BREAKING NEWS

Tips Agar Siaran Pers Ditayangkan Media Massa

Ilustrasi webinar pembuatan siaran pers bersama mas @AikPahlawanKita


Pradirwan - Pernahkah kamu membuat siaran pers (press release) tetapi tidak atau hanya sedikit media massa yang mau menayangkannya? Padahal, siaran pers adalah salah satu ‘senjata ampuh’ praktisi Humas untuk memberikan informasi kepada publik.

Ada beberapa alasan untuk pertanyaan tersebut. Karena kenyataannya, hubungan baik dengan jurnalis atau redaktur saja tak menjamin siaran pers yang kita buat akan ditayangkan.

Sebagai Humas, kita harus memahami bahwa wartawan (media) bekerja untuk pembaca. Agar pesan yang kita sampaikan melalui siaran pers itu sampai ke pembaca, kita harus mengetahui tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membuat siaran pers, yaitu:

Pertama, setiap artikel yang ditulis wartawan harus bernilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Kita tahu, tidak semua isu itu penting dan tidak semua isu penting akan menarik bagi publik. Staf humas bisa menggunakan nilai berita ini untuk menakar tulisannya.

Kedua, pada dasarnya siaran pers itu merupakan berita. Oleh karena itu, kaidah-kaidah yang digunakan dalam penulisan siaran pers juga mengikuti kaidah universal berita. Apabila humas cakap melakukannya, kemungkinan besar wartawan akan menjadikan siaran pers tersebut sebagai sumber berita.

Suatu berita dapat dikatakan baik jika dapat menjawab unsur-unsur yang terdapat dalam 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, How). Selain itu, struktur penulisan berita (hard news) menggunakan piramida terbalik.

Struktur ini mengisyaratkan kita untuk meletakkan isi terpenting di bagian paling awal tulisan. Jadi, posisinya di paragraf pertama atau di kalangan jurnalis dikenal dengan istilah leads. Bagaimana kita membuat leads akan menentukan pembaca menyelesaikan membaca tulisan kita atau tidak.

Biasanya leads menggunakan kalimat aktif dengan struktur S-P-O-K (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan). Hindari penggunaan kata-kata seperti “Guna memenuhi…” atau “Dalam rangka…” di awal kalimat. Setiap kalimatnya tidak bertele-tele, to the point, atau langsung saja ke pokok masalahnya.

Pertimbangkan juga search engine optimization (SEO/pengoptimalan mesin telusur). Salah satu caranya dengan menaruh kata kunci di leads. Untuk media online, penggunaan SEO ini penting agar mesin telusur bisa menampilkan artikel di posisi teratas hasil pencarian atau tidak. Website dengan konten yang bagus tetapi minim pengunjung juga sama sekali tidak ada artinya.

Ketiga, narasumber adalah kunci. Semakin penting narasumber yang dikutip di siaran pers, semakin mungkin wartawan akan menayangkan tulisan tersebut ke dalam berita.

Selain tiga hal tersebut, yang seringkali dilupakan oleh Humas adalah tidak mencantumkan konteks peristiwa dalam siaran pers. Pencantuman konteks ini penting agar berita tidak ‘kering’ dan selalu ada sesuatu yang baru. Tips lainnya dengan menghindari penggunaan model tulisan ‘template’, cari angle baru, dan mengusahakan membuka ruang diskusi antara lembaga dengan media. Caranya dengan menyertakan kontak narasumber yang dapat menjawab konfirmasi dari wartawan.

Saat dikirim ke wartawan, lampirkan gambar atau video atau data lainnya yang mendukung informasi. Meski tidak wajib, pelampiran multimedia itu bisa mendukung kelengkapan tulisan.

Tujuan Pembuatan Siaran Pers


Siaran Pers adalah naskah berita atau informasi yang dibuat oleh praktisi Humas (Public Relations Officer) sebuah lembaga atau organisasi untuk dipublikasikan di media massa.

Secara umum, ada tiga tujuan pembuatan siaran pers. Pertama untuk memberikan informasi terbaru dari sebuah lembaga. Misalnya tentang peraturan pajak terbaru.

Kedua, mengklarifikasi masalah/isu yang tengah menjadi perbincangan masyarakat terkait lembaga. Humas yang baik, jika mengetahui informasi yang beredar itu diketahui tidak benar akan sesegera mungkin memformulasikan sanggahan/klarifikasi pesan-pesan yang tidak benar itu melalui siaran pers.

Ketiga, untuk membangun reputasi/jenama (branding) yang baik dengan cara memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan. Misalnya tentang perubahan proses bisnis pelayanan pajak terkait Covid-19 atau kegiatan bakti sosial dalam rangka memperingati Hari Pajak.

Struktur Penulisan Siaran Pers

Struktur penulisan siaran pers hakikatnya sama dengan dengan struktur naskah berita, yaitu Head (judul), Date line (baris tanggal), Leads (teras berita), dan News body (tubuh atau isi berita). 

Siaran pers umumnya menggunakan bahasa formal dan format khusus. Berikut format khusus dalam naskah siaran pers:
  • Headline atau judul, layaknya judul berita yang harus menggambarkan isi keseluruhan berita.
  • Date line. Baris Tanggal. Berisi nama kota dan tanggal.
  • Body konten atau isi, terdiri dari lead (teras) dan tubuh berita (body).
  • Info Lembaga. Di bagian akhir naskah, cantumkan informasi tentang lembaga atau instansi yang mengirimkan rilis. (Nama lembaga ada juga yang menaruhnya di kop surat)
  • Informasi kontak, setelah itu, di bawahnya dicantumkan nama dan alamat lembaga, nomer telpon, fax, email, website, termasuk nomor kontak narasumber yang bisa dihubungi (untuk konfirmasi atau klarifikasi).
Contoh siaran pers bisa dilihat di : Siaran Pers Kanwil DJP Jawa Barat I 2021

Semoga bermanfaat. (HP)


Pradirwan, 30 Desember 2020


Artikel terkait: 

Sumber: Tempo Institute, Menyampaikan Pesan dengan Siaran Pers, 4 Desember 2020

Ani Natalia: Kita Semua Butuh Belajar

Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat DJP Ani Natalia

Pradirwan - Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya terpenting dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi inilah yang memberikan tenaga, ide, bakat, kreativitas, dan lain sebagainya sehingga organisasi dapat mencapai tujuan.

Manajemen SDM yang dilakukan secara optimal dapat meningkatkan kinerja pegawai maupun kinerja organisasi.

Salah satu tahapan dalam proses pengelolaan SDM tersebut yaitu mutasi dan promosi.

Organisasi DJP pun tak luput dari proses ini. Pegawai DJP di manapun pasti mengalami proses mutasi dan promosi sesuai kebutuhan institusi.

Sebagai contoh, ada pegawai yang sebelumnya di bagian Hubungan Masyarakat (Humas) lalu mutasi ke unit lain yang bukan Humas. Atau sebaliknya, ada yang belum pernah sama sekali di Humas, lalu tiba-tiba bertugas menjadi Humas.

Kasubdit Humas DJP, Ani Natalia pernah mengatakan, saat kuliah di STAN, ia tak pernah membayangkan akan menjadi Humas DJP. Namun takdir membawanya menjadi Insan Humas hingga saat ini. 

"Tidak ada yang bisa semua hal. Oleh karena itu kita semua butuh belajar," ungkapnya saat membuka acara pelatihan "Pembuatan Siaran Pers", beberapa waktu lalu.

Perempuan yang akrab disapa Kak Ani ini mengungkapkan bahwa pekerjaan Humas setiap hari semakin menantang. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik dengan semua pihak, salah satunya dengan media.

Kak Ani menilai, bagi Humas, peran media sangat penting. Ketika berhubungan dengan media, dibutuhkan sebuah keahlian dalam berkomunikasi agar sama-sama memudahkan dalam bekerja.

"Apa yang kita inginkan, apa yang kita maksudkan, boleh disampaikan kepada publik dengan bantuan media massa," ujarnya.

Namun teman-teman jurnalis juga memiliki 'banyak pekerjaan'. Untuk memudahkan mereka dalam membuat sebuah berita, sebagai Humas harus bisa membuat siaran pers yang baik. Dengan begitu tercipta hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).

"Ini adalah sebuah tantangan dan DJP selalu berusaha memberikan kesempatan belajar kepada para pegawai untuk bisa meningkatkan kapasitasnya," tandasnya.

Ia berharap agar pegawai memanfaatkan setiap peluang yang diperoleh untuk meningkatkan kepasitas diri. "Mari hargai setiap kesempatan belajar. Don’t take it for granted. Setelah itu kita praktikkan (berkarya) agar ilmu itu bermanfaat," pungkasnya. (HP)

Terima Kasih Telah Menghabiskan Waktu Bersamaku

Jalan Asia Afrika Bandung

Pradirwan- Aku melihatnya. Jarak antara aku dengannya tak terlalu jauh. Ia berbaju merah, sedikit menarik perhatianku, duduk sendirian di kursi trotoar sambil memperhatikan gadget-nya yang menyala. Sesekali ia mengambil gambar dirinya. Ber-selfie ria dengan background lalu lalang kendaraan.

Dia menoleh kepadaku. Tersenyum. Aku 'tersesat' dalam binar indah matanya. Semesta seakan berhenti berputar.

"Tidak salah lagi. Ini dia yang telah lama ku kenal hanya lewat media sosial," gumamku.

Aku menghampirinya dengan sisa-sisa keraguanku. Senyum tipisku menyambut senyum ramahnya.

“Sudah lama?” Aku duduk disampingnya dan mulai membuka obrolan.

“Tidak juga,” jawabnya. Gadget yang dipegangnya ia masukkan ke dalam tas kecil yang ia bawa sambil mengalihkan pandangannya. Aku kira, sedikit perasaan gugup mulai menjalari tubuhnya. Pun begitu diriku.

Aku menikmati moment itu. Pandanganku lekat ke wajahnya. Sungguh, segala hal tentangnya sangat sempurna. Dia seperti dewi dalam mitologi Yunani yang sering kubaca. Suasana alun-alun kota sore ini seolah sedang mendukungku bertemu dengannya.

“Senang bertemu denganmu secara nyata,” katanya. Kali ini mata kami beradu pandang.

Aku tersenyum, “Senang juga melihatmu lagi secara terencana.”

Ia terkekeh.

Aku teringat sesuatu. Tanganku merogoh sebuah buku yang sengaja kubawa dari rumah. “Ini buku antologi puisi pertamaku."

Tangannya terulur mengambil buku yang sengaja kupinjamkan padanya.

“Terima kasih ya.”

Aku mengangguk.

Dia mengajakku untuk sekadar berjalan di area alun-alun kota. Sambil berjalan, kami saling bertukar kisah.

Sesekali aku tertawa mendengar ceritanya tentang kekonyolannya hari ini. Dia seakan mempercayakan segalanya padaku. Dan entah mengapa aku merasa sangat bahagia ketika mengetahui hal itu.

"Terima kasih,” kataku.

Dia menolehku, “Untuk apa?”

Aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.

“Menghabiskan waktumu bersamaku,” jawabku ragu.

Dia menatapku lekat. Sepertinya dia tak percaya aku mengatakan itu di antara riuh manusia dan warna jingga yang muncul di langit alun-alun kota sore ini.

Jantungku berdegub kencang. Mataku masih menatap lekat matanya dalam-dalam.

Sayup-sayup dari kejauhan suara alunan lagu cinta dimainkan. Dua orang pengamen memainkan gitar, sementara satu orang menengadahkan topinya, meminta recehan.

Aku tahu ada sesuatu yang berbeda di mata itu. Aku benar-benar yakin bahwa tatapan itu adalah benar. Ya, dia jatuh cinta padaku. Dan aku pun begitu, aku jatuh cinta padanya.

“Aku menyukai senja kali ini. Itu karena aku menghabiskannya bersamamu. Sejak pertama kali aku melihat fotomu, mem-follow akunmu, dan kamu merespon pesan singkatku, aku sering memikirkanmu. Sejak kamu berkata kita pernah bertemu beberapa kali, namun kamu tak pernah menjelaskan pertemuan itu. Aku merasa... Aku jatuh cinta padamu," ungkapku.

Air mukanya berubah. Pandangannya menatap jauh.

"Aku tak bisa."

Tenggorokanku tercekat. Beberapa detik kemudian dia berkata, "Kamu terlalu sempurna untukku."

"Apa? Tidak, aku tak sesempurna yang kamu kira. Kamu terlalu naif. Jangan pernah menganggap bahwa kamu tak pantas untuk mencintai dan dicintai. Semua orang berhak untuk bahagia," tegasku.

"Aku ga mau patah hati lagi. Aku capek mencintai seseorang," jawabnya lirih. Kali ini dia menunduk.

"Tolong lihat aku dan beri aku kesempatan untuk memberikan yang terbaik, melebihi kebaikan orang lain yang pernah ia berikan kepadamu."

Giliran matanya menatap lekat mataku. Mencari-cari kesungguhan atas ucapanku. Lalu, tanpa berkata, ia tersenyum dan mengangguk perlahan.

Aku menyambut senyum itu dengan perasaan lega. Aku ingin memeluknya, namun urung karena tiga pengamen tadi tepat di depan kami. (*)



Pradirwan
Bandung, 27 Desember 2019

*Semua kisah dalam cerpen ini hanya fiktif belaka. Semoga terhibur. 

Cerpen lainnya: 
Senja Mati di Kota Ini

Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN

Alia Karenina sedang memparkan materi personal branding, Sabtu (12/12)

"Your brand is what other people say about you where you're not in the room." (Jeff Bezos, Amazon)


Pradirwan - Semua orang punya personal branding. Entah kita sengaja membangunnya atau tidak, orang lain pasti pada suatu saat akan membicarakan kita. Betul, kan?

Ilmuwan psikologi Universitas Florida Lise Abrams dan Danielle K. Davis dalam Current Direction in Psychological Science mengungkapkan terdapat fakta bahwa ada beberapa nama yang begitu sulit untuk diingat. Hal ini dapat mengajari kita banyak hal tentang cara kerja ingatan manusia.*

Sebagai contoh, ada banyak orang yang bernama Herry di dunia ini. Dengan mengetikkan "Herry" dalam kontak di gawai kita, mungkin akan muncul puluhan nama tersebut. Untuk membedakan Herry yang satu dengan yang lainnya, kita perlu menambah kata lainnya yang spesifik merujuk Herry yang kita maksud, misalnya Herry Pradirwan.

Seperti halnya nama, seseorang bisa diingat atau diidentifikasi dari personal branding yang ia milliki. 

Baca juga: 7 Manfaat Fotografi Ala Masardani

Personal branding merupakan hal yang penting khususnya dalam dunia profesional. Dengan memiliki personal branding, suatu individu bisa dengan lebih strategis menempatkan dirinya dalam tim dan organisasi.

Selain itu, personal branding berguna untuk menciptakan kesadaran, membangun kepercayaan, menciptakan reputasi, dan memengaruhi persepsi dari orang-orang yang relevan.

Dalam lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN), personal branding penting untuk meningkatkan kualitas baik secara individu maupun dalam konteks komunikasi publik.

Lalu, apa sih personal branding itu?

Dalam sebuah webinar bertajuk "Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN", Juru bicara Kemenko Perekonomian dan CEO Alika Communications, Alia Karenina menjelaskan personal branding adalah bagaimana cara kita menunjukkan 'sisi personal' mana yang akan kita tampilkan kepada orang lain, meskipun itu tidak sesuai dengan kepribadian kita.

"Brand itu apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Apakah itu personality kita? Tidak," ujar alumnus teknik planologi (ilmu perencanaan wilayah dan kota ) ITB itu, Sabtu (12/12).

Alia bercerita bahwa ia sebenarnya introvert dan pemalu. Namun saat terjun sebagai jurnalis televisi, ia belajar berkomunikasi sehingga kini dikenal sebagai seseorang yang memiliki gaya bicara lugas dengan intonasi yang jelas.

"Orang yang pernah berinteraksi dengan saya mungkin melihat Alia Karenina itu galak, tegas, ngomongnya tanpa tedeng aling-aling, dan tidak punya perasaan. Sebenernya saya sangat sensitif, cenderung conciderate terhadap orang-orang dekat, dan pemalu," ungkapnya. 

Baca juga: Cara Menjadi Newbie Percaya Diri

Lebih lanjut ia menuturkan, untuk membangun brand yang kuat, secara umum harus memiliki lima unsur.

"Yang perlu ditonjolkan pertama kali adalah kesan powerfull (kuat). Kemudian otentisitas (autentic) kita. Saya mungkin orangnya santai dan cenderung tidak kaku," katanya.

Selanjutnya adalah konsisten (consistent). Citra diri harus konsisten, tidak berubah-ubah.

Kesan diri juga haruslah visible, maksudnya kita harus terlihat berbeda dari pada orang-orang kebanyakan (stand out).

"Punya sesuatu yang berbeda atau berharga (valuable) yang bisa ditawarkan, yang menjadi pembeda antara saya dengan orang orang lain yang menjadi peers kita. Cobalah membuat list apa saja nilai-nilai yang kita punya. Karena yang paling mengenal diri kita adalah kita sendiri," tegasnya.

Untuk menjadi seseorang yang stand out, Alia memberikan tips. Caranya dengan tidak memberi pekerjaan medioker, yaitu pekerjaan yang semua orang bisa kerjakan. 

"Kerjakan pekerjaan yang hasilnya bisa 120%, supaya kamu bisa stand out," imbuhnya.

Personal branding harus ditunjukkan dengan attractive. Tujuannya untuk menarik orang-orang yang membutuhkan kemampuan atau keahlian kita.

Meski begitu, dia mengingatkan untuk tak terlalu sibuk menonjolkan diri, tetapi buat diri kita dibutuhkan.

"To be demand, not supply. Kehadiranmu penting. Kalau gak ada kamu gak jalan. Buat orang berpikir, oh kalau kerjaan ini tuh yang bisa ngerjain cuma si A. Gak ada orang lain yang bisa," katanya.

Jika hal itu terjadi, akan membuat positioning individu berbeda di antara teman-teman yang lainnya.

"Kita akan mendapatkan posisi dan kondisi terbaik yang sesuai minat, bakat, keahlian, dan kekuatan kita.Karena pasar akan membutuhkan orang-orang yang mempunyai value added dan skill set tertentu," jelasnya.

Di akhir paparannya, ia meminta untuk menjaga profesionalisme dan membangun relasi sebanyak-banyaknya. Berkenalan dengan semua layer/tingkatan. Dari yang terendah sampai yang tertinggi.

"Unsur-unsur itu penting untuk mengelola kesan orang lain terhadap kita, baik itu rekan, atasan, pihak luar, maupun secara umum," pungkasnya.

Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti.

Senada dengan Alia, Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti mengatakan peran ASN penting untuk menjaga citra dan kredibilitas institusi di mata publik.

Menurutnya, ASN adalah agen komunikasi (humas) dari tempat di mana ia bekerja. Salah satunya melalui media sosial untuk mengetahui tingkat engagement terhadap publik.

"Tidak bisa dimungkiri sebagai personal kita hadir di media sosial. Karena kita sebagai ASN, pasti orang akan melekatkan dimana tempat kita bekerja. Marwah kita sebagai ASN akan selalu melekat. Makanya kita harus berhati-hati jika berhadapan dengan publik dan media sosial (bijak bermedsos)," ungkap mantan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu itu.

Pria yang akrab disapa Frans itu mengatakan setiap ASN seharusnya bisa mengomunikasikan setiap kebijakan publik dari tempatnya bekerja.

"Sebagus apa pun kebijakannya, tanpa dikomunikasikan dengan baik, kebijakan itu akan gagal karena tidak bisa diterima oleh masyarakat dengan baik," katanya.

Lebih lanjut Frans mengatakan, agar dapat menjelaskan ke masyarakat, tak cukup hanya mengetahui aturan terkait kebijakan saja yang dipelajari. Penting juga untuk mengetahui bagaimana latar belakang sebuah kebijakan itu diputuskan.

"Ketahui juga asbabun nuzul kenapa kebijakan itu terbit," katanya.

Hal lain yang tak kalah penting menurut Frans adalah kemampuan menerjemahkan kebijakan publik itu dengan bahasa yang membumi atau mudah dipahami sehingga bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

"Sebagai agen komunikasi (humas), kita mengamati kebutuhan informasi/respon masyarakat. Jika menemukan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan publik yang sudah diterbitkan atau hoax, kita harus segera memberikan klarifikasi," ujarnya.

Dalam beberapa kasus yang dianggap mendesak (misalnya komentar/postingan di medsos), Frans sering menggunakan medsos pribadinya untuk menjelaskan hal yang bersifat informal. Ia menyebut, keunggulan sebagai ASN yaitu mengetahui data dan informasi yang valid dari institusinya.

"Respon di medsos seperti ini tidak bisa kita gunakan dengan release resmi. Selain karena sifatnya (yang tidak resmi/informal) itu, pembuatan release biasanya membutuhkan waktu yang lama. Dikhawatirkan isu itu dianggap benar jika terlalu lama dibiarkan dan akan semakin sulit diluruskan karena masyarakat sudah termakan hoax," tegas Frans.

Oleh karena itu ia sepakat dengan Alia untuk membina relasi di semua level atau lintas instasi. Hal itu menurutnya bisa memudahkan dan memaksimalkan peran humas dalam menjaga citra dan kredibilatas institusi.

Selain itu, menurut Frans, hal penting yang coba ia bangun adalah mengurangi jurang komunikasi dalam unit kerja. Menurutnya, jenjang birokrasi membuat sekat dalam berkomunikasi.

"Adanya 'sekat birokrasi' membuat komunikasi tidak berjalan lancar. Ide-ide cemerlang dari pelaksana misalnya bahkan bisa tak tersalurkan karena ada rasa segan atau enggan kepada atasan. Jurang komunikasi di birokrasi itu harusnya tidak dimiliki, khususnya bagi pranata humas," imbuhnya.

Di akhir paparannya, Frans berharap agar semua pegawai bisa menjadi agen humas.

"Tantangan berikutnya adalah membangun komunitas yang mendukung tugas kehumasan. Bagaimana kita semua berkontribusi membangun branding institusi masing-masing," pungkasnya. (HP)


Artikel ini telah ditayangkan di ayobandung.com

* Mengapa Sangat Sulit untuk Mengingat Nama Orang, Bisnis Indonesia, 20 Juni 2020. https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200620/219/1255348/mengapa-sangat-sulit-untuk-mengingat-nama-orang
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes