-momen penting. Seperti yang dibuat astronot Edwin B. Aldrin saat menjelajahi pesawat Apollo di luar angkasa.

Pada tahun 2000-an perkembangan ponsel pintar sangat pesat yang membuat banyak ponsel dengan kualitas kamera bagus berkeliaran. 

Orang-orang semakin gemar untuk mengabadikan momen dengan foto selfie. Ditambah maraknya media sosial saat ini, membuat foto selfie semakin cepat untuk di sebarluaskan.

Anda gemar foto selfie? Harus tau definisi selfie dan sejarahnya juga ya. 

Semoga bermanfaat.

Dirangkum dari berbagai sumber

EVA NITAMI (Economic Value Added atau Nilai Tambah Ekonomi)

EVA NITAMI. Seorang fotografer dan penyanyi dalam sebuah even memperingati hari jadi surat kabar ternama di Bandung. Bisa jadi, profesi yang mereka geluti saat aku ambil gambar ini, hanyalah nilai tambah mereka saja.


Pradirwan - Jalan tol Pasteur Sabtu siang itu tak bersahabat denganku. Selepas melewati pintu keluar tol Baros, nampak dari kejauhan mobil-mobil di depanku mulai melambat.

Alasan Terbaik

Kepala KPP Pratama Bandung Cibeunying, Andi Setiawan, saat memberikan paparan (28/01/2018).

"Urip iku mung sawang sinawang (hidup itu hanya tentang melihat dan dilihat)"-Pepatah Jawa.

Pradirwan - "Urip iku mung sawang sinawang," kataku mencoba menyanggah pendapat temanku. Ia menjelaskan padaku tentang 'keberuntungan' yang sering menghampiri kehidupan rekan kerjanya di kantor. 

"Kamu menganggap dirinya lebih bahagia dibanding dirimu, bisa jadi yang kamu anggap bahagia itu malah menganggap kamu lebih bahagia darinya," ujarku meyakinkan.

Sesungguhnya, keluh kesah yang dipaparkan temanku itu sangat wajar. Apalagi ia sudah bekerja dengan baik, tentu rasanya ingin mempunyai sandang, pangan, papan, dan pulsa yang layak pula dengan status “milik dan dibiayai sendiri”. Tapi apalah daya, terkadang kenyataan tak seindah impian. Ia melihat teman-teman lainnya yang bisa mengelola uangnya sebagai harta dan investasi, bukan untuk membayar kewajiban dan tanggung jawab, tentulah hal itu menimbulkan rasa iri dalam hati.

Sebagai makhluk yang tidak terlalu suci, aku pun menganggap rasa iri itu adalah hal yang sangat wajar. Yang perlu kita lakukan adalah mengelola rasa iri tersebut menjadi energi yang positif : #motivasi diri.

Bukankah tidak ada orang yang lahir tanpa masalah di dunia ini?

Apa yang nampak dari teman-teman kita dalam pergaulan sesungguhnya hanyalah tampaknya. Itu bukan yang sesungguhnya. Setiap orang memilih topeng yang berbeda dalam menghadapi suatu lingkup pergaulan. Ada yang memakai topeng terbahagia, tersanjung, tertawa, terluka, tersiksa, terlalu, dan terserahlah apa saja.

Lantas, tetiba aku mengingat kata-kata Kepala kantorku bapak @andisanputera. "Kita harus berikhtiar maksimal, dan yakinlah Tuhan akan memberikan melebihi yang kita inginkan." Bukankah kelak yang dipertanggungjawabkan di akhirat adalah apa yang telah kita lakukan, bukan apa-apa yang telah kita hasilkan?

Untuk itu, jika impian tak sesuai kenyataan, terimalah dengan ikhlas. "Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis. Kita boleh jadi tidak paham kenapa itu harus terjadi, kita juga mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya. Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya, dan tersenyum lapang." *


#Cirebon, 280117

*Tere Liye, novel RINDU

Definisi Bahagia

Definisi bahagia bagi setiap orang bisa jadi berbeda, tapi, tahukah Anda, kebahagiaan bisa dimulai dari hal yang sederhana?

Pradirwan - Seseorang berkata tentang definisi bahagia. Menurutnya bahagia itu sederhana. Jika kamu ingin hidup bahagia, mulailah meninggalkan segala sesuatu yang membuatmu tak bahagia. Ada banyak contoh hal-hal yang membuat kita menjadi tak bahagia. Tapi tahukah Anda, kebahagiaan itu kita yang menentukan?

Playing Victim

Pradirwan - Istilah "playing victim" ini tiba-tiba saja muncul menemani hariku. Ia seolah menjadi trending topik hari ini di obrolan ngalor-ngidul. Obrolan tentang mereka yang sehari-hari berprofesi BUKAN bintang film atau sinetron namun aktingnya sungguh memukau. Bahkan saking pandainya bermain peran, hampir seluruh dunia percaya bahwa aktingnya tersebut seolah-olah realitas. Sungguh sangat menakjubkan.

Teknik Playing Victim saat ini sudah sering kali saya temui baik oleh mereka yang benar-benar pesohor negeri ini maupun yang bukan. Mereka biasanya saat diwawancara akan memasang muka tegar sambil sedikit memelas.

Saat bertemu teman, yang dibicarakan hanya betapa sengsaranya ia, betapa jahat bosnya, betapa repot kerjaannya, betapa rewel pasangannya, dan lain-lain. Macam-macam pokoknya.

Parahnya lagi, kalau temannya juga setipe dengannya. Setelah mendengarkan curhat temannya itu, ia justru berkata, “Ah, kamu sih mending. Bosku/pasanganku/kerjaanku lebih parah dari itu”. Kemudian, ia ikutan ngeluh tentang hidupnya plus ditambahi efek-efek dramatis agar kedengarannya hidupnya jauh lebih menderita dari temannya itu.

Mereka mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan tenang, entah apakah karena ia paham betul akan ucapan yang dikeluarkannya atau memang ia sadar kalau dirinya tengah bersandiwara.

Ada yang tahu apa itu "playing victim"? Atau barangkali pernah mendengar istilah tersebut?

Sedikit saya coba jelaskan. Maaf jika ada yang kurang pas.

Playing Victim merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seseorang yang membuat dirinya seolah-olah adalah korban atau pihak yang selalu ditindas, minoritas, merasa selalu difitnah dan diserang oleh pihak yang lain dengan tujuan agar mendapatkan simpati dari banyak orang sekaligus melempar kesalahan atau tanggung jawab kepada pihak lain.

Tujuan bermain Playing Victim adalah mengarahkan opini banyak orang agar menyalahkan orang / kelompok lain seolah-olah menjadi penyebab si tokoh pemain Victim adalah orang baik dan benar yang tertindas oleh orang banyak dan jahat.

Licik bukan? Ya, begitulah. Para player bukanlah aktor ataupun artis papan atas namun akting dan skenario mereka mampu memukau dunia, memanfaatkan rasa simpati orang banyak, menciptakan sebuah kondisi gaduh dan memikat perhatian banyak orang.

Parahnya, yang menjadi korban dengan mempercayai akting para player ini banyak. Dan tak jarang akibat sudah percaya, keluar rasa simpati dan ingin memberikan bantuan. Tak jarang keluar bantuan dalam bentuk materi dengan jumlah relatif besar. Jika sudah begini, player sudah layak naik level sebagai penipu ulung.

Saya, bahkan mungkin Anda pernah juga playing victim. Seberapa sering dan besar efek yang ditimbulkan akibat perbuatan playing victim ini? Silakan direnungkan?

Lalu apakah ini diperbolehkan dalam ajaran agama? Menurut saya, tidak. Playing Victim sama saja dengan berbohong atau menipu. Berbuat tidak sesuai antara ucapan, tindakan, dan kenyataan.

Lalu, akankah kita tetap bermain sebagai korban?

Pradirwan
1112

Alhamdulillah, laptop !!!

Kakanwil DJP Jabar I, Pak Yoyok Satiotomo memberikan hadiah laptop (07/09/2016)
Foto : Agus Heryana
Ini kisah tentang laptop.


Pradirwan - Mungkin banyak yang menduga, selama ini aku bikin artikel menggunakan laptop atau pc pribadi. Nyatanya, hampir seluruh artikel aku bikin dengan laptop pinjaman atau inventaris kantor.

Lima Tips Ini Bisa Membuat Anak Cinta Masjid

Lima Tips Ini Bisa Membuat Anak Cinta Masjid
"Jika suatu masa kelak kamu tidak lagi mendengar bunyi bising dan gelak ketawa anak anak riang diantara shaf-shaf solat di masjid masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan generasi muda kalian masa itu". Sultan Muhammad Al Fatih.

Pradirwan - Sepulang dari kantor yang saat Ramadhan 1437 H ini memberikan “discount” waktu kerja pulang 1,5 jam lebih awal dari biasanya membuatku dapat menikmati sholat berjamaah di masjid dekat rumahku. Perjalanan yang cukup menyita waktu setiap hari membuatku jarang sekali berkesempatan sholat berjamaah dengan para tetanggaku.
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes