BREAKING NEWS

Pesan Cinta tentang Jayapura

Opick Setiawan bersama buku perdananya, Jejak Lalu.

Pradirwan - Kecintaan terhadap tanah kelahiran mungkin sudah mahfum adanya. Namun tak banyak orang yang mampu berbagi dengan menceritakannya dalam sebuah buku. Opick Setiawan adalah salah satunya. Penggalan kisah cintanya terhadap Jayapura, ia abadikan dalam buku yang bertajuk "Jejak Lalu"

***

"Mas Her, punten. Kalau berkenan, bolehkah saya minta tolong Mas Herry 'editin' naskah saya kalau sudah selesai? Mas Herry kan jago sebagai editor handal.🙏"

Itulah pesan teks yang saya terima, Jumat (17 Juli 2020) lalu, hampir tengah malam. Sang pengirim, Opick Setiawan, rupanya sudah membuat naskah dan berniat untuk menerbitkannya menjadi sebuah buku. Buku yang akan mengabadikan kisah cintanya kepada Jayapura, kota kelahirannya. 

Saya mengiyakan. Selain sebagai sarana saya belajar, mengedit naskah buku ini akan menjadi pengalaman pertama saya. Memang pengalaman saya mengedit ini masih sangat kurang. Baru segelintir teman saja yang meminta bantuan saya mengeditkan tulisan-tulisannya. Julukan 'editor handal' yang Opick sematkan terasa tak layak saya sandang saat ini. 

"Siap, Mas. Nuhun pisan. Belum rampung sih. Sedikit lagi selesai. Saya tidak pede kalau mau 'naikin' ke penerbit tetapi belum diedit," sambungnya. 

Opick menganggap begitu pentingnya peran editor. Sebagai manusia biasa, kita tidak akan pernah bisa sempurna. Jika diibaratkan, editor itu seperti amplas kayu yang membuat karya kita lebih sempurna.

Dalam pembuatan buku foto atau pameran misalnya, seorang fotografer butuh peran kurator. Begitu pula di bidang perfilman, seorang sutradara butuh editor film. 

Apalagi bagi seorang penulis. Setiap tulisan yang dipublikasikan ke media, baik cetak atau online, selalu ada peran editor. Ada redaktur atau pemimpin redaksi yang memeriksa setiap tulisan yang diterima, lalu mengeditnya sehingga menjadi layak tayang.

"Menurut mas Her, lebih baik judulnya "Jejak Lalu" atau "Jejak Kaki" yang lebih bagus? Atau ada ide lain?" tanya Opick.

"Jejak Lalu," jawab saya singkat. 

Beberapa jam kemudian, naskah buku itupun dikirim.

***

Layaknya kisah cinta, Jejak Lalu berisi kekaguman, kenangan, juga rindu seseorang kepada yang dia kasihi. Sebagaimana yang Opick tulis dalam status media sosialnya:

"Kepada hati yang sering dihantam rindu akan tanah lahir nan jauh, semoga kita bisa terelak dari rasa yang hanya bisa tersimpan, kenangan yang sebatas dilamunkan, dan kisah yang terpenjara hening. Menyelami masa lalu yang hanya bisa dinikmati sendiri.⁣"

Kesan mendalam inilah yang menguatkan saya mengedit naskah buku 148 halaman itu dalam tempo sesingkat-singkatnya. Di samping karena gaya bahasanya yang 'nyastra', satu hal yang saya suka, buku ini sudah 'siap panen'. Tak banyak yang saya ubah. Hanya beberapa salah ketik (typo), tanda baca, dan sedikit variasi diksi agar lebih 'nendang'. Konsep buku itupun selesai seminggu kemudian. 

Beberapa hari berikutnya, pre order buku ini pun muncul di linimasa. Saya bersyukur melihat antusias followers Opick dalam menyambut kehadiran buku perdananya ini. Dalam satu bulan, sudah ratusan buku yang dia kirimkan. Beberapa testimoni pembacapun bermunculan. 

Sebut saja salah satunya dari Edmalia Rohmani. Kendati tak punya kedekatan atau kenal secara langsung, penulis artikel pajak dan pegiat sastra Kemenkeu itu menyebutkan, membaca karya Opick Setiawan ini seperti membawanya terlempar ke Jayapura, sebuah kota nan elok nun di timur Indonesia. 

"Buku ini layaknya mesin waktu yang memerangkap kenangan sang penulis, yang sengaja membungkusnya dengan untaian kata puitis sebelum rela melepasnya ke mesin cetak, untuk dititipkan pada benak pembaca," tulis kontributor Intax (majalah internal DJP) itu di akun pribadinya, @edmaliarohmani.

Menurut wanita yang akrab disapa Lia itu, "Jejak Lalu" berhasil membawanya terhanyut membayangkan suasana Bukit Teletubbies, Pantai Base-G, Bukit Pemancar Polimak, atau sekadar tergelak-gelak mendengar mop yang membudaya. 

Ia menduga, pun saya sepakat dengannya, bahwa bagi Opick, "Jayapura tidak pernah benar-benar berhasil ditinggalkan meski berlembar-lembar kisahnya diikat dengan tinta."

Pria yang lahir di daerah Angkasa, Jayapura, 36 tahun lalu itu pun mengakuinya. Jayapura baginya memang menyimpan segala bahagia. Perasaan itu tak pernah lekang meski sejak 2014 lalu Opick telah menetap di Bandung, Jawa Barat.

"Sejak meninggalkan kota ini bertahun-tahun silam dan 'hijrah' ke kota Bandung, saya meyakini perasaan ini pun tidak akan berhenti sampai di sini. Hingga benar adanya, hati ini selalu tertinggal untuk merindu," ungkapnya. 

Tak melulu rasa senang yang tertanam dalam ingatannya. Ujian hidup dan kegagalan semasa di Jayapura pun tak luput ia ungkapkan. 

"Hidup memang terkadang membingungkan. Ada kalanya dia membuat kita selayak raja. Berada di atas awan, tercapai segala harap dan ingin. Namun terkadang juga dia membuat kita jatuh tersungkur. Sedalam-dalamnya, serendah-rendahnya, pada nestapa. Hari ini kita disanjung, esok bisa jadi kita dijatuhkan. Iya, hidup memang sangat mudah menampar kita, hingga kita terseok, tertatih, lalu akhirnya menyerah dan berubah arah. Ironi yang tidak dibuat-buat. Mengingatkan bahwa kita sebagai manusia hanya semata yang lemah."

Dari berbagai kisah tak mengenakkan itu, ia mengambil pelajaran. Opick berhasil menganggapnya biasa-biasa saja. 

"Kegelisahan ini entah akan selalu ada. Manusiawi bila hidup terasa melelahkan. Dan tidak mengapa untuk merasa tidak baik-baik saja. Sebijaknya kita harus bertanya pada hati dan diri. Sudah sepatutnya kita banyak merenung. Bisa jadi sujud kita tidak sebanyak pinta kita. Atau pula syukur kita tidak sebanyak sabar kita."

Dengan berbagai nasihat dan kesan mendalam itulah, rekan sejawat saya di bidang P2humas Kanwil DJP Jawa Barat I itu ingin menyampaikan kepada para pembacanya, inilah pesan cintanya tentang Jayapura. 

Jadi, sudah siapkah kita menempuh perjalanan menuju Jejak Lalu


Tabik.

Pradirwan
Bandung, 12 September 2020

***
Jejak Lalu, Opick Setiawan (2020)


Judul buku: Jejak Lalu
Penulis: Opick Setiawan
ISBN: 978-623-6565-75-9
Ukuran: 14x20 cm
Jumlah halaman: 148 halaman
Penerbit: Haura Publishing, Sukabumi
Cetakan pertama: Agustus 2020

***

Untuk pemesanan buku (PO) silakan mengisi tautan berikut https://tinyurl.com/JejakLalu atau menghubungi via WA ke nomor 081910107065


Jabar I Gandeng Tax Center Sebarkan Info Pajak

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor memberi sambutan via telekonferensi

Pradirwan
- Kanwil DJP Jawa Barat I menggelar Forum Tax Center 2020 melalui telekonferensi di Gedung Keuangan Negara Bandung (Kamis, 27/8). Kepala Kanwi DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor dalam sambutannya mengatakan, Forum Tax Center merupakan sarana komunikasi antara Tax Center terkait dengan DJP untuk mendukung peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.

“Forum Tax Center ini tentu selain silaturahmi juga sebagai upaya sinergi antara Kanwil DJP Jawa Barat I dengan seluruh Tax Center di wilayah kerja kami. Di tengah situasi  pandemi Covid-19  dan pelemahan ekonomi global maupun nasional, tentu kita tidak boleh lelah untuk terus bersama-sama mengajak semua unsur masyarakat  berkontribusi pada negeri ini,” ungkap Neil.

Pemerintah telah menetapkan anggaran penanganan pandemi virus corona (Covid-19) dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp695,2 triliun. Kebutuhan dana yang besar ini tentu harus didukung dengan penerimaan negara yang optimal. “Oleh karena itu forum ini adalah momentum yang tepat untuk bekerja sama dan bergotong royong demi negeri ini,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, Neil juga mengatakan bahwa ke depan DJP berharap agar sinergi dan kerja sama tentang penelitian potensi perpajakan berbasis wilayah bisa dimulai. "Sebagaimana diketahui, untuk meningkatkan efektivitas kinerja pengawasan serta penggalian potensi pajak, DJP melakukan perubahan tugas dan fungsi KPP Pratama. Arah perubahan yang menjadi bagian dari strategi pendekatan berbasis kewilayahan ini berlaku mulai 1 Maret 2020 lalu," jelas Neil.

Lebih lanjut Neil berharap, meskipun saat ini sedang dilanda pandemi, Tax Center tetap aktif menjadi mitra DJP dalam menyampaikan info perpajakan kepada masyarakat. "Terlebih saat ini banyak kebijakan baru terkait stimulus fiskal. Kami telah menyediakan berbagai kanal layanan informasi. Yang terbaru, kami meluncurkan Podcast 'Ngajak' atau Ngawangkong Pajak di Youtube kami untuk lebih memudahkan masyarakat memahami pajak," terang Neil.

Neil mengaku terbantu dengan adanya Tax Center yang ikut menyebarluaskan informasi perpajakan kepada masyarakat. “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan Tax Center selama ini. Mudah-mudahan kerja sama ini bisa terus kita tingkatkan,” ungkapnya.

Kepala Bidang P2Humas Kanwil DJP Jawa Barat I Reny Ravaldini

Kepala Bidang P2Humas Kanwil DJP Jawa Barat I Reny Ravaldini mengatakan Forum Tax Center tahun 2020 kali ini mengambil tema "Sinergi di Tengah Pandemi, Bersama Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak". Dengan semangat kebersamaan di tengah pandemi Covid-19, Reny berharap seluruh Tax Center agar merenungkan kembali tujuan awal pendirian Tax Center di masing-masing Perguruan Tinggi.

“Untuk lebih menggugah semangat dan kepedulian Tax Center, tahun ini kami juga mengadakan penulisan artikel perpajakan dengan tema "Peran Tax Center dalam Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”. Terima kasih kepada seluruh perwakilan Tax Center yang telah mengirimkan karyanya,” ungkapnya.

Kanwil DJP Jawa Barat I saat ini telah bekerja sama dengan 16 Tax Center. Sebanyak 12 di antaranya berada di Kota Bandung dan 4 Tax Center lainnya berada di luar Bandung. Dalam forum ini pula Kepala Seksi Kerja Sama dan Humas Kanwil DJP Jawa Barat I Sintayawati Wisnigraha menyampaikan evaluasi program kerja Tax Center dan mengumumkan pemenang lomba penulisan artikel.

Kepala Seksi Kerja Sama dan Humas Kanwil DJP Jawa Barat I Sintayawati Wisnigraha

Artikel dengan judul “Tax Center Sebagai Sarana Pendukung dalam Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak” karya Riauli Susilawaty Hutapea dari Tax Center Politeknik Negeri Bandung berhasil menjuarai lomba ini.

Selanjutnya, artikel berjudul “Peran Tax Center dan Implementasinya dalam Perpajakan” karya Dedy Suryadi dari STIEB Perdana Mandiri Purwakarta sebagai juara kedua dan artikel “Tax Center: Gerbang Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak” karya Lina Said dari Tax Center STIE Ekuitas Bandung menjadi juara ketiga. (HP)

sumber: pajak.go.id

Menulis, Mengingat, Melupakan

 

Pradirwan sesi berbagi menulis kpp cibeunying

"Momen apa yang paling membahagiakan Anda dalam seminggu ini?"

Jawabannya tentu saja akan beragam. Bisa momen pernikahan, kelulusan, peluncuran buku, pertemuan dengan kawan lama, dan lain-lain. Semua jawaban itu tergantung dari tingkatan kesan yang diingat oleh otak masing-masing. 

Konon, otak manusia didesain untuk melupakan hal-hal yang dianggap tidak relevan dengan masa kini. Sepanjang sejarahnya, manusia akan mengingat hal yang benar-benar penting dan akan melupakan sisanya. 

Ini karena ingatan manusia terus-menerus direkonstruksi. Ingatan tidak disimpan dalam kondisi murni, tetapi diubah seiring berjalannya waktu untuk membantu mengatasi kondisi disonansi kognitif.

Misalnya, saat pegawai menerima SK mutasi, ada perasaan tidak nyaman yang terjadi. Namun, ketika sudah mengalami, mengenal kantor baru, dan beradaptasi, pegawai tersebut akan mengabaikan konflik batin yang terjadi di masa lalu itu. Bahkan dia bersyukur telah memperoleh SK mutasi itu. 

Melupakan juga membantu manusia untuk fokus pada masalah yang terjadi saat ini dan merencanakan masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang terlalu terikat pada masa lalu, akan merasa sulit untuk hidup dan menjalani di masa kini. 

Kita tidak akan mungkin menyimpan setiap kejadian keseharian. Melupakan, akan menciptakan ruang untuk sesuatu yang baru dan memungkinkan orang melampaui apa yang sudah mereka ketahui.

Karena manusia selalu banyak lupa, kita belajar bagaimana menjaga hal-hal yang benar-benar penting. 

Pradirwan sesi berbagi menulis kpp cibeunying

Lalu bagaimana caranya agar tidak lupa? Kita bisa memulainya dengan menulis, menyimpan foto, atau merekam video setiap momen yang kita anggap penting atau mencerahkan. 

Hal-hal itulah yang saya lakukan. Sejak 5 tahunan lalu, saya mulai belajar menulis. Merekam momen penting untuk saya arsipkan dalam blog, atau mengunggahnya menjadi status media sosial. 

Kebiasaan ini berlangsung hingga sekarang. Kebiasaan yang membuat saya belajar berbagai hal dan menghubungkan dengan banyak orang. 

Maka, ketika saya diminta untuk berbagi pengalaman oleh KPP Pratama Bandung Cibeunying, Selasa (18/8), saya senang. Ini adalah kesempatan langka yang tak bisa saya sia-siakan.

Pradirwan sesi berbagi menulis kpp cibeunying

Dalam kesempatan tersebut, saya menyampaikan cara berkomunikasi lewat tulisan. Komunikasi yang efektif bisa dicapai lewat sebuah tulisan. Bagaimana caranya? Penulis Barbara Tuchman mengatakan, “Tidak ada yang lebih memuaskan daripada menulis kalimat yang baik."

Selama ini saya belajar membuat tulisan yang baik, yaitu tulisan yang mudah dipahami, mengalir, enak dibaca, dan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan isi dan kebenarannya. Bahkan, tulisan yang baik seringkali mampu membawa emosi para pembacanya, sehingga mereka benar-benar menghayati saat membaca tulisan tersebut.

Dari semua tulisan, saya mendapati tiga permasalahan: ide/topik, amunisi, dan latihan.

1. Ide/topik tulisan bisa apa saja, tetapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial. Tulisan yang baik ketika penulisnya bisa menyajikan dengan sudut pandang yang berbeda, belum terpikirkan oleh pembaca, atau ada gagasan baru yang ia sampaikan. 

2. Penulis yang baik membutuhkan "amunisi" untuk menulis.

Amunisi menulis ini bisa diperoleh melalui tiga hal:

a. Banyak membaca buku. 

Tulisan baik seringkali dihasilkan dari referensi-referensi buku/bahan bacaan yang baik. Dari sumber bacaan itu, kita perlu untuk menganalisis kelebihan-kelebihan tulisan tersebut. Kita perlu tahu di mana titik kekuatannya dan di mana titik kelemahannya. 

"Satu paragraf yang kamu tulis setara dengan satu buku yang harus kamu baca."

Kutipan ini semakin menegaskan betapa pentingnya banyak membaca referensi (buku). Tanpa membaca, tidak akan bisa menjadi penulis.

Dengan membiasakan membaca buku terbaik, kita bisa terdorong untuk menghasilkan tulisan yang terbaik juga.

b. Banyak melakukan perjalanan. 

Bila terus dalam rutinitas, rasa jemu kerap terasa. Saat itulah perlu waktu jeda istirahat. Aktivitas traveling dianggap perlu, karena dapat menikmati suasana baru meski sejenak.

Traveling kerap membuka peluang seseorang menemukan hal baru dalam sebuah perjalanan. Kadang, hal-hal baru dan mengesankan yang tak terduga bisa dirasakan saat dalam perjalanan. 

Berbagai pengalaman saat melakukan perjalanan itu bisa menjadi amunisi untuk menulis. 

c. Bertemu dengan orang-orang bijak. 

Mendapatkan amunisi menulis tak hanya dari pengalaman penulisnya sendiri. Bisa juga dari pengalaman orang lain. Caranya, ajak mereka bercerita tentang pengalaman hidupnya. 

Misalnya, jika ada tukang bakso yang sudah puluhan tahun berjualan bakso. Cerita pengalaman berjualan bakso yang dia sampaikan akan menjadi amunisi di kepala. 

3. Kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, menyelesaikan lebih gampang lagi. 

Banyak yang bilang membuat kalimat pertama itu sulit. Padahal, kalimat pertama itu mudah. Tulis saja yang terlintas di kepala. Keluarkan semuanya. Setelah selesai, baru lakukan penyuntingan. Kalimat-kalimat yang tidak dibutuhkan bisa dibuang. 

Konon manusia modern itu menulis minimal 1000 kata per hari dalam berbagai platform (mulai whatsapp, status dan komentar di media sosial, dan lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kita sudah terbiasa dengan menulis. 

Biasakan menulis dengan baik 1000 kata per hari. Semakin sering menulis, akan menjadi kebiasaan. Gaya tulisan pun akan terbentuk dengan sendirinya. 

Jika sudah mentok, tulis saja kata "tamat". 

Saya masih belajar agar setiap tulisan-tulisan saya dapat menjadi lebih baik setiap harinya.

Saya percaya, tidak ada yang disebut ahli kecuali ia rajin belajar dan terus berlatih. 

Mari, mulailah menulis sejak saat ini!


Pradirwan

Bandung, 20 Agustus 2020

Tingkatkan Kesadaran, DJP Lirik Potensi Situs Pajak

DJP Gelar Lokakarya Kehumasan 2020

Redaktur majalah dan koran tempo Retno Sulistyowati dan redaktur pelaksana gatra.com Rohmat Haryadi menjadi narasumber lokakarya kontributor konten situs pajak secara daring (Rabu, 05/08)

Pradirwan - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menggelar Lokakarya Kontributor Konten Situs pajak.go.id secara daring di Jakarta, (Rabu, 05/08). 

"Lokakarya ini bertujuan untuk melatih para kontributor konten dalam meningkatkan kapasitas menulis konten-konten kehumasan yang substansial," ujar Kasubdit Humas DJP,  Ani Natalia saat membuka acara.

Wanita yang akrab disapa Kak Ani itu mengatakan, terdapat 10,47 juta Wajib Pajak (WP) orang pribadi yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun 2019. 

"Jika dibandingkan dengan angkatan kerja yang berjumlah 137,91 juta jiwa, jumlah orang pribadi yang sadar pajak ini sekitar 7,6%. Persentase ini semakin kecil jika dibandingkan dengan 185,22 juta jiwa penduduk usia produktif, menjadi sekitar 5,7% saja," ungkap Ani.

Oleh karena itu, menurut Ani, dibutuhkan upaya bersama untuk menyadarkan 92,4% angkatan kerja atau 94,3% penduduk usia produktif lainnya itu. Salah satu upaya tersebut dengan memperbanyak konten kehumasan di situs DJP. 

"Konten yang bisa meningkatkan kesadaran pajak adalah konten-konten yang secara jurnalistik bernilai substantif dan bukan seremonial," tutur Ani.

Untuk itu, pihaknya berupaya agar situs pajak itu berisi informasi-informasi yang akurat, up to date, gampang diakses, dan berguna bagi publik dalam mendapatkan informasi perpajakan yang mereka butuhkan. 

"Situs ini harus menjadi rujukan bagi publik untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, dan aturan terkait perpajakan," jelasnya.

Ani menambahkan, sebagai institusi pengumpul pendapatan negara, tantangan yang dihadapi DJP cukup berat. Namun ia tetap optimis, dengan semangat gotong-royong, tantangan itu bisa dilalui. 

"Tidak mungkin kami bekerja sendirian. Salah satu kekuatan DJP adalah memiliki jumlah pegawai yang berjumlah besar dan kemampuan mereka di atas rata-rata," ungkapnya.

Potensi yang besar itu bisa dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat. "Kita akan memperbanyak konten edukasi (how to). Karena ini tugas kita bersama, mari bergandengan tangan. Bersama-sama membuat konten-konten yang substantif untuk Saudara-saudara kita yang masih belum sadar pajak," pungkasnya.

Dalam kesempatan ini, Ani juga mengumumkan Pemenang Kontributor Terbaik Situs Web DJP tahun 2020.

Tiga pemenang Kategori Kontributor Artikel Opini Terbaik diraih oleh:

1.    Apri Prayoga Arrfah, KPP Pratama Badung Selatan, dengan judul "Bayar Mahal melalui Stimulus Fiskal: Indonesia dan Dunia";

2.    Sri Lestari Pujiastuti, KPP Pratama Jakarta Kalideres, dengan judul "Menuju Kenormalan Baru Pelayanan Pajak"; dan

3.    Endah Sitarasmi, Direktorat Data dan Informasi Perpajakan, dengan judul "Ekonomi Melambat Dividen Segera Bebas Pajak".

Sementara lima pemenang Kategori Kontributor Berita dan Flash Photo terbaik diraih oleh:

1. Sri Rahayu Murtiningsih, (Kanwil DJP Kalimantan Barat);

2. Herry Prapto (Kanwil DJP Jawa Barat I);

3. Vanny Alviyana (KPP Pratama Singkawang);

4. Satrio Ramadhan (Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara); dan

5. Otniel Adityo Setyawan (KPP Pratama Bontang)

Pelatihan yang diikuti lebih dari 700-an peserta ini menghadirkan dua narasumber eksternal DJP yaitu redaktur majalah dan koran tempo Retno Sulistyowati dan redaktur pelaksana gatra.com Rohmat Haryadi. Sedangkan dari internal DJP menghadirkan Kasi Pengelolaan Situs DJP Riza Almanfaluthi dan timnya yaitu Arif Miftahur Rozaq, Arief Kuswanadji, Natadea Aprina, dan Nanang Priyadi. (HP)

sumber: pajak.go.id

Tempat Pemusatan PPN

 

Bincang Pajak PRFM Bandung tentang Tempat Pemusatan PPN (Jumat, 14/08/2020)
Bincang Pajak PRFM Bandung tentang Tempat Pemusatan PPN (Jumat, 14/08/2020)

Pradirwan - Setiap pengusaha tentu saja menginginkan usahanya maju dan berkembang. Salah satu caranya dengan melakukan ekspansi bisnis dengan membuka cabang baru di daerah lain. Selain mengembangkan bisnis, membuka cabang baru juga dapat meningkatkan pendapatan bisnis.

Pilihan untuk memiliki cabang usaha biasanya dilakukan ketika pusat usaha yang berjalan dinyatakan stabil atau terus bergerak maju, sehingga pembukaan cabang di tempat-tempat atau daerah lain menjadi solusi yang ditempuh.

Namun penting juga bagi para pengusaha untuk memahami lebih jelas penerapan pajak atas perusahaan cabang ketika proses perluasan usaha dilakukan.

Baca juga: NPWP Cabang dan Kewajiban Perpajakannya

Pada prinsipnya, mengacu pada Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang KUP menyatakan bahwa Wajib Pajak diharuskan mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya sesuai dengan tempat kegiatan usaha atau kantor dilakukan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pendirian cabang usaha di wilayah lain akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) cabang. Dengan kata lain, apabila Wajib Pajak ingin membangun cabang usaha di tempat atau wilayah lain, maka Wajib Pajak harus mengurus perpajakan di KPP yang sesuai dengan tempat cabang usaha didirikan agar mendapat NPWP Cabang.

Baca juga: Kartu NPWP Belum Sampai, Rusak, atau Hilang? Ini Solusinya 

Selain membuat NPWP Cabang, kewajiban terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pun otomatis mengikuti. Maksudnya, setiap cabang usaha yang memenuhi kriteria sebagai pemungut PPN wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). 

Meskipun satu perusahaan, transaksi antara pusat dan cabang, atau transaksi antar cabang juga wajib memungut PPN atas setiap penyerahan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan setiap perusahaan tersebut.

Baca juga:  Kontrak Kemanfaatan Epicurus dalam RUU KUP

Nah, untuk memberikan kepastian hukum dan kemudahan administrasi, DJP menerbitkan kebijakan terbaru terkait tempat pemusatan PPN, melalui Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-11/PJ/2020.

Ketentuan ini menyebutkan, bagi PKP yang memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang tetapi belum melakukan pemusatan PPN, dapat memilih satu tempat atau lebih sebagai tempat pemusatan PPN terutang.

Bagaimana caranya? 

Cukup menyampaikan pemberitahuan ke DJP secara elektronik melalui situs web www.pajak.go.id atau secara tertulis ke Kepala Kanwil DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat pemusatan PKP tersebut. Misalnya, jika tempat PKP yang akan menjadi tempat pemusatan PPN itu terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas, maka surat pemberitahuannya disampaikan ke Kanwil DJP Jawa Barat I. 

(Ketentuan selengkapnya dapat dilihat di PER-11/PJ/2020 tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN) 

Tema "Tempat Pemusatan PPN" inilah yang menjadi topik pembahasan dalam acara Bincang Pajak di radio PRFM Bandung, Jumat (14/8).

Acara yang disiarkan langsung sejak pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00 WIB ini menghadirkan Kepala Seksi Waskon I, Ary Hermayadi dan Account Representative, Tambos Siahaan dari KPP Pratama Bandung Cicadas sebagai narasumber.

Kalau Kawan Pajak masih bingung, ada yang perlu ditanyakan, mau konsultasi, bagaimana caranya?

Cek dulu website pajak.go.id. Coba baca-baca dulu tata caranya di sana. Bisa juga tekan tombol chat di website itu jika ingin konsultasi terkait pajak. Kalau masih belum jelas juga bisa menghubungi akun media sosial masing-masing Kantor Pajak. Misalnya KPP Pratama Bandung Cicadas bisa menghubungi @pajakcicadas atau ke akun @pajakjabar1. 

Baca juga: Daftar Kontak KPP di Kanwil DJP Jabar I

Nah, sedikit rangkuman ini semoga berguna. Jangan lupa daftar, hitung, bayar, dan lapor pajaknya ya. Karena #PajakKuatIndonesiaMaju.

source: Kanwil DJP Jawa Barat I

Berburu Hikmah dari Kumpulan Kisah

Bedah buku Hari Pajak Vol. 2 Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini

Pradirwan - Setiap manusia punya kisah dan di balik setiap kisahnya terselip hikmah. Kesimpulan  ini saya yakini hingga sekarang.

Kesimpulan itu semakin menguat tatkala Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menggelar acara Bedah Buku volume kedua yang dipandu Dhimas Wisnu Mahendra di Gedung Mar'ie Muhammad, Kantor Pusat DJP, Jakarta (Kamis, 09/07).

Acara yang digelar secara daring melalui aplikasi konferensi video dan disiarkan langsung melalui kanal youtube @ditjenpajakri itu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Pajak 2020.

"Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini" menceritakan kisah betapa mahalnya biaya yang muncul setelah kematian seorang anggota keluarga. Terlebih bagi keluarga Enyak yang kurang mampu.

Cerita bermula ketika Engkong, bapaknya Enyak, yang berusia seratus tahun lebih meninggal dunia. Enyak dan keempat saudara lainnya harus menanggung semua biaya yang timbul dari pengurusan jenazah, termasuk "biaya adat" di kampung tersebut. Tak jarang, biaya-biaya itu menjadi beban bagi yang masih hidup, terlebih bagi keluarga yang tidak mampu seperti keluarga Enyak.

Persoalan ini yang diangkat Kepala Seksi Pengelolaan Situs (www.pajak.go.id) Direktorat P2Humas DJP, Riza Almanfaluthi dalam salah satu artikelnya yang berjudul "Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini". Judul artikel ini pun dipilih menjadi judul buku kedua Riza.

Buku setebal hampir 200 halaman ini merupakan kumpulan kisah inspiratif penuh hikmah. Dengan gaya bertutur yang sederhana dan renyah, menjadikan buku ini lebih mudah dipahami.

Membaca buku bersampul putih ini membawa saya ke masa-masa sekolah menengah. Kala itu, persediaan buku bacaan yang murah (bahkan gratis) hanya tersedia di perpustakaan. Itulah satu-satunya opsi yang bisa saya pilih demi memuaskan hasrat membaca. Di perpustakaan inilah saya membaca buku "Chicken Soup for The Soul".

Jika pada era 90-an saya menggemari buku karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen itu, maka buku yang terbit pada bulan Februari 2020 lalu ini bagi saya seperti edisi "Chicken Soup for The Soul" selanjutnya.

Betapa tidak, setiap tulisan di dalam buku terbitan Maghza Pustaka ini dapat mengilhami orang lain. Buku ini sukses memberikan kebahagiaan bagi siapa pun yang membacanya. Saya sendiri menjadi termotivasi dan memiliki semangat dalam menjalani kehidupan lebih baik.

Sebut saja tulisan yang berjudul "Mel" dan "Pemburu Dollar" dengan latar belakang cerita nyata dari penulis yang telah mengalaminya sendiri. Tak banyak yang mengetahui, jika dulu Riza kecil pernah "mengasong" di dalam gerbong kereta api.

Mel dalam kisah Riza adalah uang yang dikumpulkan dari pedagang untuk membeli beberapa bungkus rokok agar ia dan pedagang lainnya diizinkan masinis berjualan di dalam gerbong. Dalam bahasa sehari-hari biasa disebut "uang tanda terima kasih" atau "uang rokok".

Berbekal beberapa bungkus rokok yang digantungkan di patahan ranting pohon, masinis akan menghentikan laju kereta api jarak jauh ratusan meter sebelum stasiun Jatibarang, Indramayu. Dengan cara ini, para pedagang bisa naik gerbong dan akan memiliki peluang menaikkan omzet berkali-kali lipat.

Apa yang dilakukan para pedagang itu sejatinya adalah suap. Satu hal yang membudaya dan dianggap lumrah bagi sebagian orang pada puluhan tahun silam. Budaya "tak sehat" yang pernah melanda negeri ini, termasuk di DJP.

Riza berhasil menyampaikan pesan bahwa kebiasaan memberi dan menerima mel itu setali tiga uang dengan perilaku korupsi. Virus ganas yang kita sepakati sebagai musuh bersama.

Ia meyakinkan pembaca melalui tulisannya itu, bahwa DJP telah berbenah, mereformasi diri menjadi sebuah institusi yang antikorupsi.

DJP telah membuktikan diri dengan menjadi pilot project di Kementerian Keuangan bahwa sebuah kultur yang bobrok sekalipun bisa diubah dengan membuat sistem yang baik untuk menghilangkan mel dari setiap level pelayanan yang diberikan. Tak heran, "Mel" menjadi juara pertama lomba penulisan artikel yang diselenggarakan DJP pada tahun 2012.

Ada juga tulisan yang terinspirasi dari bacaan atau cerita dari teman penulis. Kisah "Mengapa Sang Maestro Penari Pergi?", "Pak Pardi yang Katolik", dan "Karena Gengsi dan Kehormatan" menjadi tiga tulisan favorit saya.

Bukan berarti tulisan lain tidak menarik atau tidak bagus. Hanya saja, kisah dalam tiga judul itu rasa-rasanya dekat sekali dengan kehidupan pribadi saya. Saya seperti pernah mengalaminya.

Kalimat-kalimat penulis yang mengalir dan lugas berhasil mengubah sudut pandang saya--dan mungkin pembaca lainnya--dalam memandang persoalan hidup.

Ini juga yang menjadi motivasi saya untuk berbagi banyak hal melalui tulisan. Sesederhana apa pun. Karena apa yang biasa saja (tak bernilai) menurut kita, bisa jadi itu hal yang sangat berarti (bernilai) bagi orang lain.

Tema Hari Pajak 2020 adalah "Bangkit Bersama Pajak dengan Semangat Gotong Royong". Semangat berbagi hikmah melalui tulisan dalam buku yang sudah memasuki cetakan kelima ini seharusnya bisa menginspirasi. Bahwa membayar pajak adalah wujud lain dari berbagi. Pun bisa dimaknai bahwa membayar pajak adalah bentuk gotong royong masyarakat dalam membangun negeri.

Mengutip Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi dalam pengantar buku ini, "Buku karya Riza Almanfaluthi ini adalah katalog dari begitu banyak hikmah dalam hidup manusia," begitulah seharusnya kita memaknai buku Riza Almanfaluthi, "Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini".

Tabik.


*Artikel ini saya tulis untuk www.pajak.go.id dan telah ditayangkan di situs DJP tersebut sejak tanggal 13 Juli 2020

Kisah Guru Inspiratif

Guru inspiratif


Pradirwan - Saya sangat senang ketika saya mulai dapat mengenal huruf dan mengejanya menjadi sebuah kata. Kala itu, saya belum masuk Sekolah Dasar (SD). Bagi saya, itu adalah sebuah prestasi. 

Saat itu (seingat saya), rata-rata anak seusia saya mulai belajar membaca saat kelas 1 SD. Jika direnungkan, betapa beratnya amanah guru SD, terutama yang mengajar kelas 1. Mereka harus bisa mengajari murid yang belum bisa membaca sama sekali. 

Ketidaktersediaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa saya mungkin menjadi penyebabnya. 

Faktor lainnya, banyak orang tua yang menyerahkan pelajaran membaca ini hanya kepada guru SD. Jarang sekali saya melihat orang tua yang mengajari anaknya membaca saat di rumah. 

Saya beruntung termasuk yang jarang itu. Bapak saya seorang guru SD. Beliaulah yang rutin mengajari saya membaca. Sejak saat itu, saya pun menjadi rajin membaca.

Kenapa membaca ini penting? 

Dalam sejarah turunnya Alquran, Allah memberi wahyu pertama kepada Nabi Muhammad berupa perintah membaca. Karena dengan membaca, kita dapat mengetahui perintah dan larangan Allah. Jadi manusia bukanlah dicipta begitu saja di dunia, namun ia juga diperintah dan dilarang. 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Banyak membaca buku akan menambah pengetahuan kita. Kegiatan ini merupakan suatu cara efektif untuk membuka jendela tersebut agar kita bisa mengetahui lebih jauh tentang dunia yang belum kita ketahui sebelumnya.

Selain itu, dengan banyak membaca buku, kita akan mampu membedakan mana yang baik untuk kita ikuti dan mana yang tidak semestinya kita jalani. Itulah urgensi membaca. Maka bacalah, bacalah, bacalah!

Guru dan Literasi

Kebiasaan membaca buku yang saya lakukan selama ini menghantarkan saya kepada buku berjudul "Guru Inspiratif, Keteladanan Guru Adalah Inspirasi"

Buku ini merupakan antologi kisah inspiratif dari para guru. Mereka adalah pemenang lomba kisah inspiratif bagi guru yang diselenggarakan dalam rangka milad @JoeraganArtikel, sebuah agensi naskah sekaligus pusat pelatihan kepenulisan. 

Sependek pengetahuan saya, tidak banyak guru yang berani menulis dan memublikasikannya. Maka, ketika pertama kali membaca buku ini, saya bersyukur. Ternyata anggapan saya selama ini salah. Banyak juga guru yang berani menulis dan mempublikasikannya. 

Kita semua tentu sepakat, bahwa profesi guru adalah sosok teladan bagi murid-muridnya. Seorang guru yang mencintai literasi, akan membuat anak didiknya mencintai literasi. Berbekal itu, membaca dan menulis tentu tidak akan dianggap beban lagi, justru aktivitas itu akan menjadi kegiatan yang menyenangkan. 

Ada 10 (sepuluh) kisah dalam buku ini yang membawa saya ke pengetahuan baru tentang kegiatan belajar mengajar serta suka duka menjadi seorang guru.

Bagaimana menjadi guru yang disukai tak hanya oleh muridnya? Bahkan disukai oleh para orang tua murid seperti yang dikisahkan Rury Rubianti, atau kisah pak Juanda, penjaga sekolah yang sempat mengajar, yang diabadikan Evalina? 

Delapan kisah lainnya tak kalah menginspirasi. Mereka berhasil mengaduk-aduk perasaan saya saat membacanya. Saya berandai-andai, jika saya berada di posisi mereka, apakah saya sanggup? Entahlah. 

Secara umum, saya menikmati buku antologi ini. Saya hanya sedikit menyayangkan penempatan lay out iklan di bagian akhir yang menurut saya kurang enak dilihat. Ada halaman kosong yang terasa mubazir. 

Menurut saya, sebaiknya halaman kosong itu diisi dengan iklan buku-buku lain yang telah atau akan terbit, atau program unggulan @JoeraganArtikel yang relevan. Meski begitu, hal itu tidak mengurangi esensi buku kisah inspirasi para guru ini. 

Seperti harapan para penulisnya,  saya pun berharapa semoga kisah-kisah dalam buku ini membawa motivasi dan hikmah ke arah kebaikan, sehingga menjadi amal jariyah bagi penulisnya. 

Selamat! Tetaplah menulis dan menginspirasi!




Pradirwan

Bandung, 9 Agustus 2020

Mulai 17 Agustus, Daftar NPWP Bisa di Bank Ini

Peresmian pelayanan pendaftaran NPWP di Himbara


Pradirwan - Kerja sama pelayanan kepada wajib pajak yang telah lama terjalin antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan dan Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA) menemui babak baru. DJP dan Himbara yang terdiri dari BRI, BNI, Mandiri, dan BTN hari ini meluncurkan sistem aplikasi layanan pajak terintegrasi untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya kepada para debitur.

"Ini adalah terobosan sinergi antara DJP dan Himbara untuk memberikan kemudahan layanan perpajakan. Layanan pajak tersebut berupa pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara online atau e-registrasi dan validasi NPWP," ujar Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo di Kantor Pusat DJP Jakarta (Kamis, 23/7).

Kedua Layanan Perpajakan ini direncanakan bisa dimanfaatkan wajib pajak mulai 17 Agustus 2020 secara online melalui sistem penyedia jasa aplikasi perpajakan.

Suryo menjelaskan, kegunaan NPWP ini tidak hanya untuk administrasi perpajakan saja. "NPWP ini merupakan salah satu identitas yang digunakan tidak hanya oleh DJP, tetapi juga digunakan untuk administrasi pada sistem perbankan," katanya.

Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 telah memengaruhi stabilitas ekonomi dan produktifitas perekonomian masyarakat. Pemerintah, menurut Suryo, telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya, di antaranya dengan mempercepat program Pemulihan Ekonomi Nasional.

"Program dimaksud di antaranya dengan membuat program yang didesain khusus untuk pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Misalnya program pemberian subsidi bunga, subsidi margin, dan pemberian insentif perpajakan," ungkapnya.

Suryo menambahkan, salah satu persyaratan bagi debitur UMKM untuk menerima subsidi bunga maupun subsidi margin adalah dengan memiliki NPWP. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi penerbitan NPWP tersebut, DJP memberikan kemudahan prosedur pendaftaran dan validasi NPWP melalui fitur-fitur perbankan.

"Jadi, masyarakat yang akan memperoleh pinjaman atau manfaat subsidi dari perbankan, tak perlu datang ke Kantor Pajak. Proses pendaftaran NPWP bisa dilakukan melalui empat bank Himbara ini," jelasnya.

Disamping itu, DJP juga memfasilitasi kepentingan perbankan. "Apakah NPWP yang disampaikan debitur ini sudah sesuai dengan data di DJP? Nah, proses validasi NPWP ini juga bisa langsung dilakukan oleh perbankan," imbuhnya. 

Suryo menegaskan, pentingnya NPWP ini tidak hanya untuk urusan pajak. Lebih dari itu, NPWP bisa digunakan sebagai basis administrasi kependudukan. "NPWP ini merupakan basis untuk mengadministrasikan tidak hanya untuk kegiatan ekonomi, tetapi termasuk mengadministrasikan penduduk Indonesia dalam sistem perpajakan Indonesia. Bukan berarti yang memiliki NPWP langsung harus membayar pajak," jelas Suryo.

Sebagaimana diketahui, melalui PP-23/2018 UMKM dikenakan PPh final dengan tarif setengah persen dari omzet setiap bulannya. "Untuk mengurangi dampak Covid-19, para pelaku UMKM ini pun bisa mendapatkan pembebasan pembayaran pajak dengan mengajukan permohonan insentif pajak," ungkapnya.

Suryo menambahkan, pemberian insentif tersebut berlaku mulai April sampai Desember 2020. Hal ini merupakan upaya pemerintah yang bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat debitur UMKM sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi nasional. 

"Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang telah terjalin selama ini. Sinergi yang solid dan harmonis dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi kami di DJP, tetapi untuk perbankan, khususnya empat bank yang tergabung dalam Himbara ini, dan masyarakat," pungkasnya. (HP)


Sumber : www.pajak.go.id

161 Siswa SMA Ikuti Pajak Bertutur Kanwil Jabar I

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor saat memberikan sambutan dalam acara pajak bertutur di GKN Bandung (Rabu, 15/07/2020)

Pradirwan - Kanwil DJP Jawa Barat I menggelar Pajak Bertutur 2020 di Gedung Keuangan Negara Bandung (Rabu, 15/07). 

Sebanyak 161 peserta mengikuti kegiatan ini. Mereka adalah siswa Sekolah Menengah tingkat Atas yang merupakan putra-putri pegawai di seluruh unit vertikal Kanwil DJP Jawa Barat I.

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor mengatakan Pajak Bertutur ini merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Pajak Tahun 2020 yang jatuh pada tanggal 14 Juli 2020. 

"Tahun ini merupakan tahun ketiga kami memperingati Hari Pajak,” ujarnya.

Kegiatan Pajak Bertutur kali ini mengusung tema "Generasi Muda Bangkit Bersama Pajak dengan Semangat Gotong Royong”. 

Tema ini dipilih karena saat ini Indonesia sedang dalam masa memerangi pandemi Covid-19. 

"Oleh karena itu juga acara ini yang biasanya diselenggarakan secara langsung (bertatap muka), kita laksanakan dengan menggunakan teknologi video conference," tuturnya.

Kegiatan Pajak Bertutur kali ini mengusung tema "Generasi Muda Bangkit Bersama Pajak dengan Semangat Gotong Royong”.

Kegiatan yang diadakan serentak di 34 Kanwil DJP seluruh Indonesia ini bertujuan untuk memberikan awareness atau kepedulian bagi para siswa untuk lebih memahami peran penting pajak dalam pembangunan serta kehidupan sehari-hari mereka. 

"Sekarang masih kelas 10 sampai dengan kelas 12. Ketika nanti punya penghasilan sendiri, anak-anak wajib membantu negara ini agar pembangunan berjalan lancar, juga tercapai kemandirian bangsa," katanya.

Lebih lanjut Neil menjelaskan kontribusi pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. 

"Total APBN kita sekitar Rp2.200 triliun. Seperti yang sudah kita pahami bahwa pajak memberikan kontribusi yang cukup besar dalam sumber pendapatan dalam APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 70% atau sekitar Rp1.577 triliun," ungkapnya.

Neil menegaskan, penerimaan dalam APBN inilah yang digunakan untuk membiayai pembangunan, salah satunya adalah sektor pendidikan. 

"Dalam APBN 2020, sektor (pendidikan) ini mendapat alokasi sebesar 20% atau sekitar Rp492,5 triliun yang merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Anggaran ini juga dinikmati oleh para siswa, khususnya SMA negeri. SMA pasti ada gurunya, ada sekolahnya, butuh buat bayar listriknya, dan lain-lain, tetapi siswa tidak dipungut biaya," ucapnya.

Neil mengatakan, sekarang ini, negara membutuhkan pembiayaan yang cukup besar untuk penanggulangan Pandemi Covid-19. 

Di sinilah peran serta wajib pajak secara gotong royong dengan menjalankan kewajiban perpajakannya secara baik dan tidak menunda. 

"Wajib pajak merupakan pahlawan, karena dari merekalah negeri ini dapat terus maju melakukan perbaikan dan pembangunan," ujarnya.

Neil berharap dengan adanya Inklusi Kesadaran Pajak Sejak Dini, para siswa ini, suatu saat nanti akan dapat berkontribusi untuk negeri melalui pembayaran pajak. 

"Hari ini dengan Pajak Bertutur mereka belajar memahami (pajak), esok nanti merekalah (yang menjadi) pahlawan sejati. Aamiin," pungkas Neil.

Selain sambutan dari Kakanwil, para siswa juga diberikan edukasi dalam bentuk ilustrasi tentang pentingnya pajak melalui paparan penyuluh perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I Ismail Fahmy. 

Ismail Fahmy dan Danang Respati

Melengkapi pemahaman para siswa, Fahmy dan pembawa acara Danang Respati juga memberikan kuis interaktif tentang materi yang sudah disampaikan. 

Sebanyak 10 peserta yang berhasil menjawab pertanyaan kuis dengan benar, mendapatkan hadiah menarik berupa telepon dan jam pintar. (HP)

sumber: pajak.go.id



Siniar Ngajak Resmi Diluncurkan di Hari Pajak

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor di Siniar Ngajak Edisi Perdana

Pradirwan - Suara Aulia Dewi Anggraeni meminta para peserta upacara peringatan Hari Pajak 2020 di Gedung Keuangan Negara Bandung tak beranjak dari posisinya masing-masing. 

Pelaksana Kanwil DJP Jawa Barat I itu membacakan acara selanjutnya. "Kita akan menyaksikan peresmian podcast (siniar) Kanwil DJP Jawa Barat I," ujar Aulia melalui pengeras suara, Senin (14/07). 

Ismail Fahmy yang menjadi Pemimpin Upacara mengistirahatkan peserta upacara. "Istirahat di tempat, gerak!" Serentak seluruh peserta upacara mengikuti komando tersebut. 

Dari layar proyektor, muncul video pendek berdurasi satu menitan. Sebuah highlight program bertajuk "Ngajak" yang dipandu Tresna Faisa Suwanjana dan Aulia Dewi Anggraeni.

Ngajak merupakan akronim dari ngawangkong pajak. Ngawangkong sendiri dalam bahasa Sunda berarti ngobrol (bercakap-cakap), komunikasi dua arah, terjadi antara dua orang atau lebih yang membahas suatu hal.

Berbeda dengan diskusi yang biasa digunakan dalam suasana resmi, ngawangkong digunakan dalam suasana tidak resmi atau santai. Misalnya ngobrol dengan teman-teman di kafe sambil ngopi.

"Ngajak (Ngawangkong Pajak) menjadi tajuk program teranyar Kanwil DJP Jawa Barat I dalam mengedukasi masyarakat tentang pajak. Acara ini bisa disaksikan di kanal Youtube @pajakjabar1," ungkap Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor dalam sambutannya. 

Menurut Neil, pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak berbagai pihak, tak terkecuali bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Meskipun begitu, upaya untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pajak dan mensosialisasikan informasi perpajakan tetap diusahakan dapat berjalan optimal.

"Tantangan bagi DJP adalah menjalankan misi menghimpun penerimaan dan mengajak masyarakat untuk paham serta peduli tentang pajak. Media podcast yang sedang tren dipilih supaya jangkauan edukasi dan sosialisasi perpajakan dapat lebih luas," tutur Neil.

Dengan cara ini, sambung Neil, diharapkan masyarakat lebih mudah memahami serba-serbi pajak, terutama terkait dengan pajak pusat.

Edisi perdana "Ngajak" mengambil tema Hari Pajak. Tema ini dipilih karena bertepatan dengan peringatan Hari Pajak 2020 (14 Juli 2020). Selain tema ini, siniar yang diinisiasi tim bidang P2humas Kanwil DJP Jawa Barat I ini juga membahas topik yang sedang aktual lainnya yaitu insentif perpajakan dan layanan pajak dalam tatanan normal baru.

Neil menyampaikan  insentif pajak yang ditawarkan pemerintah melalui DJP meliputi PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, Pembebasan Pasal 22 Impor, PPh Pasal 22 Dalam Negeri, PPh Pasal 23, dan PPh Final UMKM Ditanggung Pemerintah, serta pengurangan PPh Pasal 25. 

Kanwil DJP Jawa Barat I mencatat, hingga 29 Juni 2020, total wajib pajak di wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Barat I yang memanfaatkan insentif pajak sekitar 28 ribu wajib pajak. "Kesempatan mendapatkan insentif pajak diharapkan tidak dilewatkan oleh masyarakat wajib pajak," pesan Neil.

Kepada tim pengembang Ngajak, Neil berharap agar dapat terus semangat, kreatif, dan konsisten menjalankan produksi sehingga dapat menjadi alternatif kanal pemberian edukasi dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat luas. 

sumber: pajak.go.id

KPP Sukabumi Lolos Babak 10 Besar Tax Factor 2020

grup band Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukabumi CH405 Band

Pradirwan
- Ajang adu bakat menyanyi dan bermusik pegawai DJP "Tax Factor 2020" memutuskan grup band Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sukabumi CH405 Band, menjadi salah satu peserta yang masuk ke babak grand final. Pengumuman kontestan Tax Factor 2020 ini diunggah di kanal youtube @ditjenpajakri di Jakarta (Jumat, 10/7).

Band yang mewakili Kanwil DJP Jawa Barat I ini beranggotakan Agung Trihartanto, Bakti Budiman, Putra Adi Pratama, Bintang Ramadhan Redika Permana, Yuga Kelana Adzani, dan Syaiful Makmun. Mereka akan bersaing di babak final yang akan diselenggarakan pada puncak peringatan Hari Pajak, 14 Juli 2020 mendatang.

Penyanyi Elfa's Singer, Ucie Nurul yang menjadi salah satu juri ajang ini mengatakan ia bersemangat mendengar ajang Tax Factor ini. "Karena memang kualitas pesertanya bagus-bagus, dan tahun ini bagus-bagus banget," katanya. 

Uchie mengaku kebingungan memilih 10 besar finalis kategori vokalis dan kategori group band. "Saya sama mas Indra (Indra Azis, Vokal Plus) sampai bingung, karena dari sekian banyak peserta yang bagus-bagus, kita hanya boleh memilih 10 grand finalis," imbuhnya.

Senada dengan Uchie, Indra pun merasa bingung memilih top ten untuk tiap-tiap kategori. Ia menilai kualitas peserta Tax Factor tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. "Walaupun dalam kondisi pandemi seperti ini, (peserta) tetap semangat, tidak surut, luar biasa! Saya dan mbak Uchie walaupun jauh-jauhan dalam menjuri, sampai dibuat bingung dengan submission yang keren-keren dan pastinya ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Top banget!" ujarnya.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor menjelaskan proses seleksi peserta. "Sama seperti tahun sebelumnya, proses seleksi peserta dimulai dengan seluruh KPP/Kanwil mengirimkan perwakilannya untuk dilalukan penjurian di Kanwil DJP masing-masing. Untuk tahap ini, terpilihlah Band dari KPP Pratama Sukabumi, dan Sari Cahyani (kategori vokalis) mewakili Kanwil DJP Jawa Barat I di seleksi tahap berikutnya," jelas Neil.

Lebih lanjut, Neil mengatakan penjurian tahap selanjutnya dilakukan oleh juri yang berkompeten di bidangnya yaitu Indra Aziz (Vokal Plus) dan Ucie Nurul (Elfa's Singe). "Nah, hasil penjurian mereka itulah yang diumumkan hari ini di Youtube DJP," imbuhnya.

Berikut daftar 10 finalis kategori Grup Band:

1. Kanwil DJP Jawa Barat I

2. Kanwil DJP Jakarta Khusus

3. Kanwil DJP Aceh

4. Kanwil DJP Sumatra Utara II

5. Kanwil DJP Jakarta Selatan I

6. Kanwil DJP Jawa Timur II

7. KLIP DJP

8. Kanwil DJP Bali

9. PPDDP DJP

10. Kanwil DJP Wajib Pajak Besar

 

Daftar 10 finalis kategori Vokalis:

1. Cindy Febrina Pakpahan (Kanwil DJP Sumatra Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung)

2. Septyandri (Kanwil DJP Riau)

3. Annisa Larasati Pranadita (Kanwil DJP Jakarta Utara)

4. Shan Reyhan (Kanwil DJP Jawa Barat II)

5. Octa Diandaru (Kanwil DJP Kalimantan Timur dan Utara)

6. M. Farid Naufal (Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara)

7. Victoria Christine Tampubolon (Kanwil DJP Kepulauan Riau)

8. Salsabilla Luthfi dan Donny Wijaya (Kanwil DJP Papua dan Maluku)

9. Raden Roro Rai Sukhufi Dewi (Kanwil DJP Sumatra Barat dan Jambi)

10. Ni Kadek Meyantika Florensy (Kanwil DJP Nusa Tenggara)

(HP)

Sumber: pajak.go.id

baca juga:

Kisah Haru dari Rumah Pejuang Kanker Ambu

Rumah Pejuang Kanker Ambu

Pradirwan
- Jalan selebar satu mini bus itu membentang tak jauh dari jalan utama menuju pasar Sederhana, Bandung. Jalan Bijaksana Dalam, nama jalan itu, lebih mirip gang yang bisa dilewati mobil. Ujung jalannya cenderung menyempit. Tak bisa lagi dilalui kendaraan beroda empat. 

Sayup-sayup suara anak-anak bernyanyi dari dalam sebuah rumah bernomor 11 yang terletak di sisi kiri jalan itu. Keriuhan khas anak-anak, seperti sebuah pesta ulang tahun. Rupanya beberapa badut menyambangi rumah itu. Mereka datang menghibur sekitar 20 anak. Beberapa di antaranya berusia di bawah 5 tahun. Dari wajah riangnya, nampaknya anak-anak itu melupakan sejenak derita yang sedang mereka alami.

"Mereka ini datang dari jauh dengan semangat meraih kesembuhan. Anak-anak ini tak hanya berasal dari sekitar Jawa Barat. Ada dari Samarinda, Lampung, Jambi, Batam, dan daerah lainnya," ungkap Dewi Nurjannah, Jumat (10/7). 

Wanita berusia 48 tahun itu bercerita ihwal kedatangan mereka berkumpul di Rumah Pejuang Kanker Ambu, rumah singgah untuk penderita kanker yang sedang berobat.

"Saya seorang ibu yang memperjuangkan anaknya. Saya mengerti bagaimana rasanya memperjuangkan anak supaya sehat itu seperti apa," tuturnya.

Ambu, demikian wanita itu akrab disapa, mengisahkan pengalamannya dulu memperjuangkan hidup anaknya.

"Ambu dulu kekurangan materi sama sekali. Alhamdulillah diberikan kesempatan selama 2,5 tahun. Selama 2,5 tahun itu Ambu tak pernah pulang," tutur wanita yang berasal dari Banyuresmi, Garut itu.

Kehidupan sehari-harinya berjalan hanya sekitar kontrakan dan rumah sakit. 

"Waktu itu anak Ambu terkena retino blastoma (kanker mata). Benjolannya baru segede gini (masih kecil). Ternyata di rumah sakit banyak yang benjolannya lebih besar. Di situ Allah menunjukkan berbagai macam-macam penyakit. Dari situlah Ambu bisa bersyukur dan menerima apa arti hidup ini yang sesungguhnya," imbuhnya.

Pengalaman pedih itu membuatnya banyak belajar tentang makna kehidupan. Hari-hari yang dilaluinya di rumah sakit dan kontrakan membuatnya tersadar bahwa ia harus lebih banyak bersyukur. Baginya, syukur tak cukup diucapkan, namun harus diwujudkan dalam perbuatan. 

"Setelah masa perjuangan itu, akhirnya Allah memberikan takdir terbaik kepada anak Ambu. Anak Ambu meninggal di usia 3,5 tahun," kenangnya. 

Ambu

Berkaca dari pengalamannya, ia jadikan Rumah Pejuang Kanker Ambu sebagai representasi rasa syukur itu, agar semakin banyak masyarakat kurang beruntung yang terbantu. 

"Saat berobat, mereka butuh "rumah kedua" sebagai tempat tinggal sementara, obat-obatan (yang tidak ditanggung BPJS), operasional (biaya hidup) sehari-hari, hingga biaya antar-jemput dari dan ke setiap daerah asal mereka. Mohon maaf, mereka ini benar-benar tidak mampu. Karena pernah merasakan di posisi mereka, alhamdulillah Allah membangkitkan lagi jiwa dan raga Ambu, supaya tetap disiplin memperjuangkan mereka. Alhamdulillah Allah mudahkan menolong mereka," ungkapnya. 

Untuk menopang operasional yayasannya, Ambu dibantu donasi dari para donatur. Sejak didirikan 9 tahun lalu, ia mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Namun, ia selalu berpikir positif. 

"Kami yakin, Allah akan mendatangkan orang-orang yang diketuk hatinya supaya datang kesini tanpa perlu meminta. Seperti saat ini. Ambu juga tak pernah mengira akan bertemu dengan Bapak-bapak dari Kanwil Pajak Jabar I yang datang ke rumah perjuangan ini. Ini atas kuasa Allah. Kami bersyukur kepada Allah SWT," pungkasnya.

Kedatangan rombongan Kanwil DJP Jawa Barat I ke Rumah Pejuang Kanker Ambu untuk menyerahkan donasi hasil penggalangan dana para pegawai Kanwil DJP Jawa Barat I. 

Penyerahan Donasi dari Kanwil DJP Jawa Barat I kepada Rumah Pejuang Kanker Ambu

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmaldrin Noor mengatakan, penggalangan dana tersebut merupakan wujud kepedulian Kanwil DJP Jawa Barat I terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. 

“Selain itu, kegiatan DJP Peduli ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Pajak tahun 2020 yang jatuh pada tanggal 14 Juli,” katanya. 

Neil menjelaskan, sesuai dengan tema Hari Pajak 2020 yaitu “Bangkit Bersama Pajak dengan Semangat Gotong Royong”, diharapkan kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh insan pajak ini dapat membantu meringankan beban masyarakat yang membutuhkan dan akan bangkit bersama-sama menghadapi kondisi saat ini. 

“Kami mengajak untuk bersama-sama bangkit, bergotong-royong, saling membantu, dan sebagainya. Bagi kami, bukankah akan lebih menyenangkan hati ketika kita semua bisa bersilaturahmi dan berbagi? Semoga (donasi yang diberikan) dapat bermanfaat,” ujar Neil. (HP)

*) artikel ini dipublikasikan juga di Ayo Bandung

Baca juga: 

Merayakan Kegelisahan

Buku La Memoire: Setelah Perjalanan Karya Budi Mugia Raspati (2020)

Pradirwan - Setiap orang pasti pernah mengalami kegelisahan. Secara harfiah, kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir,  tidak tenang, tidak sabar, atau cemas. Sehingga kegelisahan dapat dimaknai sebuah kondisi psikologis seseorang yang sedang tidak tentram hatinya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah-lakunya, tidak sabar, ataupun dalam kecemasan.

Kegelisahan yang berlebihan dapat menyebabkan depresi, yaitu sebuah kondisi kronis di mana seseorang terus-menerus merasa sedih ataupun putus asa. Biasanya, orang yang sedang depresi akan mengalami sulit tidur, susah fokus, dan mudah marah.

Bagaimana cara mengatasi kegelisahan? 

Membaca "La Memoire: Setelah Perjalanan" membuat saya mempunyai cara pandang baru dalam mengatasi kegelisahan. Pengarang buku kumpulan foto dan puisi ini, mas Budi Mugia Raspati, menyebutnya sebagai "merayakan kegelisahan".

Ia bercerita dalam bukunya itu, di saat kondisi tak menentu dan kecemasan karena pandemi terus menerungku, ia justru memutuskan untuk mengatasinya dengan menulis. Baginya, menulis menjadi terapi diri, mengobati hati yang sedang tidak bahagia atau dirundung duka.

Pesan dalam buku La Memoire: Setelah Perjalanan

Dalam sebuah sesi berbagi tentang kepenulisan, Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak, pak Nufransa Wira Sakti pernah mengatakan bahwa menulis adalah cara efektif untuk menembus berbagai "penjara pikiran". 

Dengan menulis kita bisa "memerdekakan pikiran", keluar dari "tembok penjara" pangkat, jabatan, golongan, usia, dan gender. Di saat kita tak bisa menyampaikan ide secara langsung dengan lisan, entah karena segan, malu, atau kondisi lainnya yang membatasi, maka ide yang terkungkung di dalam kepala bisa dikeluarkan dengan cara menulis. 

Selain itu, menulis juga bisa untuk mengabadikan eksistensi penulisnya. Dalam buku yang berjudul "Anak Semua Bangsa", sastrawan terbaik yang pernah Indonesia miliki, Pramoedya Ananta Toer menyampaikan sebuah gagasan yang sangat cemerlang, bahwa "Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Kutipan masyhur Pram di atas diakui mas Budi menjadi salah satu penyemangat dirinya dalam membuat buku pertamanya ini.

Memang banyak cara lain untuk merayakan kegelisahan. Sepanjang itu positif dan tak melanggar aturan, tak ada salahnya dilakukan. Namun bagi saya, merayakan kegelisahan dengan menyusun kata-kata, adalah hal yang lebih bermakna. Sebagaimana pesan mas Budi di balik sampul bukunya, ia menulis, "Untuk Herry : Selamat merayakan kegelisahan kata-kata", hal itulah yang sedang dan akan saya lakukan. 

Terima kasih, mas Budi. 

Bandung, 11/07/2020
 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes