BREAKING NEWS
Showing posts with label Catatan Perjalanan. Show all posts
Showing posts with label Catatan Perjalanan. Show all posts

Rayuan Air Jernih Telaga Nilem

Telaga Nilem 
Pradirwan ~ Telaga Nilem berada di desa Kaduela, kecamatan Pesawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Akses memasuki lokasi Telaga Nilem masih satu arah menuju Telaga Remis, bahkan pintu masuknya masih sama. Nah, lokasi Telaga Nilem ini tak jauh dari pintu masuk.

Eksotisme Wisata Alam Glamping Lakeside Rancabali

Glamping Lakeside Rancabali, eksotisme wisata alam Parahyangan 

Pradirwan
~ Ini tentang perjalanan saya ke Glamping Lakeside Rancabali.

Tari Kecak di Pura Uluwatu

Tari Kecak di Uluwatu, Bali

Pradirwan
~ Kesempatan kedua kami ke Pura Uluwatu, Bali, bulan lalu tak kami sia-siakan. Tujuan utama kami memang ingin melihat tari tradisional khas pulau Dewata, tari Kecak. Sebuah tarian yang menceritakan kisah Ramayana.

Rama dan Shinta

Kisah dibalik e-KTP

Sunset dibelakang pesawat terbang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali,  setelah mendapat boarding pass. Sabtu, (15/04/2017)

Pradirwan - Perjalanan kami (aku, istriku, Tobari, dan Judex) di Bali menemukan akhirnya. Siang itu, kami check out dari hotel tempat kami menginap semalam. Arlojiku menunjukkan pukul 11.10 siang. Saya menelepon temanku, mas Supri. Ia berjanji akan mengantar kami ke bandara. Tak lama berselang, ia sampai depan hotel.

Catatan Sejarah Tugu Kilometer Nol Kota Bandung

Tugu kilometer nol kota Bandung 
Pradirwan - “Zorg, dat als ik terug kom hier een staad is gebouwd", ujar Daendels kepada bupati Wiranatakusumah II sambil menancapkan sebuah tongkat di sebuah lokasi hutan yang akan dilewati jalur pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos).

Naik Pesawat

Pemandangan yang ku saksikan dari dalam pesawat

Pradirwan- Tidak seperti teman-teman yang lain yang terbiasa naik pesawat, bagiku bisa melihat pemandangan awan sejajar bahkan dibawah posisiku adalah suatu anugerah. Betapa tidak, sehari-hari aku hanya bisa memandanginya dari bawah saja.

Menguak Cerita Dibalik Gua Jepang dan Gua Belanda

Menguak Cerita Dibalik Gua Jepang dan Gua Belanda 
Pradirwan - "Bang, kita jadi ke Gua Jepang dan Gua Belanda?" tanya istriku, sambil membawakan kopi hangat menghampiriku. Aku yang sedang menikmati pagi di hari libur ini, agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Sungguh aku lupa bahwa aku telah bersepakat dengannya akan berkunjung ke Gua Jepang dan Gua Belanda pagi ini.

Di Sini Tempatnya, Servis Tangki Bensin Motor di Bandung

Pak Bidin, Pengusaha Bengkel Servis Tangki Bensin Motor di Bandung


Pradirwan - Anda punya motor sport dan tangki motor anda bocor? Tak perlu bingung. Di Bandung, ada tempat khusus untuk menangani masalah tangki bocor. Lokasinya di Jalan Pajagalan depan Ruko nomor 83, seberang Kantor Kelurahan Nyengseret Kec. Astana Anyar, Bandung.

Memang bukan bengkel resmi, hanya bengkel biasa di sisi jalan. Namun, yang khusus menangani tangki motor ini, cuma ada di Jalan Pajagalan ini. Beberapa bengkel sepanjang jalan Pagarsih, Jamika, Pasir Koja, dan Astana Anyar tidak ada yang menerima servis tangki motor. Semua menyarankan untuk "beli baru".
 
Tangki bocor memang menjadi masalah klasik bagi motor sport. Berdasarkan cerita pak Bidin, tukang patri yang sudah lebih dari 20 tahun menangani tangki motor, penyebab utamanya adalah karena uap dari bensin yang tercampur air.

"Uap bensin 'kan zat kimia, ia bisa mempercepat proses karat dan mempercepat korosi", ujarnya menjelaskan sambil membersihkan tangki motor.

Proses pembersihan tangki motor ini penting untuk mengetahui lokasi bocor atau bagian yang sudah mengalami karat. Pak Bidin bisa langsung mendeteksi lokasi tangki yang bocor itu hanya dengan sentuhan tangannya. Pengalaman memang guru yang utama.

"Apabila sudah karatan, permukaan tangki menjadi tidak halus, agak kasar" ungkapnya.

Lapisan tangki yang bocor berwarna putih

Selanjutnya melakukan pembersihan bagian tersebut dengan sikat kawat, sampai lapisan cat dan dempul terkelupas sempurna serta nampak lapisan besi tangki. Kemudian dilakukan pembersihan dengan air raksa hingga bersih sempurna.

Proses pembersihan bagian dalam dari "gram"

Bila rusak parah, maka Pak Bidin menggunakan lempengan besi lagi (plat) untuk menambalnya. Mirip proses tambal ban ketika bocor. Setelah itu dilakukan proses pematrian dan penghalusan.

Gram yang berhasil dikeluarkan.

Bagian dalam tangki pun menjadi perhatian pak Bidin. Tangki yang tidak pernah dibersihkan akan menumpuk "gram"-nya. Gram adalah lapisan karat didalam tangki, biasanya tercampur dengan bensin. Gram ini bisa menyumbat saluran bensin ke mesin. Untuk membersihkannya, cukup memasukkan besi berani (magnet) ke dalam tangki, lapisan karat (gram) itupun menempel pada besi berani.

Jasa servis tangki motor ini buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB, jika ramai maka bisa sampai pukul 17.00 WIB. Tarif atas jasanya pun relatif murah. Tak heran pelanggan yang menggunakan jasanya tidak hanya dari kota Bandung dan sekitarnya saja, tapi ada juga yang dari luar kota, "Salah satu pelanggan saya bahkan ada dari Bekasi," ujarnya mengisahkan.

Pria yang berasal dari Sumedang ini, sudah sejak tahun 1962 menjadi warga Bandung. Menurut pengakuannya, hanya pak Bidin saat ini yang usahanya servis tangki motor di wilayah Astana Anyar. Satu-satunya orang yang membuka usaha serupa telah meninggal dunia beberapa waktu lalu. 

Catatan Perjalanan ke Dusun Bambu Bandung

Dusun Bambu Bandung
Catatan Perjalanan ke Dusun Bambu, Lembang

Pradirwan - Satu hal yang membuat saya memutuskan untuk hijrah dari Cirebon ke Bandung dan menjadikannya homebase selain karena Bandung tempat saya mencari rejeki adalah karena Bandung banyak sekali tempat indah yang layak dikunjungi. Salah satu tempat indah itu bernama Dusun Bambu.

Awal tahun 2013, ketika kantor saya mengadakan ICV di Situ Lembang, Dusun Bambu ini belum ada. Saya belum tahu persis kapan dibukanya, tapi informasi pertama kali tentang Dusun Bambu ini saya dapatkan sekitar awal tahun 2014. Katanya ada tempat wisata baru yang suasananya ga kalah sama floating market Lembang. Dan setelah sekian lama, tadi siang saya berkesempatan mengunjungi Dusun Bambu ini.

Dusun Bambu berlokasi di kaki Gunung Burangrang, Jl. Kolonel Masturi KM. 11, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Orang-orang terlanjur mengenal lokasi ini sebagai kawasan Lembang. Mungkin karena diatas lokasi Dusun Bambu ini ada sebuah danau yang masih sangat alami yang disebut Situ Lembang.

Akses menuju lokasi ini bila dari Cimahi langsung ke arah Lembang melalui jalan Kolonel Masturi. Begitupun sebaliknya bila dari Lembang juga melalui Jalan Kolonel Masturi. Namun bila dari Bandung, dari terminal Ledeng, belok kiri melalui Jalan Sersan Bajuri, melewati Kampung Gajah dan nanti ketemu dengan jalan kolonel Masturi, ambil arah ke Cisarua/Cimahi.
 
Penanda Lokasi Dusun Bambu, sebelum memasuki gerbang utama
Penanda Lokasi Dusun Bambu, sebelum memasuki gerbang utama

Kesan pertama melihat gerbang masuknya adem banget. Tulisan “Dusun Bambu” dengan latar potongan bambu yang tertata rapi dengan jejeran pohon bambu menambah kesan sejuk itu. Ditambah dengan udara khas pegunungan yang sejuk, makin klop deh.

Berdasarkan informasi yang saya ketahui, kabarnya pemilik Dusun Bambu ini adalah seorang pengusaha bernama Ronny Lukito, yang juga pemilik dari Kampung Daun. Beliau ini adalah pengusaha sukses dengan brand ternama seperti Eiger, Exsport dan Bodypack. Kebetulan saya dulu pernah berkunjung ke pabriknya di kawasan Kopo-Ketapang, Kab. Bandung.

Untuk memasuki lokasi ini, pengunjung dikenakan tiket sebesar Rp 10 ribu saja per orang dan biaya parkir (semacam retribusi parkir) Rp 10 ribu untuk motor dan Rp 15 ribu untuk mobil. Tiket masuk tersebut juga berlaku bagi anak berusia 3 tahun ke atas.

Setelah membayar tiket masuk dan biaya parkir di gerbang utama, saya melanjutkan perjalanan ke tempat parkir kendaraan, sekitar 500 meter dari gerbang utama. Sebelum sampai tempat parkir, pengunjung disambut oleh “tugu selamat datang” berupa susunan bambu panjang yang tingginya kira-kira 5 - 6 meter.
tugu selamat datang di dusun bambu
tugu selamat datang di dusun bambu

Tugu ini mengingatkanku pada tugu serupa yang dibangun untuk menyambut delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung bulan April lalu. Tugu bambu tersebut kini menjadi landmark baru kota Bandung, yang berada di perempatan Jl. Pajajaran – Jl. Cihampelas/Cicendo dan Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Wastu Kencana, Bandung.

Antrean di pintu masuk dusun bambu Bandung
antrian di pintu masuk

Setelah saya memarkirkan kendaraan yang lokasinya tak jauh dari tugu tersebut, saya kembali ke lokasi tugu selamat datang tersebut, lantas mengantri. Ada petugas yang akan melakukan pengecekan tiket masuk.
 
shuttel car yang disediakan pengelola dusun bambu Bandung
shuttle car

Ternyata untuk sampai ke area utama, pengunjung diantar dengan shuttle car yang dihias warna-warni. Kendaraan ini selalu stand by mengantar jemput pengunjung dari area tugu ke area utama ataupun sebaliknya. Saya berfikir wah jaraknya pasti jauh nih. Ternyata tidak lebih dari 200 meter. Namun justru hal inilah yang membuat saya terkesan.
 
Pengunjung yang tidak menggunakan shuttle car melewati pematang sawah
Pengunjung yang tidak menggunakan shuttle car melewati pematang sawah

Beberapa pengunjung yang tak sabar mengantri kendaraan tersebut lebih memilih untuk mengambil jalan pintas dengan berjalan kaki melewati pematang sawah yang memang telah disediakan juga oleh Dusun Bambu.
 
Menikmati sensasi "Lutung Kasarung"
Menikmati sensasi "Lutung Kasarung"

Suasana alam pegunungan dan nuansa sunda sangat kental di lokasi Dusun Bambu ini. Ada 3 lokasi restaurant dengan tema yang berbeda. Mata saya langsung tertuju kepada restaurant dengan bentuk yang sangat unik, bentuknya menyerupai "sarang burung raksasa". 

Nama restaurant ini Lutung Kasarung. Untuk bisa sampai di restaurant ini, pengunjung harus melalui jembatan gantung yang saling menghubungkan antara pohon yang satu dan yang lainnya, sarang yang satu dengan sarang yang lainnya.

Sayangnya antrian untuk menggunakan sarang ini cukup lama, mungkin karena akhir pekan kali ya? Saking banyaknya pengunjung yang menginginkan sensasi makan di atas pohon, di sarang burung ini. Untuk menggunakan sarang burung ini, pengunjung harus reservasi dulu dengan biaya sewa Rp 100 ribu per jam. Biaya tersebut tidak termasuk makanan loh ya. Cara yang efektif untuk mengantisipasi pengunjung yang sekedar numpang foto dan pesan minum saja.

Purbasari, restauran dengan tema saung ditepi danau
Purbasari, restauran dengan tema saung ditepi danau

Restauran yang kedua bertema saung sunda. Purbasari, nama restauran itu. Bentuknya saung-saung di pinggir danau. Di danau itu ada perahu atau sampan yang bisa disewa untuk berkeliling danau. Nama wahana ini sampan Sangkuriang. Lalu yang terakhir restauran dengan tema modern. Namanya Burangrang.
 
Burangrang Restaurant
Burangrang : restauran dengan konsep modern

Selain makanan berat yang disajikan di tiga restauran tersebut, pengunjung juga bisa mencoba jajanan tradisional di Pasar Khatulistiwa. Disini ada tahu gejrot, surabi, mie tek-tek, kerak telor dan lain-lain. Disini juga sebagai tempat menjual beragam oleh-oleh.
 
Pasar Khatulistiwa di Dusun Bambu
berburu oleh-oleh dan jajanan tradisional di Pasar Khatulistiwa

Uniknya di pasar Khatulistiwa ini, transaksi jual-beli tidak boleh menggunakan uang, melainkan harus menggunakan voucher. Jadi pengunjung harus menukarkan dulu uangnya dengan voucher di tempat pertukaran voucher. Setelah itu baru bisa dijadikan sebagai alat pembayaran. Ini mirip dengan di Floating Market Lembang, bedanya disana menggunakan koin sebagai alat pembayarannya.
 
Patung manusia
Patung manusia

Di depan pasar khatulistiwa ini ada pemandangan menarik, yaitu ada 2 orang yang bergaya mirip patung dan sekumpulan pemusik yang kesemuanya menggunakan alat musik yang terbuat dari bambu. Suara musik bambu ini terdengar ke seluruh penjuru Dusun Bambu.

Pemusik bambu memainkan alat musik yang kesemuanya terbuat dari bambu
Pemusik bambu memainkan alat musik yang kesemuanya terbuat dari bambu

Di bagian belakang pasar khatulistiwa ada sebuah taman bunga yang luas. Di sana juga ada sebuah sungai kecil yang airnya sangat jernih. Tempat ini juga menjadi area favorit untuk berfoto.
 
jembatan di atas sungai kecil
jembatan di atas sungai kecil


taman bunga dan sungai kecil di Dusun Bambu
taman bunga dan sungai kecil

Selain fasilitas yang disebutkan diatas, Dusun Bambu juga memiliki fasilitas unik lainnya. Salah satunya adalah penginapan yang bernama Kampung Layang. Penginapan ini berbentuk seperti cottage. Informasi yang saya dapat, harganya sekitar Rp 2 juta per cottage. Lumayan terjangkau mengingat 1 cottage bisa diisi 1 keluarga besar. Lokasinya dekat dengan areal persawahan tempat kami menunggu shuttle car sebelum masuk tadi.
 
kampung layang, tampak dari tempat saya masuk
kampung layang, tampak dari tempat saya masuk

Tak terasa sudah lebih dari 3 jam saya berkeliling Dusun Bambu, hari sudah semakin sore. Udara pun sudah semakin dingin, pegawai Dusun Bambu menyiapkan api unggun di depan Pasar Khatulistiwa. Saya memutuskan untuk segera pulang ke rumah.

Oh ya, bagi yang mau reservasi atau menanyakan info lebih lanjut bisa melalui telp 022-82782020. Atau silakan kunjungi situs resminya di https://dusunbambu.id/

Demikian catatan perjalanan saya ke Dusun Bambu kali ini, semoga bermanfaat...

Akhir pekan di Floating Market Lembang, Bandung

Akhir Pekan di Floating Market Lembang Bandung
Akhir Pekan di Floating Market Lembang Bandung

Pradirwan - Terinspirasi dari tulisan mas Farchan Noor Rachman tentang harapannya bisa berkunjung ke Bangkok di blog efenerr berjudul Akhir Pekan di Bangkok, saya mulai menuliskan akhir pekan saya minggu lalu (16/05/2015) di Lembang, Bandung.

Laut Pantai Selatan Pelabuhan Ratu, antara cerita dan keindahan sesungguhnya

Prasasti depan pintu masuk Inna Samudra Beach Hotel

Pradirwan - Apa yang ada dipikiran anda jika mendengar laut pantai selatan?

Pada awalnya, aku agak “ngeri-ngeri sedap” bila mendengar kata-kata laut pantai selatan. Betapa tidak? Sejak kecil aku sudah diperkenalkan cerita yang berhubungan dengan laut pantai selatan yaitu cerita Ratu Laut Pantai Selatan atau Nyi Roro Kidul.

Kisah Gedung Sate, Bandung, dulu dan kini...


www.pradirwan.tk
Gedung Sate, Bandung

Pradirwan - Kisah Gedung Sate ini dimulai ketika perjalanan kami mengitari Bandung hari minggu lalu. Maksud perjalanan kami hanyalah menghabiskan waktu bersama, setelah sepekan kami tak pernah bisa pergi bersama. Terjebak rutinitas yang itu-itu saja.

Kisah pedagang pisau dan tukang tahu gejrot di Taman Lansia Bandung

pradirwan.blogspot.com
Taman Lansia Bandung

Pradirwan - Untuk pertama kalinya, aku mengajak istriku ke Taman Lansia. Beberapa tahun lalu, taman ini masih sangat tidak terawat. Jam tanganku menunjukkan pukul 10.22 WIB, ketika kami mulai memasuki Taman Lansia, Jl. Diponegoro, Bandung. Letaknya yang bersebelahan dengan Gedung Sate, menjadikannya strategis untuk aku singgahi siang tadi.

Ada yang baru di Taman Balai Kota Bandung

Pernah main ke Taman Balai Kota Bandung? Tahun 2014 yang lalu saya sering ke Balai Kota (Balkot) Bandung. Urusan kedinasan memberikan kesempatan untuk lebih sering berkunjung kesana. Kebetulan pula karena lokasi kantor saya dekat, paling cuma 5-10 menit jalan kaki dan masih masuk wilayah kerja kantor saya, makanya saya juga sering sekedar melewati dua jalan utama yang mengapitnya (akses masuk dan keluar), yaitu Jl. Wastukencana dan Jl. Merdeka.

Taman Alun-Alun Bandung sekarang mah keren pisan...



Ingatanku kembali ke masa lalu, ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Masjid Raya Bandung, sekitar tahun 2002-2003. Waktu itu, bangunan masjid seperti yang tampak sekarang sebagian masih dalam renovasi (finishing), sedangkan Taman Alun-Alun Bandung masih dalam tahap penggalian.

Tradisi adzan pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Tradisi adzan pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon (image: news.liputan6.com)
Adzan sebagai tanda tibanya waktu sholat lazimnya dilantunkan oleh satu orang muadzin. Namun di Masjid Agung Sang Cipta Rasa keraton Kasepuhan Cirebon, adzan dilantunkan oleh 7 orang sekaligus. Itulah mengapa disebut adzan pitu (pitu = tujuh).

Nasi Jamblang, Kuliner Khas dari Cirebon

Nasi Jamblang
Nasi (sega) Jamblang


Pradirwan - Berbicara tentang kuliner yang satu ini, jadi kangen kampung halaman. Ya, kuliner yang sudah terkenal di Jawa Barat (mungkin juga sudah nasional) ini memang berasal dari kampung halamanku, Jamblang - Kabupaten Cirebon.

Jamblang yang dimaksud di sini bukanlah nama tumbuhan yang buahnya berwarna hitam mirip anggur namun memiliki rasa sepat masam (ada juga yang menyebutnya jambu keling atau duwet). Jamblang adalah nama Desa dan Kecamatan di Kab. Cirebon, Jawa Barat. 

Kalau kamu mudik lewat pantura via Palimanan dan tidak lewat tol Palikanci (Palimanan-Kanci), pasti melewati desa Jamblang ini. 
Warga Jamblang dan Cirebon menyebut kuliner ini dengan sega (nasi) Jamblang.

Sega Jamblang adalah sebutan untuk nasi putih yang dibungkus dengan daun jati dengan bermacam-macam lauk pauknya, seperti sambal goreng, sate usus, daging semur, paru goreng, blakutak (cumi tinta hitam), sate kentang, dan lain-lain. 

Saat ini sega Jamblang biasa dijajakan prasmanan. Setiap pembeli bebas mengambil nasi yang sudah terbungkus daun jati berikut lauk-pauknya yang tersimpan di dalam baskom. 

Uniknya, akan lebih nikmat dimakan secara tradisional dengan ’sendok jari’ dan alas nasi beserta lauk pauknya tetap menggunakan daun jati.

Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada nasinya, hanya nasi putih biasa yang harus didinginkan terlebih dahulu beberapa jam, baru setelah itu dibungkus dengan daun jati. 

Ukuran nasinya tidak terlalu banyak, hanya segenggaman tangan orang dewasa. Kalau dibungkus pada saat panas akan membuat nasi berubah menjadi merah. Hal itulah yang dihindari. 

Biasanya setelah nasi matang, langsung dikipas dan diangin-anginkan. Cara tradisional seperti inilah yang membuat nasi tahan lama (tidak cepat basi).

Sejarah Nasi Jamblang


Konon, awalnya sega Jamblang ini dibuat untuk para pekerja paksa di zaman Belanda. Ketika itu, para pekerja sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan.

Asal mula nasi Jamblang ini dimulai pada tahun 1847. Kala itu, pemerintah kolonial Belanda membangun pabrik gula di wilayah Gempol Palimanan, pabrik gula Plumbon, dan pabrik spiritus di Palimanan. 

Dengan dibangunnya pabrik, pasti membutuhkan banyak tenaga kerja yang berasal dari warga di wilayah kawedanan Palimanan, Plumbon, dan sekitarnya.

Para pekerja di ketiga pabrik tersebut dibutuhkan untuk perkebunan sebagai buruh lepas maupun di kawasan pabriknya itu sendiri, terutama pada bagian perbengkelan, transportasi, administrasi, dan keamanan pabrik. 

Para buruh yang berasal dari tempat yang jauh seperti Sindangjawa, Cisaat, Cimara, Cidahu, Ciniru, Bobos, dan Lokong harus berangkat pada pagi-pagi buta dari rumahnya masing-masing. 

Mereka membutuhkan sarapan, sedangkan penjual nasi pada saat itu belum ada. Hal ini karena adanya anggapan bahwa menjual nasi itu tidak boleh atau pamali. 

Ini bisa dimaklumi karena peredaran uang kala itu masih sedikit. Bahkan, orang tua dulu lebih banyak menyimpan padi atau beras ketimbang menyimpan uang. 

Mereka berpikir tidak menyimpan uang tidak apa-apa, namun apabila tidak menyimpan padi atau beras maka hidupnya bisa sengsara. Menyimpan uang lebih berisiko karena ada rasa ketakutan tidak bisa makan.

Singkat cerita, ada seseorang bernama Ki Antara atau H. Abdulatif dan istrinya Ny. Pulung atau Ny. Tan Piauw Lun yang melihat banyak buruh lepas pabrik yang mencari warung penjual nasi. Ki Antara memberanikan diri untuk memberikan sedekah beberapa bungkus nasi kepada para pekerja tersebut.

Rupanya berita kebaikan Ki Antara dan Ny. Pulung ini menyebar dari mulut ke mulut. Pada akhirnya bertambah banyaklah pekerja yang meminta sarapan pagi kepada mereka. 

Ny. Pulung selalu menolak setiap pemberian uang dari para pekerja tersebut, namun para pekerja menyadari bahwa segala sesuatu yang dapat dibeli harus dengan mengeluarkan uang. Lambat laun, mereka bersepakat hanya memberikan imbalan ala kadarnya kepada Ny. Pulung.

Kenapa nasi Jamblang menggunakan pembungkus dari daun jati?


Tekstur daun jati yang tidak mudah sobek dan rusak menjadi alasannya. Selain itu, dengan menggunakan daun jati, nasi menjadi lebih pulen dan tidak cepat basi walaupun terbungkus dalam waktu yang cukup lama. 

Tak hanya itu, para pekerja yang berasal dari berbagai wilayah di selatan Cirebon seperti Sindangjawa, Cisaat, dan sekitarnya menjadikan daun jati ini sebagai pelindung kepala di saat terik matahari. Cirebon memang dikenal dengan cuacanya yang panas, khas pantai utara Jawa. 

Inilah peran dari Ny. Pulung. Ia mencoba hal berbeda untuk membungkus makanan. Sampai sekarang, sega Jamblang selalu menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasinya. Ini pulalah yang menjadi salah satu ciri khas dari nasi Jamblang.

Jika kamu berkesempatan ke Cirebon, jangan lupa mencoba kuliner khas Cirebon yang satu ini. Dijamin maknyus. (*)

Pradirwan, 24 November 2013

*dirangkum dari berbagai sumber

Tips-tips mudik

Ga kerasa bentar lagi mudik...
Ritual tahunan yang jadi langganan buat para perantau seperti saya..
Tapi gimana caranya ya supaya mudik kita tetep sehat, aman dan yang paling penting kita selamat...
Berikut beberapa tipsnya...
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes