BREAKING NEWS
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts
Showing posts with label Catatan Pribadi. Show all posts

Obituari: Cuti Panjang Pak Bagus


Obituari Cuti Panjang Pak Bagus Pamungkas KPP Pratama Bandung Cibeunying
Bagus Pamungkas saat membawakan materi di LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten (Rabu, 16/6/2021) 


Pradirwan - Rabu malam, 14 Juli 2021, hawa dingin Bandung mengiris hati dengan rasa kehilangan. Pukul 20.18 WIB, mobil jenazah membawanya menuju peristirahatan terakhir di Yogyakarta. Lenyaplah sosok pria berjuluk “Profesor e-Faktur” itu. Keahliannya mengedukasi wajib pajak tentang faktur pajak elektronik membuat ia menyandang julukan itu.

Baru beberapa minggu bertugas di Help Desk (loket pelayanan konsultasi perpajakan) KPP Pratama Bandung Cibeunying, testimoni kepuasan layanan dari wajib pajak berdatangan. “Petugas Help Desk pak Bagus Pamungkas begitu telaten dan sabar melayani para wajib pajak, bahkan tidak sungkan-sungkan mengajari Wajib Pajak seperti dosen ngajarin mahasiswanya,” ungkap wajib pajak yang pernah ia layani, Kamis (20/5).*

Testimoni tak hanya datang dari wajib pajak. Satpam yang berjaga di depan pintu masuk Tempat Pelayanan Terpadu KPP Pratama Bandung Cibeunying pun mengatakan hal serupa. “Saya senang kalau ada pak Bagus. Wajib pajak akan puas setelah konsultasi dengannya,” ujar Kang Ridho pada suatu hari.

Aku merasakan hal yang sama. Kehadiran pak Bagus di grup Penyuluh Pajak kantor ini menambah amunisi yang lengkap. Aku merasa lebih percaya diri melayani wajib pajak jika bersamanya.

Pengalamannya menjadi Penelaah Keberatan di Kanwil DJP Jatim III dan Account Representative di KPP Pratama Yogyakarta sangat mumpuni dalam teknis perpajakan. Meski singkat, Pak Bagus bagiku telah menunjukkan dedikasi, konsistensi, inovasi, keunikan, dan kemampuannya menuntaskan setiap tugas yang diamanahkan kepadanya.

Bagus Pamungkas memang unik. Perkenalanku dengannya dimulai saat nama kami ada dalam Surat Keputusan yang sama. Sudah menjadi adat turun temurun, kami berempat menghadap Kasuki di hari pertama masuk KPP Pratama Bandung Cibeunying pertengahan April lalu.

Setiap ada suara adzan, beliau akan mengajak seluruh pegawai muslim untuk segera salat. “Tinggalkan perniagaan!” ujarnya mengingatkan. Pesan sederhana yang akan selalu menjadi pengingat kami.

Bagus Pamungkas jelas telah mengambil peran dalam keluarga besar KPP Pratama Bandung Cibeunying. Tak jarang kehadirannya membawa suasana kerja menjadi semakin bergairah. Ia ramah terhadap semua orang dan suka bercanda.

“Aku kelihatannya mau cuti panjang ini,” ungkap pak Bagus Pamungkas dalam grup WA kami, Jumat (2/7). Sontak saja obrolan tentang angka-angka kinerja dan target kami mendadak terhenti. Kami bertanya-tanya, ada apakah gerangan? Nyatanya ketika pertanyaan itu kami ajukan, pak Bagus enggan menjawab. Entah ada hal apa yang membuatnya berubah menjadi pendiam.

Barangkali Pak Bagus rindu dengan Yogyakarta. Sudah beberapa minggu ini beliau tak pulang kampung. Terlebih mulai tanggal 3 – 20 Juli 2021 pemerintah memberlakukan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dalam rangka mengendalikan penyebaran Covid-19 di pulau Jawa dan Bali. Hal ini tentu saja membuatnya harus menunda rindunya akan Yogyakarta.

“Yang tidak ada sekat sekarang hanya antara pulsa dan data, dalam satu kartu, jalan bersama,” kata Pak Bagus berseloroh saat kami membahas kemungkinan penyekatan jalan di Bandung. Belakangan aku mengetahui kalau beliau mengeluh sakit kepala (pusing). 

Hari-hari berikutnya, kondisinya semakin memburuk. Pada 7 Juli, Pak Bagus membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih serius. Ia menyampaikannya dalam WA grup kami. Dengan berbagai upaya, pak Bagus berhasil mendapat perawatan di RS Advent Bandung. Hingga pada momen Hari Pajak 2021 ini, pukul 11.50 WIB, Sang Pencipta memungkasi rasa kesakitan pak Bagus. DJP kembali berduka.

Menjelang subuh tadi, Pak Bagus tiba di Yogyakarta. Selamat menjalani 'cuti panjang', Pak Bagus. Terima kasih telah menginspirasi kami. Semoga semangat dan ketulusan Bapak akan selalu mengiringi kami dalam mengabdi kepada negeri tercinta ini.

Allahumaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu.... Aamiin...


Pradirwan
Bandung, 15 Juli 2021

Sumber:
*Tingkatkan Pelayanan Terbaik, KPP Pratama Cibeunying Terapkan Metode Ini, 21/05/2021

Buatlah Sederhana

Ku, Mu, Nya karya Aan Almaidah A.
Ku, Mu, Nya karya Aan Almaidah A.


Pradirwan -  "Make it simple!"

Bagi saya, sepenggal kalimat itu bukanlah tanpa makna. Justru sebaliknya, sarat makna. Itulah ajakan yang menggugah naluri kita bersama untuk tampil dalam kesederhanaan.

Ku, Mu, Nya A3
Buku Ku, Mu, Nya

Mari sejenak kita berjalan-jalan mencari makna kesederhaan dalam kehidupan. Kita harus meyakini hidup sederhana tidaklah berarti miskin. Juga salah bila dimaknai peyoratif. Bahwa sederhana berarti menjadi pelit atau bahkan menyiksa diri.

Kesederhaan justru merupakan kekayaan terbesar kita. Karena sikap sederhana hanya muncul dari pribadi yang kaya hati, kuat mengendalikan diri, dan peduli terhadap sesamanya.

Menjadi sederhana adalah sebuah pilihan. Pilihan yang bijaksana, tentu saja. Di tengah era ilusi glamoritas, pilihan menjadi sederhana bak menjadi medan perjuangan yang luar biasa besar. Namun kita tak perlu cemas, perjuangan ini sejatinya mudah. Semudah kata itu sendiri: sederhana.

Bu Aan Almaidah Anwar mencontohkan ihwal kesederhanaan ini lewat buku "Ku, Mu, Nya". Kumpulan tulisan dalam bukunya ini membuat saya terkesiap.

Caranya menggugah kesadaran pajak disampaikan dengan gagasan sederhana yang mudah dipahami masyarakat, cenderung nyastra, mengalir, dan tanpa kesan menggurui.

Bagi saya buku ini menambah khasanah dan menginspirasi, bahwa bahasan pajak sekalipun bisa disampaikan dengan karib, bahkan dapat menggunakan bahasa nyastra. Sehingga bisa kita nikmati kalimat demi kalimatnya dengan lahap, lalu tanpa terasa kesadaran pajak menyusup diam-diam memenuhi hati dan kepala kita.

Bravo, Bu Aan.

Pradirwan, 21 April 2021.

Obituari Pejuang Vaksin Kami

Muhammad Sidhi Nugroho berdoa sebelum proses vaksinasi Covid-19 tahap 1 kepada para pegawai Kemenkeu Jabar dimulai (Selasa, 9 Maret 2021). Kegiatan yang dipusatkan di Gedung Dwi Warna Bandung ini melibatkan 950 peserta dari 11 unit vertikal Kemenkeu se-Bandung Raya.


Pradirwan - Pagi itu, Selasa, 9 Maret 2021, matahari sudah mulai meninggi. Tak seperti hari biasanya, kesibukan di sisi timur dan utara Gedung Dwi Warna Bandung semakin kentara. Orang-orang sudah mulai memadati tenda, menduduki kursi-kursi yang berjarak sekitar setengah hingga satu meter itu. Beberapa orang di antaranya terpaksa berdiri di luar tenda. Mereka tak kebagian kursi.

Pukul 07.30 WIB, acara pembukaan vaksinasi Covid-19 tahap pertama bagi pegawai Kemenkeu Perwakilan Jawa Barat dimulai. Ada sekitar 950 orang yang berasal dari 11 unit kerja Kemenkeu se-Bandung Raya akan divaksinasi dalam acara yang digelar selama dua hari itu.

Menggelar acara dengan jumlah peserta sebanyak itu butuh persiapan yang matang. Dibutuhkan koordinasi dan sinergi semua pihak yang terlibat, agar kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat tubuh dari serangan virus itu berjalan sesuai dengan protokol kesehatan.

"Mas Sidhi menjadi salah satu orang yang terlibat sehingga vaksinasi kita berjalan lancar," ungkap Mas Egi ketika berita kepulangan Mas Sidhi aku sampaikan, sore tadi (Selasa, 31 Maret 2021).

Berita meninggalnya Kepala Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal KPP Pratama Bandung Karees itu cepat menyebar melalui grup WA. Ucapan belasungkawa membanjiri grup WA dan lini masa media sosial.

Momen saat vaksinasi itu menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Beliau mengatur pegawai DJP agar mendapatkan vaksin sesuai jadwal yang ditentukan. Bahkan di hari yang sama, beliaulah yang mentraktir kopi yang kupesan di kantin Kanwil Ditjen Perbendaharan Jawa Barat siang itu ketika semua tugas telah selesai.

Aku teringat pertemuan pertama kami dulu di KPP Pratama Soreang. Kala itu beliau dan istrinya (Account Representative KPP Pratama Soreang) touring bersama pegawai lainnya. 

Namun aku mengenalnya lebih dekat sejak sama-sama bertugas di KPP Pratama Bandung Cibeunying. Satu dari sekian banyak Account Representative (saat itu) yang supel dalam pergaulan. Beliau ramah terhadap semua orang.

Muhammad Sidhi Nugroho adalah figur utuh senior kami di STAN yang eksistensinya di berbagai arena bukan sekadar basa-basi. Beliau aktif bersosialisasi dan membantu orang lain.

Mas Sidhi kini telah berpulang. Keluarga, sahabat, dan koleganya terpaku kelu mendengar salah satu putra terbaik DJP itu dipanggil Yang Maha Kuasa. Hari ini, tak hanya kami yang bersedih, tetapi hujanpun seolah menjadi tangisan semesta mengantar kepulanganmu.

Selamat jalan, Mas Sidhi. Pahala untukmu akan terus mengalir lewat ilmu dan kebaikan-kebaikan yang telah engkau tularkan kepada kami. Terima kasih telah menginspirasi kami. Semoga semangat dan ketulusanmu akan selalu mengiringi kami dalam mengabdi kepada negeri tercinta ini.


Pradirwan
Bandung, 31 Maret 2021

Hari Film Nasional, Bisakah Cegah Korupsi Lewat Film?

Komunitas antikorupsi Penyuluh AntiKorupsi Sinergi Untuk Film Integritas (PAK SUFI) menyelenggarakan webinar community of practice bertajuk “Film Antikorupsi dan Pembelajaran yang Berdampak” di Jakarta, Selasa (30/3/2021). 

Pradirwan
- Komunitas antikorupsi Penyuluh AntiKorupsi Sinergi Untuk Film Integritas (PAK SUFI) menyelenggarakan webinar community of practice bertajuk “Film Antikorupsi dan Pembelajaran yang Berdampak” di Jakarta, Selasa (30/3/2021). 

Kegiatan yang digelar daring ini sebagai puncak peringatan Hari Film Nasional ke-71. Sebelumnya, 17 forum penyuluh antikorupsi dan 11 komunitas atau gerakan antikorupsi telah memberikan testimonialnya atas film-film antikorupsi atau integritas.

Baca juga: Geram Kasus Korupsi? Pentas! Ajak Masyarakat Jadi Penyuluh Antikorupsi

Ketujuh belas forum penyuluh antikorupsi adalah Forum PAK RMB, Kompak Sumbar, Kompak Sumut, PAK SIJI DIY, JARUM Integritas, PAKSI JABAR, Kompak Jateng, JatimPAK, APIK Kalsel, IPAK Sulsel, PAK Kalteng, 9 Squad Integritas, Forum PAK GTK Madrasah, Forum PAK Kemenkes, KAPAK Banten, PAK Sultra, dan PAK NTB.

Sementara, di deretan komunitas atau gerakan antikorupsi, ada Tagarantikorupsi, Pentas! PNS Cerita Integritas, TBM Jatmika, Medan Membaca, #Obat Manjur, Poltekes Kemenkes Makassar, SPAK Cimahi, RIAK, RBU Sahabat Alam, YaPyYaPo, dan Jaringan Demokrasi Indonesia.

Community of Practice: “Film Antikorupsi dan Pembelajaran yang Berdampak”

Spesialis Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dian Rachmawati menekankan film-film antikorupsi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan kampanye antikorupsi. 

“Film dipilih menjadi salah satu media audio visual yang dinilai efektif untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Dira ini dihadapan sedikitnya 70 peserta webinar yang mayoritas merupakan penyuluh antikorupsi.

Menurut Dira, ide-ide dalam upaya mengampanyekan sembilan nilai-nilai antikorupsi bisa dituangkan lewat film. “Masyarakat dapat diajak untuk ikut berpartisipasi, aktif, kreatif, peduli, serta kritis,” imbuhnya.

Bukan tanpa alasan, lanjut Dira, film tidak sekadar menghibur tetapi juga membuat penontonnya belajar. “Film telah membantu proses pelajaran hidup. Film mendorong perubahan dan menghubungkan sosial,” tandasnya.

Baca juga: Sejarah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Sementara itu, Spesialis Pendidikan dan Pelatihan Antikorupsi KPK Sandri Justiana menantang para penyuluh antikorupsi berperan dalam menyuarakan integritas melalui film. 

Sandri membuka paparannya dengan sebuah pertanyaan menohok, “Mungkinkah terjadi perubahan dengan edukasi melalui film?”

Sandri berbagi formula yang dapat diaplikasikan oleh para penyuluh antikorupsi, yang disingkat “IDE+DO IT”. Formula itu dapat dijabarkan menjadi Identifikasi, Diskusi, Eksplorasi, Dokumentasi dan apresiasi, serta Implementasi/Internalisasi. “Melalui program pembelajaran kreatif, selanjutnya menjadi pembiasaan. Lalu, menjadi perilaku. Muaranya antikorupsi menjadi budaya,” pungkasnya.

Sebagai tambahan informasi, KPK telah menggunakan film sebagai media kampanye. Pada 2012, KPK bekerjasama dengan Anti Corruption Information Center (ACIC) Transparency International Indonesia (TII) memproduksi film "Kita versus Korupsi (K vs K)". Sementara, sejak tahun 2013, KPK  rutin menggelar  Festival Film Antikorupsi hingga sekarang. Film antikorupsi kemudian menyemarakan dunia perfilman di Indonesia. (Kak Jo/Pradirwan)

Artikel ini telah ditayangkan pertama kali di Ayo Bandung

Geram Kasus Korupsi? Pentas! Ajak Masyarakat Jadi Penyuluh Antikorupsi

PNS pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Pentas! PNS Cerita Integritas menggelar "Ngobrol Bareng: Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi, Gampang atau Mudah?" di Jakarta, Sabtu (27/3/2021).

Pradirwan
- PNS pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Pentas! PNS Cerita Integritas menggelar "Ngobrol Bareng: Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi, Gampang atau Mudah?" di Jakarta (Sabtu, 27/3). Kegiatan yang digelar daring ini sebagai ajakan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi sebagai penyuluh antikorupsi.  

Penggagas Pentas! PNS Cerita Integritas, Muflih Fathoniawan mengaku geram dan resah mendengar kasus korupsi masih merebak. Berita tentang korupsi yang dilakukan pejabat publik di antaranya pejabat Kementerian, Kepala Daerah, sampai di jajaran desa seakan tak pernah berhenti tersiar di berbagai media massa. “Masih ada pejabat yang tak amanah, masih ada yang menggadai integritas dengan perbuatan yang tak pantas," ungkap pria yang akrab disapa Thoni ini.

Pentas! PNS Cerita Integritas 

Menurut Thoni, sinergi dan kolaborasi menjadi kunci dari pemberantasan korupsi. "Pemberantasan korupsi bukan cuman tugas KPK, Kejaksaan, atau Kepolisian. Bukan juga hanya tugas instansi atau lembaga yang membenahi sistem antikorupsinya," imbuhnya.

Dia menegaskan, pemberantasan korupsi harus dimulai dari diri sendiri. "Diri kita bisa jadi pemberantas korupsi. Mulai dari membangun integritas diri, lalu menular ke keluarga, lingkungan, dan masyarakat luas," tutur pegawa Direktorat Jenderal Pajak itu.

Thoni mengajak semua pribadi turut berkontribusi. “Menggerutu dan geram saja tak cukup. Bahkan tak sebatas membangun sistem bagus maupun bertumpu pada aparat penegak hukum saja. Saatnya kita ambil peran nyata. Korupsi bisa kita berantas bersama. Menjadi diri berintegritas dan berbagi edukasi sesama," ajak peraih penghargaan Penyuluh Antikorupsi Teraktif kategori Aparatur Sipil Negara (ASN) tahun 2020 KPK ini.

Baca juga : Hari Film Nasional, Bisakah Cegah Korupsi Lewat Film?

Sementara itu, penggagas Pentas! PNS Cerita Integritas lainnya, Azizah Nuur Utami menambahkan, untuk meningkatkan kesadaran antikorupsi, diperlukan para Penyuluh Antikorupsi. “Apapun profesinya nanti, entah mahasiswa, APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah), ataupun guru, kita pasti sama-sama ingin Indonesia ini menjadi lebih baik lagi. Nah, salah satunya ini (menjadi Penyuluh Antikorupsi-red),” kata pegawai Sekretariat Jenderal Kemenkeu yang akrab disapa Iiz ini.

Iiz yang juga peraih penghargaan Penyuluh Antikorupsi Teraktif kategori Aparatur Sipil Negara (ASN) tahun 2020 KPK ini mengatakan, dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi, akan semakin baik jika telah memiliki pengalaman berbagi budaya integritas. “Apalagi passion-nya memang itu (berbagi budaya integritas),” tandasnya.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber peserta sertifikasi penyuluh antikorupsi yang telah dinyatakan kompeten oleh Lembaga Sertifikasi Profesi KPK yaitu penggagas komunitas Abdi Negara Muda, Nurul Hasani dan penggagas komunitas Tagar Antikorupsi, Johana Lanjar Wibowo.

Dalam kesempatan tersebut, Nurul Hasani menceritakan pengalamannya mengikuti sertifikasi penyuluh antikorupsi jalur skema pendidikan dan pelatihan (diklat), sedangkan Johana Lanjar Wibowo membagikan cerita dalam sertikasi penyuluh antikorupsi jalur rekognisi pengalaman lampau (RPL).

Hasan, panggilan Nurul Hasani, menerangkan bahwa dalam jalur diklat, peserta sertifikasi akan diberikan pengetahuan dan mendapat pendampingan sebelum sertifikasi. “Saya dapat informasi Diklat Persiapan Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi untuk umum, saya mengerjakan e-learning sebagai syarat kepesertaan, kemudian mengikuti rangkaian diklat selama lima hari,” terang pegawai Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) ini.

Hasan menambahkan bahwa setelah lulus diklat tidak langsung dinyatakan kompeten sebagai Penyuluh Antikorupsi. “Sertifikat kelulusan diklat ini digunakan untuk mendaftar sertifikasi,” ujar pria kelahiran Kutapandan, Ogan Komering Ilir. Hasan merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan diklat ini.

Lain halnya dengan Hasan yang mengambil sertifikasi jalur diklat, Johana tak kalah semangatnya menceritakan kisahnya sertifikasi jalur pengalaman. “Ikut sertifikasi ini ibarat lebih dahulu ayam atau telur, mau membudayakan antikorupsi dahulu atau sertifikasi penyuluh antikorupsi dulu, sama-sama semangatnya meresonansikan budaya antikorupsi,” tutur pegawai Direktorat Jenderal Pajak ini. 

Johana menerangkan, meskipun dirinya tidak mengikuti diklat persiapan sertifikasi, namun dengan pengalaman sebagai Agent of Change di instansinya, maka untuk pemenuhan dokumen unjuk kerja dapat dengan mudah dipenuhi. “Setelah mendaftar, peserta akan diberi pedoman alur sertifikasi dan akan diberikan waktu untuk memenuhi dokumen-dokumen sertifikasi, sehingga saat proses assesment akan lebih mudah,” ungkap pria kelahiran Demak ini.

Hasan maupun Johana menyampaikan rencana kegiatan mereka setelah antikorupsi. “Saya akan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada dengan Abdi Negara Muda untuk membudayakan antikorupsi,” tutur Hasan. Johana juga menyampaikan bahwa dengan Tagar Antikorupsi akan hadir sebagai suluh dan sarana membudayakan antikorupsi di Indonesia.

KPK sendiri menyelenggarakan sertifikasi Penyuluh Antikorupsi berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Nomor 303 tahun 2016. (Kak Jo/Pradirwan)

Ternyata Milenial Itu...

Milenial yang kulihat di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung Barat, Sabtu (13/2/2021). 

Pradirwan - Sinar mentari tak begitu kentara pagi ini. Pukul 07.30. Seingatku, awan-awan sudah menutupi langit sejak aku pertama keluar rumah. Sejauh mata memandang, kabut tipis menutupi gugusan pegunungan yang mengelilingi Bandung. Sementara angin berhembus lebih kencang, membuat dedaunan bergoyang-goyang. Cuaca pagi ini terasa sedikit lebih dingin dari kemarin.

Aku mulai bersiap-siap. Melepas malas yang bergelayut di tubuhku. Berbekal sepatu seadanya dan menenteng kamera lama, aku menelusuri Kota Baru Parahyangan. Sekadar refreshing. Melepas penat yang telah lama membelenggu. Berharap menemukan sesuatu yang menarik di sepanjang jalan yang aku lalui.
 
moment

Benar saja. Di salah satu lokasi, sepasang muda-mudi sedang asyik berdiskusi. Sambil memegang gawai, sang wanita sepertinya menanyakan atau menunjukkan sesuatu.

Jangan tanya siapa mereka, sesungguhnya akupun tak tahu jawabannya. Aku hanya ingin mengabadikan momen mereka, generasi milenial itu.

Baca juga: Strategi Visual Marketing Online

Aku memang senang mengamati kebiasaan mereka. Bagaimana mereka berinteraksi, berkarya, belajar, atau bersosial media. Salah satu hal yang aku pelajari beberapa tahun terakhir. Terutama sejak era 4.0 melanda Indonesia. 

Baca juga: Humas Pajak Sambut Era Industri 4.0

Ada satu tren baru yang mereka lakukan, setidaknya sejak pandemi. Ternyata para milenial itu banyak yang mempersiapkan kondisi finansial mereka dengan berinvestasi.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, jumlah investor baru yang tercipta di sepanjang 2020 telah tumbuh sebanyak 590.658 Single Investor Identification (SID) atau sebesar 53,47 persen dari total investor saham pada akhir 2019 yang berjumlah 1.104.610 SID.

Dari jumlah pertumbuhan itu, secara signifikan didominasi oleh kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun yang mencapai 411.480 SID atau 70 persen dari total investor baru tahun 2020. Pertumbuhan ini menguatkan dominasi kaum milenial sebagai investor di Pasar Modal Indonesia.*

Model investasi lainnya, sukuk tabungan seri ST007 misalnya, pun setali tiga uang. Dalam keterangan tertulis, Senin (30/11/2020), Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) mengumumkan, total volume pemesanan pembelian ST007 mencapai Rp 5,42 triliun dengan jumlah investor sebanyak 16.992 orang.

Jumlah investor baru ST007 tercatat 4.276 investor dan didominasi oleh generasi milenial sebanyak 56,71 persen.

Data lainnya, 2.908 jumlah investor baru yang membeli ST006, 51,07 persen di antaranya adalah kaum milenial. **

Ketertarikan kaum milenial dalam berinvestasi ini kemungkinan dikarenakan mereka telah mengetahui manfaat dan cara berinvestasi. Berbagai platform media berbasis internet memudahkan mereka mencari sumber informasi.

Generasi ini memang akrab dengan internet, gawai, dan dunia digital. Bahkan di antara mereka banyak yang menjadi pelaku industri digital itu sendiri. Meski di sisi lain, ada juga yang hanya menjadi konsumen dan ingin mendapatkan jaringan internet secara cuma-cuma.

Generasi milenial ini ternyata punya sisi kreativitas yang tinggi. Potensi ini jika bisa dimaksimalkan akan menjadi pendorong ekonomi di Indonesia, khususnya dalam ekonomi digital.

Baca juga: Kanwil DJP Jabar I Ajak Generasi Milenial Sadar Pajak


Poin penting lain yang mungkin bisa dianggap sebagai kelebihan kaum muda ini adalah mereka bisa melakukan investasi pada hal yang paling berharga, yakni waktu. Kita tahu, kadang menabung saja tidak cukup, dan investasi perlu dilakukan sedini mungkin untuk mengejar inflasi.

Gunakan waktu untuk selalu belajar dan berani mencoba hal baru. Dengan begitu, masa depan Indonesia maju tak hanya akan menjadi impian yang semu.

Betul begitu?


Pradirwan, 13 Februari 2021

Referensi: 

Antara Dayana dan Pajak Kita

Alam Indonesia (Pradirwan) 


Pradirwan - Aku mematung menatap gawai. Percakapan gadis 18 tahun asal Kazakstan bersama pria yang belakangan saya ketahui merupakan Youtuber Indonesia berusia 20 tahun itu menarik perhatianku.

Bagaimana tidak? Komunikasi yang mereka jalin melalui video siaran streaming, OME TV itu begitu menakjubkan. Mereka seolah langsung klik. Bahkan pada video pertama itu, Dayana Asembayeva, nama sang gadis itu, meminta untuk menikah dengan sang Youtuber, Fiki Naki.

Kecocokan itu mungkin tak pernah terjadi andai pemuda-pemudi itu tak bisa menguasai bahasa asing. Tak hanya bahasa Inggris, sang pemuda bahkan fasih berbahasa Rusia, lengkap dengan logatnya.

Hubungan mereka kemudian viral di internet. Bahkan nama sang gadis sempat menduduki trending topik di Twitter, Rabu (20/1/2020). Cuitan "Dayana" bahkan mencapai 10.800 tweet mengalahkan "LGBT" dan #Gempa pada hari itu. Imbasnya, gadis itu mendapat followers dengan pesat. 
Dayana (tangkapan layar Instagram @demi.demik)

Sebelum bertemu dengan sang pemuda, pemilik akun @demi.demik itu memiliki sekitar 2 ribuan followers saja. Kini, akun Instagram miliknya sudah mendapat 1,9 juta pengikut pada Senin (25/1/2021). Hidupnya pun berubah.

Saya tak ingin menceritakan detil kisah mereka. Saya hanya ingin mencatat tentang bagaimana teknologi bisa mempengaruhi hidup manusia.

Puluhan tahun lalu, berkomunikasi via video streaming mungkin hanya ada di film-film fiksi. Sekarang, terlebih sejak pandemi, banyak kegiatan sehari-hari yang kita lakukan tak perlu lagi berada di tempat yang sama. Sebut saja contohnya: rapat, belajar, atau pengajian. Nonton film pun kini bisa dilakukan dari rumah saja. Tak harus datang ke bioskop untuk menikmati film favorit. 

Jika diperhatikan, berbagai penyedia layanan video itu seolah berlomba-lomba memberikan kemudahan kepada pengunanya. Disinyalir, hal ini karena permintaan konsumen yang semakin pesat.

Laporan Media Partner Asia berjudul "South East Asia Online Video Consumer Insight & Analitics: A Definitive Study" pada September 2020 mengkonfirmasi hal itu. Riset itu menunjukkan kenaikan fantastis konsumsi siaran video melalui telepon seluler di sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Rata-rata konsumsi mingguan pelanggan konten tumbuh 60 persen antara 20 Januari dan 11 April 2020. (Tempo, 4-11 Januari 2021)

Suburnya peminat layanan video itu merupakan magnet baru bagi pebisnis digital. Potensi pertumbuhan pasar ini menjanjikan kue ekonomi yang besar bagi para pelaku usaha di industri itu. Apalagi tayangan berbasis digital justru diminati masyarakat yang sedang membutuhkan hiburan.

Dengan jumlah pengguna internet sebanyak 174,5 juta orang, Indonesia memang pasar penting bagi para pebisnis platform digital. Sebuah portal data Statista memperkirakan pengguna siaran video on demand di Indonesia akan tumbuh sebesar 24,2 persen tahun ini. Kenaikan jumlah pelanggan itu akan mendongkrak pendapatan bisnis mereka yang diperkirakan akan mencapai US$ 327 juta. Prediksi selanjutnya, dalam lima tahun ke depan, pendapatan bisnis ini akan naik dua kali lipat. Ini tentu menjadi kabar baik buat untuk penerimaan pajak kita, bukan?

Beruntung, langkah tepat telah dilakukan pemerintah untuk memajaki sektor ini guna menambah pundi penerimaan negara melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Salah satu poinnya adalah pengenaan pajak dalam kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE).

Sebagai tahap awal penerapan pengenaan pajak dalam kegiatan PMSE ini, dikeluarkanlah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 48/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan melalui Sistem Elektronik.

Beleid yang berlaku sejak 1 Juli 2020 itu mengatur bahwa para pelaku usaha PMSE, yang terdiri dari pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, penyelenggara PMSE (PPMSE) luar negeri, dan PPMSE dalam negeri, ditunjuk untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan pajak pertambahan nilai (PPN) atas pemanfaatan barang kena pajak (BKP) tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak (JKP) dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean melalui PMSE.

Kemenkeu mencatat, hingga 23 Desember 2020 sebanyak 23 dari 28 perusahaan digital telah melakukan setoran pajak pertambahan nilai (PPN) kepada negara sebesar Rp 616 miliar. (Kompas, 23/12/2020).

Patut kita tunggu, gebrakan apalagi yang akan dilakukan Punggawa Keuangan Negara itu untuk meraih cita-cita #PajakKuatIndonesiaMaju.


Pradirwan, 25/01/2021

sumber: Tempo, Kompas, Instagram, Youtube, Pajak.go.id

Legenda Baridin Suratminah, Kisah Cinta Berujung Duka

Cover kaset Baridin (sumber: history of Cirebon)


Pradirwan - Bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya, cerita cinta Baridin dan Ratminah tentu tak asing lagi. Legenda yang dipopulerkan oleh Maestro Tarling, H. Abdul Adjib, pada tahun 1980-an itu hingga kini masih mengakar di hati masyarakat Cirebon. 

H. Abdul Adjib (sumber: history of Cirebon)

Legenda ini pertama kali saya dengar sekitar tahun 1990-an. Totalnya ada 4 kaset pita coklat yang disetel di mini compo. Semalam, tetangga saya, mang Sunadi menceritakan lagi kisah ini.

Mang Sunadi

Lakon ini berawal dari sosok pemuda bernama Baridin yang hidup miskin bersama ibunya, Mbok Wangsih. Mereka hidup dengan menjadi buruh tani.

Saat memanggul weluku (garu), sejenis alat yang digunakan petani zaman dulu untuk membajak atau mengolah tanah sawah, Baridin bertemu dengan putri cantik dari keluarga kaya bernama Suratminah (Ratminah). Pemuda miskin itu jatuh hati kepada anak semata wayang Bapak Dam.

Baridin lalu meminta ibunya melamar gadis itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Perbedaan status sosial yang mencolok membuat Mbok Wangsih ragu. Namun Baridin mengancam akan bunuh diri jika sampai ibunya tidak mau menuruti kehendaknya.

Mbok Wangsih akhirnya mendatangi rumah Bapa Dam dengan berbekal sarung kumal dan pisang sebagai barang hantaran untuk melamar Ratminah.

Ratminah dan Bapak Dam pun tegas menolak lamaran itu. Gadis cantik dan kaya mana yang mau di peristri oleh bujang lapuk, miskin, dan dekil? Begitulah gambaran penolakan Ratminah untuk diperisitri oleh Baridin.

Tak hanya penolakan yang diterima Mbok Wangsih setelah menyampaikan maksud kedatangannya. Perempuan tua itu mendapat perlakuan tak manusiawi. Ia diusir, dimaki-maki, dipukul, dan diludahi.

Mbok Wangsih tetap sabar dan legowo dengan penolakan itu. Namun, perlakuan keluarga kaya itu terhadap Mbok Wangsih membuat Baridin marah besar sekaligus merasa bersalah pada ibunya.
Hinaan itulah yang membuat Baridin sakit hati. Pemuda itu bertekad kuat untuk membalas sakit hatinya dengan cara yang menggegerkan Cirebon.

Baridin kemudian menemui sahabatnya, Gemblung. Dia sampaikan tekadnya untuk menaklukkan hati Ratminah

Baridin memilih jalan setan dengan belajar ilmu guna-guna berupa ajian Kemat Jaran Goyang, tentu dengan syarat yang tak mudah. Dia harus berpuasa mati geni selama 40 hari 40 malam tanpa makan.

Tepat di hari ke-40, benar saja, Ratminah tiba-tiba teringat pemuda yang dulu ditolaknya itu. Dari bibirnya selalu memanggil-mangil nama Baridin. Ia menjadi sangat tergila-gila kepada lelaki miskin dan dekil itu. 

Suratminah bahkan berteriak-teriak, menangis, dan memohon kepada bapaknya agar dinikahkan dengan Baridin. Suratminah gila. 

Sebagai seorang duda kaya yang hanya memiliki anak satu-satunya, Bapak Dam tidak menginginkan hal-hal buruk terjadi pada anaknya, dia lantas menuruti kehendak anaknya.

Bapak Dam dan Ratminah pergi menemui Baridin untuk menikahkan mereka berdua. Namun Baridin sudah terlanjur sakit hati atas penolakan dirinya dan hinaan pada ibunya. Pemuda itu membalas sakit hatinya dengan menolak cinta Ratminah.

Hati Ratminah pun hancur. Ia meninggal dunia. Tak berapa lama, Baridin pun meninggal. Kematian Baridin disebabkan rasa sakit hati yang mendalam ditambah rasa lapar yang menusuk karena selama 40 hari 40 malam dia tidak makan.

Sementara itu, Mbok Wangsih hari-harinya diiputi kesedihan karena kehilanggan anak semata wayang yang menafkahinya.

Demikian pula dengan Bapak Dam yang hari-harinya diliputi dengan penyesalan dan kehilangan.

Hingga pada akhirnya, kedua orang tua meninggal dengan perasaan duka yang mendalam.

Makam Baridin dan Suratminah (sumber: History of Cirebon)

Konon, Baridin dan Suratminah dimakamkan beriringan di desa Gegesik Kecamatan Jagapura Kabupaten Cirebon. (*)

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes