BREAKING NEWS

Kemenkeu Salurkan 1.005 Paket Sembako di Jabar

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor menyerahkan paket sembako di GKN Bandung, Rabu (23/12)

Pradirwan
- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar bakti sosial "Sambung Rasa Kemenkeu Peduli" di Gedung Keuangan Negara Bandung, Jawa Barat, Rabu (23/12).

Kegiatan ini dihadiri sejumlah pejabat Perwakilan Kemenkeu Jawa Barat di antaranya Kepala Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Jawa Barat Saipullah Nasution, Kepala Kanwil Ditjen Pajak Jawa Barat I Neilmaldrin Noor, Kepala Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Jawa Barat Tavianto Nugroho, Kepala Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat Djoko Hendratto, dan Kepala Balai Diklat Keuangan Cimahi Eko Sulistyo.

Sejumlah pejabat Perwakilan Kemenkeu Jabar hadir di acara Sambung Rasa Kemenkeu

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jawa Barat Saipullah Nasution mengatakan kegiatan tersebut merupakan wadah bagi pegawai Kemenkeu yang berkeinginan memberikan donasi kepada pihak-pihak yang terdampak Covid-19.

“Kegiatan ini dilatarbelakangi adanya rasa empati dan kepedulian Kementerian Keuangan di masa Pandemi Covid-19, terutama kepada masyarakat sekitar kantor Kementerian Keuangan serta keluarga Pegawai Kemenkeu yang meninggal dunia akibat Covid-19,” ujarnya.

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jawa Barat Saipullah Nasution 

Lebih lanjut Saepulloh menjelaskan pemberian donasi yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia ini terbagi menjadi dua kegiatan utama yaitu pemberian santunan kepad pegawai Kemenkeu yang meninggal karena Covid-19 dikoordinasikan oleh (Kemenkeu) Pusat dan pemberian sembako kepada masyarakat yang terdampak Covid-19 yang dikoordinasikan Perwakilan Kemenkeu di Daerah.

“Donasi pegawai yang terkumpul secara Nasional berjumlah Rp2,39 milyar dan khusus untuk Perwakilan Kemenkeu di Jawa Barat sebesar Rp 206 juta. Donasi ini kemudian dibelanjakan menjadi paket donasi sembako sejumlah 1005 paket,” ungkapnya.

Untuk wilayah Bandung sendiri sudah terkumpul sebanyak 535 paket dan untuk wilayah di luar Bandung terkumpul sebanyak 470 paket. Paket sembako yang telah terkumpul tersebut telah disampaikan kepada masyarakat terdampak COVID-19, baik dari masyarakat di luar Kemenkeu maupun di lingkungan Kemenkeu (Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri).

"Selama kegiatan pemberian donasi berlangsung, telah dipastikan seluruh pegawai yang terlibat tetap menjalankan protokol kesehatan," jelas Saepulloh.

Pembelian paket sembako ini pun sudah ditentukan. Para relawan Kemenkeu Peduli harus membeli dari pasar tradisional, warung masyarakat, dan UMKM di sekitar kantor. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha masyarakat sekitar tergerak dengan adanya perputaran uang pada usaha mereka.

Dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, sudah banyak subsidi yang diberikan oleh Pemerintah kepada UMKM, namun hal tersebut akan kurang efektif apabila tidak di dorong dengan adanya pendapatan pada usaha mereka.

“Kami, sebagai pegawai Kemenkeu diharapkan tetap melakukan belanja. Terlebih lagi belanja dari UMKM, warung atau usaha kecil untuk membantu menggerakan perekonomian nasional dari bawah,” imbuhnya.

Saepulloh berharap di penghujung tahun 2020 ini masyarakat bahu-membahu menyukseskan percepatan pemulihan ekonomi sebagai akibat pandemi Covid-19, khususnya di Provinsi Jawa Barat, yang pada akhirnya mendukung program-program pemulihan ekonomi nasional yang dapat dirasakan langsung manfaatnya bagi masyarakat luas.

“Mari kita senantiasa berdo’a agar masa pandemi ini segera berakhir dan perekonomian Indonesia kembali naik dan tumbuh positif,” pungkasnya. (HP)


Tips Agar Siaran Pers Ditayangkan Media Massa

Ilustrasi webinar pembuatan siaran pers bersama mas @AikPahlawanKita


Pradirwan - Pernahkah kamu membuat siaran pers (press release) tetapi tidak atau hanya sedikit media massa yang mau menayangkannya? Padahal, siaran pers adalah salah satu ‘senjata ampuh’ praktisi Humas untuk memberikan informasi kepada publik.

Ada beberapa alasan untuk pertanyaan tersebut. Karena kenyataannya, hubungan baik dengan jurnalis atau redaktur saja tak menjamin siaran pers yang kita buat akan ditayangkan.

Sebagai Humas, kita harus memahami bahwa wartawan (media) bekerja untuk pembaca. Agar pesan yang kita sampaikan melalui siaran pers itu sampai ke pembaca, kita harus mengetahui tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membuat siaran pers, yaitu:

Pertama, setiap artikel yang ditulis wartawan harus bernilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Kita tahu, tidak semua isu itu penting dan tidak semua isu penting akan menarik bagi publik. Staf humas bisa menggunakan nilai berita ini untuk menakar tulisannya.

Kedua, pada dasarnya siaran pers itu merupakan berita. Oleh karena itu, kaidah-kaidah yang digunakan dalam penulisan siaran pers juga mengikuti kaidah universal berita. Apabila humas cakap melakukannya, kemungkinan besar wartawan akan menjadikan siaran pers tersebut sebagai sumber berita.

Suatu berita dapat dikatakan baik jika dapat menjawab unsur-unsur yang terdapat dalam 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, How). Selain itu, struktur penulisan berita (hard news) menggunakan piramida terbalik.

Struktur ini mengisyaratkan kita untuk meletakkan isi terpenting di bagian paling awal tulisan. Jadi, posisinya di paragraf pertama atau di kalangan jurnalis dikenal dengan istilah leads. Bagaimana kita membuat leads akan menentukan pembaca menyelesaikan membaca tulisan kita atau tidak.

Biasanya leads menggunakan kalimat aktif dengan struktur S-P-O-K (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan). Hindari penggunaan kata-kata seperti “Guna memenuhi…” atau “Dalam rangka…” di awal kalimat. Setiap kalimatnya tidak bertele-tele, to the point, atau langsung saja ke pokok masalahnya.

Pertimbangkan juga search engine optimization (SEO/pengoptimalan mesin telusur). Salah satu caranya dengan menaruh kata kunci di leads. Untuk media online, penggunaan SEO ini penting agar mesin telusur bisa menampilkan artikel di posisi teratas hasil pencarian atau tidak. Website dengan konten yang bagus tetapi minim pengunjung juga sama sekali tidak ada artinya.

Ketiga, narasumber adalah kunci. Semakin penting narasumber yang dikutip di siaran pers, semakin mungkin wartawan akan menayangkan tulisan tersebut ke dalam berita.

Selain tiga hal tersebut, yang seringkali dilupakan oleh Humas adalah tidak mencantumkan konteks peristiwa dalam siaran pers. Pencantuman konteks ini penting agar berita tidak ‘kering’ dan selalu ada sesuatu yang baru. Tips lainnya dengan menghindari penggunaan model tulisan ‘template’, cari angle baru, dan mengusahakan membuka ruang diskusi antara lembaga dengan media. Caranya dengan menyertakan kontak narasumber yang dapat menjawab konfirmasi dari wartawan.

Saat dikirim ke wartawan, lampirkan gambar atau video atau data lainnya yang mendukung informasi. Meski tidak wajib, pelampiran multimedia itu bisa mendukung kelengkapan tulisan.

Tujuan Pembuatan Siaran Pers


Siaran Pers adalah naskah berita atau informasi yang dibuat oleh praktisi Humas (Public Relations Officer) sebuah lembaga atau organisasi untuk dipublikasikan di media massa.

Secara umum, ada tiga tujuan pembuatan siaran pers. Pertama untuk memberikan informasi terbaru dari sebuah lembaga. Misalnya tentang peraturan pajak terbaru.

Kedua, mengklarifikasi masalah/isu yang tengah menjadi perbincangan masyarakat terkait lembaga. Humas yang baik, jika mengetahui informasi yang beredar itu diketahui tidak benar akan sesegera mungkin memformulasikan sanggahan/klarifikasi pesan-pesan yang tidak benar itu melalui siaran pers.

Ketiga, untuk membangun reputasi/jenama (branding) yang baik dengan cara memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan. Misalnya tentang perubahan proses bisnis pelayanan pajak terkait Covid-19 atau kegiatan bakti sosial dalam rangka memperingati Hari Pajak.

Struktur Penulisan Siaran Pers

Struktur penulisan siaran pers hakikatnya sama dengan dengan struktur naskah berita, yaitu Head (judul), Date line (baris tanggal), Leads (teras berita), dan News body (tubuh atau isi berita). 

Siaran pers umumnya menggunakan bahasa formal dan format khusus. Berikut format khusus dalam naskah siaran pers:
  • Headline atau judul, layaknya judul berita yang harus menggambarkan isi keseluruhan berita.
  • Date line. Baris Tanggal. Berisi nama kota dan tanggal.
  • Body konten atau isi, terdiri dari lead (teras) dan tubuh berita (body).
  • Info Lembaga. Di bagian akhir naskah, cantumkan informasi tentang lembaga atau instansi yang mengirimkan rilis. (Nama lembaga ada juga yang menaruhnya di kop surat)
  • Informasi kontak, setelah itu, di bawahnya dicantumkan nama dan alamat lembaga, nomer telpon, fax, email, website, termasuk nomor kontak narasumber yang bisa dihubungi (untuk konfirmasi atau klarifikasi).
Contoh siaran pers bisa dilihat di : Siaran Pers Kanwil DJP Jawa Barat I 2021

Semoga bermanfaat. (HP)


Pradirwan, 30 Desember 2020


Artikel terkait: 

Sumber: Tempo Institute, Menyampaikan Pesan dengan Siaran Pers, 4 Desember 2020

Ani Natalia: Kita Semua Butuh Belajar

Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat DJP Ani Natalia

Pradirwan - Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya terpenting dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi inilah yang memberikan tenaga, ide, bakat, kreativitas, dan lain sebagainya sehingga organisasi dapat mencapai tujuan.

Manajemen SDM yang dilakukan secara optimal dapat meningkatkan kinerja pegawai maupun kinerja organisasi.

Salah satu tahapan dalam proses pengelolaan SDM tersebut yaitu mutasi dan promosi.

Organisasi DJP pun tak luput dari proses ini. Pegawai DJP di manapun pasti mengalami proses mutasi dan promosi sesuai kebutuhan institusi.

Sebagai contoh, ada pegawai yang sebelumnya di bagian Hubungan Masyarakat (Humas) lalu mutasi ke unit lain yang bukan Humas. Atau sebaliknya, ada yang belum pernah sama sekali di Humas, lalu tiba-tiba bertugas menjadi Humas.

Kasubdit Humas DJP, Ani Natalia pernah mengatakan, saat kuliah di STAN, ia tak pernah membayangkan akan menjadi Humas DJP. Namun takdir membawanya menjadi Insan Humas hingga saat ini. 

"Tidak ada yang bisa semua hal. Oleh karena itu kita semua butuh belajar," ungkapnya saat membuka acara pelatihan "Pembuatan Siaran Pers", beberapa waktu lalu.

Perempuan yang akrab disapa Kak Ani ini mengungkapkan bahwa pekerjaan Humas setiap hari semakin menantang. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik dengan semua pihak, salah satunya dengan media.

Kak Ani menilai, bagi Humas, peran media sangat penting. Ketika berhubungan dengan media, dibutuhkan sebuah keahlian dalam berkomunikasi agar sama-sama memudahkan dalam bekerja.

"Apa yang kita inginkan, apa yang kita maksudkan, boleh disampaikan kepada publik dengan bantuan media massa," ujarnya.

Namun teman-teman jurnalis juga memiliki 'banyak pekerjaan'. Untuk memudahkan mereka dalam membuat sebuah berita, sebagai Humas harus bisa membuat siaran pers yang baik. Dengan begitu tercipta hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).

"Ini adalah sebuah tantangan dan DJP selalu berusaha memberikan kesempatan belajar kepada para pegawai untuk bisa meningkatkan kapasitasnya," tandasnya.

Ia berharap agar pegawai memanfaatkan setiap peluang yang diperoleh untuk meningkatkan kepasitas diri. "Mari hargai setiap kesempatan belajar. Don’t take it for granted. Setelah itu kita praktikkan (berkarya) agar ilmu itu bermanfaat," pungkasnya. (HP)

Terima Kasih Telah Menghabiskan Waktu Bersamaku

Jalan Asia Afrika Bandung

Pradirwan- Aku melihatnya. Jarak antara aku dengannya tak terlalu jauh. Ia berbaju merah, sedikit menarik perhatianku, duduk sendirian di kursi trotoar sambil memperhatikan gadget-nya yang menyala. Sesekali ia mengambil gambar dirinya. Ber-selfie ria dengan background lalu lalang kendaraan.

Dia menoleh kepadaku. Tersenyum. Aku 'tersesat' dalam binar indah matanya. Semesta seakan berhenti berputar.

"Tidak salah lagi. Ini dia yang telah lama ku kenal hanya lewat media sosial," gumamku.

Aku menghampirinya dengan sisa-sisa keraguanku. Senyum tipisku menyambut senyum ramahnya.

“Sudah lama?” Aku duduk disampingnya dan mulai membuka obrolan.

“Tidak juga,” jawabnya. Gadget yang dipegangnya ia masukkan ke dalam tas kecil yang ia bawa sambil mengalihkan pandangannya. Aku kira, sedikit perasaan gugup mulai menjalari tubuhnya. Pun begitu diriku.

Aku menikmati moment itu. Pandanganku lekat ke wajahnya. Sungguh, segala hal tentangnya sangat sempurna. Dia seperti dewi dalam mitologi Yunani yang sering kubaca. Suasana alun-alun kota sore ini seolah sedang mendukungku bertemu dengannya.

“Senang bertemu denganmu secara nyata,” katanya. Kali ini mata kami beradu pandang.

Aku tersenyum, “Senang juga melihatmu lagi secara terencana.”

Ia terkekeh.

Aku teringat sesuatu. Tanganku merogoh sebuah buku yang sengaja kubawa dari rumah. “Ini buku antologi puisi pertamaku."

Tangannya terulur mengambil buku yang sengaja kupinjamkan padanya.

“Terima kasih ya.”

Aku mengangguk.

Dia mengajakku untuk sekadar berjalan di area alun-alun kota. Sambil berjalan, kami saling bertukar kisah.

Sesekali aku tertawa mendengar ceritanya tentang kekonyolannya hari ini. Dia seakan mempercayakan segalanya padaku. Dan entah mengapa aku merasa sangat bahagia ketika mengetahui hal itu.

"Terima kasih,” kataku.

Dia menolehku, “Untuk apa?”

Aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.

“Menghabiskan waktumu bersamaku,” jawabku ragu.

Dia menatapku lekat. Sepertinya dia tak percaya aku mengatakan itu di antara riuh manusia dan warna jingga yang muncul di langit alun-alun kota sore ini.

Jantungku berdegub kencang. Mataku masih menatap lekat matanya dalam-dalam.

Sayup-sayup dari kejauhan suara alunan lagu cinta dimainkan. Dua orang pengamen memainkan gitar, sementara satu orang menengadahkan topinya, meminta recehan.

Aku tahu ada sesuatu yang berbeda di mata itu. Aku benar-benar yakin bahwa tatapan itu adalah benar. Ya, dia jatuh cinta padaku. Dan aku pun begitu, aku jatuh cinta padanya.

“Aku menyukai senja kali ini. Itu karena aku menghabiskannya bersamamu. Sejak pertama kali aku melihat fotomu, mem-follow akunmu, dan kamu merespon pesan singkatku, aku sering memikirkanmu. Sejak kamu berkata kita pernah bertemu beberapa kali, namun kamu tak pernah menjelaskan pertemuan itu. Aku merasa... Aku jatuh cinta padamu," ungkapku.

Air mukanya berubah. Pandangannya menatap jauh.

"Aku tak bisa."

Tenggorokanku tercekat. Beberapa detik kemudian dia berkata, "Kamu terlalu sempurna untukku."

"Apa? Tidak, aku tak sesempurna yang kamu kira. Kamu terlalu naif. Jangan pernah menganggap bahwa kamu tak pantas untuk mencintai dan dicintai. Semua orang berhak untuk bahagia," tegasku.

"Aku ga mau patah hati lagi. Aku capek mencintai seseorang," jawabnya lirih. Kali ini dia menunduk.

"Tolong lihat aku dan beri aku kesempatan untuk memberikan yang terbaik, melebihi kebaikan orang lain yang pernah ia berikan kepadamu."

Giliran matanya menatap lekat mataku. Mencari-cari kesungguhan atas ucapanku. Lalu, tanpa berkata, ia tersenyum dan mengangguk perlahan.

Aku menyambut senyum itu dengan perasaan lega. Aku ingin memeluknya, namun urung karena tiga pengamen tadi tepat di depan kami. (*)



Pradirwan
Bandung, 27 Desember 2019

*Semua kisah dalam cerpen ini hanya fiktif belaka. Semoga terhibur. 

Cerpen lainnya: 
Senja Mati di Kota Ini

Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN

Alia Karenina sedang memparkan materi personal branding, Sabtu (12/12)

"Your brand is what other people say about you where you're not in the room." (Jeff Bezos, Amazon)


Pradirwan - Semua orang punya personal branding. Entah kita sengaja membangunnya atau tidak, orang lain pasti pada suatu saat akan membicarakan kita. Betul, kan?

Ilmuwan psikologi Universitas Florida Lise Abrams dan Danielle K. Davis dalam Current Direction in Psychological Science mengungkapkan terdapat fakta bahwa ada beberapa nama yang begitu sulit untuk diingat. Hal ini dapat mengajari kita banyak hal tentang cara kerja ingatan manusia.*

Sebagai contoh, ada banyak orang yang bernama Herry di dunia ini. Dengan mengetikkan "Herry" dalam kontak di gawai kita, mungkin akan muncul puluhan nama tersebut. Untuk membedakan Herry yang satu dengan yang lainnya, kita perlu menambah kata lainnya yang spesifik merujuk Herry yang kita maksud, misalnya Herry Pradirwan.

Seperti halnya nama, seseorang bisa diingat atau diidentifikasi dari personal branding yang ia milliki. 

Baca juga: 7 Manfaat Fotografi Ala Masardani

Personal branding merupakan hal yang penting khususnya dalam dunia profesional. Dengan memiliki personal branding, suatu individu bisa dengan lebih strategis menempatkan dirinya dalam tim dan organisasi.

Selain itu, personal branding berguna untuk menciptakan kesadaran, membangun kepercayaan, menciptakan reputasi, dan memengaruhi persepsi dari orang-orang yang relevan.

Dalam lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN), personal branding penting untuk meningkatkan kualitas baik secara individu maupun dalam konteks komunikasi publik.

Lalu, apa sih personal branding itu?

Dalam sebuah webinar bertajuk "Abdi Muda: Mengenal Komunikasi Publik Personal dan Profesional Ala ASN", Juru bicara Kemenko Perekonomian dan CEO Alika Communications, Alia Karenina menjelaskan personal branding adalah bagaimana cara kita menunjukkan 'sisi personal' mana yang akan kita tampilkan kepada orang lain, meskipun itu tidak sesuai dengan kepribadian kita.

"Brand itu apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Apakah itu personality kita? Tidak," ujar alumnus teknik planologi (ilmu perencanaan wilayah dan kota ) ITB itu, Sabtu (12/12).

Alia bercerita bahwa ia sebenarnya introvert dan pemalu. Namun saat terjun sebagai jurnalis televisi, ia belajar berkomunikasi sehingga kini dikenal sebagai seseorang yang memiliki gaya bicara lugas dengan intonasi yang jelas.

"Orang yang pernah berinteraksi dengan saya mungkin melihat Alia Karenina itu galak, tegas, ngomongnya tanpa tedeng aling-aling, dan tidak punya perasaan. Sebenernya saya sangat sensitif, cenderung conciderate terhadap orang-orang dekat, dan pemalu," ungkapnya. 

Baca juga: Cara Menjadi Newbie Percaya Diri

Lebih lanjut ia menuturkan, untuk membangun brand yang kuat, secara umum harus memiliki lima unsur.

"Yang perlu ditonjolkan pertama kali adalah kesan powerfull (kuat). Kemudian otentisitas (autentic) kita. Saya mungkin orangnya santai dan cenderung tidak kaku," katanya.

Selanjutnya adalah konsisten (consistent). Citra diri harus konsisten, tidak berubah-ubah.

Kesan diri juga haruslah visible, maksudnya kita harus terlihat berbeda dari pada orang-orang kebanyakan (stand out).

"Punya sesuatu yang berbeda atau berharga (valuable) yang bisa ditawarkan, yang menjadi pembeda antara saya dengan orang orang lain yang menjadi peers kita. Cobalah membuat list apa saja nilai-nilai yang kita punya. Karena yang paling mengenal diri kita adalah kita sendiri," tegasnya.

Untuk menjadi seseorang yang stand out, Alia memberikan tips. Caranya dengan tidak memberi pekerjaan medioker, yaitu pekerjaan yang semua orang bisa kerjakan. 

"Kerjakan pekerjaan yang hasilnya bisa 120%, supaya kamu bisa stand out," imbuhnya.

Personal branding harus ditunjukkan dengan attractive. Tujuannya untuk menarik orang-orang yang membutuhkan kemampuan atau keahlian kita.

Meski begitu, dia mengingatkan untuk tak terlalu sibuk menonjolkan diri, tetapi buat diri kita dibutuhkan.

"To be demand, not supply. Kehadiranmu penting. Kalau gak ada kamu gak jalan. Buat orang berpikir, oh kalau kerjaan ini tuh yang bisa ngerjain cuma si A. Gak ada orang lain yang bisa," katanya.

Jika hal itu terjadi, akan membuat positioning individu berbeda di antara teman-teman yang lainnya.

"Kita akan mendapatkan posisi dan kondisi terbaik yang sesuai minat, bakat, keahlian, dan kekuatan kita.Karena pasar akan membutuhkan orang-orang yang mempunyai value added dan skill set tertentu," jelasnya.

Di akhir paparannya, ia meminta untuk menjaga profesionalisme dan membangun relasi sebanyak-banyaknya. Berkenalan dengan semua layer/tingkatan. Dari yang terendah sampai yang tertinggi.

"Unsur-unsur itu penting untuk mengelola kesan orang lain terhadap kita, baik itu rekan, atasan, pihak luar, maupun secara umum," pungkasnya.

Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti.

Senada dengan Alia, Staf Ahli Kemenkeu Bidang Pengawasan Pajak, Nufransa Wira Sakti mengatakan peran ASN penting untuk menjaga citra dan kredibilitas institusi di mata publik.

Menurutnya, ASN adalah agen komunikasi (humas) dari tempat di mana ia bekerja. Salah satunya melalui media sosial untuk mengetahui tingkat engagement terhadap publik.

"Tidak bisa dimungkiri sebagai personal kita hadir di media sosial. Karena kita sebagai ASN, pasti orang akan melekatkan dimana tempat kita bekerja. Marwah kita sebagai ASN akan selalu melekat. Makanya kita harus berhati-hati jika berhadapan dengan publik dan media sosial (bijak bermedsos)," ungkap mantan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu itu.

Pria yang akrab disapa Frans itu mengatakan setiap ASN seharusnya bisa mengomunikasikan setiap kebijakan publik dari tempatnya bekerja.

"Sebagus apa pun kebijakannya, tanpa dikomunikasikan dengan baik, kebijakan itu akan gagal karena tidak bisa diterima oleh masyarakat dengan baik," katanya.

Lebih lanjut Frans mengatakan, agar dapat menjelaskan ke masyarakat, tak cukup hanya mengetahui aturan terkait kebijakan saja yang dipelajari. Penting juga untuk mengetahui bagaimana latar belakang sebuah kebijakan itu diputuskan.

"Ketahui juga asbabun nuzul kenapa kebijakan itu terbit," katanya.

Hal lain yang tak kalah penting menurut Frans adalah kemampuan menerjemahkan kebijakan publik itu dengan bahasa yang membumi atau mudah dipahami sehingga bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

"Sebagai agen komunikasi (humas), kita mengamati kebutuhan informasi/respon masyarakat. Jika menemukan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan publik yang sudah diterbitkan atau hoax, kita harus segera memberikan klarifikasi," ujarnya.

Dalam beberapa kasus yang dianggap mendesak (misalnya komentar/postingan di medsos), Frans sering menggunakan medsos pribadinya untuk menjelaskan hal yang bersifat informal. Ia menyebut, keunggulan sebagai ASN yaitu mengetahui data dan informasi yang valid dari institusinya.

"Respon di medsos seperti ini tidak bisa kita gunakan dengan release resmi. Selain karena sifatnya (yang tidak resmi/informal) itu, pembuatan release biasanya membutuhkan waktu yang lama. Dikhawatirkan isu itu dianggap benar jika terlalu lama dibiarkan dan akan semakin sulit diluruskan karena masyarakat sudah termakan hoax," tegas Frans.

Oleh karena itu ia sepakat dengan Alia untuk membina relasi di semua level atau lintas instasi. Hal itu menurutnya bisa memudahkan dan memaksimalkan peran humas dalam menjaga citra dan kredibilatas institusi.

Selain itu, menurut Frans, hal penting yang coba ia bangun adalah mengurangi jurang komunikasi dalam unit kerja. Menurutnya, jenjang birokrasi membuat sekat dalam berkomunikasi.

"Adanya 'sekat birokrasi' membuat komunikasi tidak berjalan lancar. Ide-ide cemerlang dari pelaksana misalnya bahkan bisa tak tersalurkan karena ada rasa segan atau enggan kepada atasan. Jurang komunikasi di birokrasi itu harusnya tidak dimiliki, khususnya bagi pranata humas," imbuhnya.

Di akhir paparannya, Frans berharap agar semua pegawai bisa menjadi agen humas.

"Tantangan berikutnya adalah membangun komunitas yang mendukung tugas kehumasan. Bagaimana kita semua berkontribusi membangun branding institusi masing-masing," pungkasnya. (HP)


Artikel ini telah ditayangkan di ayobandung.com

* Mengapa Sangat Sulit untuk Mengingat Nama Orang, Bisnis Indonesia, 20 Juni 2020. https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200620/219/1255348/mengapa-sangat-sulit-untuk-mengingat-nama-orang

8 Poin Aturan UU Bea Meterai Baru

Meterai Tempel (ilustrasi)

Pradirwan
- UU Bea Meterai telah disahkan DPR sejak 29 September 2020. UU nomor 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai itu menggantikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 (berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986) yang kurang lebih selama 35 tahun belum pernah mengalami perubahan.

Pengesahan UU baru yang akan mulai berlaku mulai 1 Januari 2021 ini akan sangat bermanfaat sebagai salah satu perangkat untuk mewujudkan perbaikan kesejahteraan rakyat, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, dan perbaikan tata kelola Bea Meterai dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan.  

Salah satu pertimbangan terbitnya UU tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi serta kelaziman internasional dalam kegiatan perekonomian. Selain itu, UU Nomor 13 Tahun 1985 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan tata kelola Bea Meterai sehingga perlu diganti.

Beberapa tujuan dari penerapan Undang-Undang Bea Meterai baru ini antara lain untuk:

  • mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan nasional secara mandiri menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera;
  • memberikan kepastian hukum dalam pemungutan Bea Meterai;
  • menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
  • menerapkan pengenaan Bea Meterai secara lebih adil; dan
  • menyelaraskan ketentuan Bea Meterai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.


Ada 8 poin dalam UU Bea Meterai yang terdiri dari 12 BAB dan 32 pasal ini. Berikut ringkasannya:

1. Perluasan Objek Bea Meterai

Bea Meterai adalah pajak atas dokumen. Selama ini, dokumen yang dimaksud adalah dokumen kertas. Sejak Undang-Undang nomor 10 tahun 2020 maka ada perluasan definisi dokumen, yaitu kertas dan elektronik. Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan kesetaraan fungsi (level playing field) antara dokumen elektronik dan dokumen kertas sehingga asas keadilan dalam pengenaan Bea Meterai dapat ditegakkan secara proporsional.

Secara umum, objek Bea Meterai ada dua: Pertama, dokumen bersifat perdata yang dipergunakan untuk menerangkan mengenai suatu kejadian. Kedua, dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

Dokumen yang bersifat perdata yang menjadi objek Bea Meterai terdiri dari:

  • surat Perjanjian, surat keterangan/pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;
  • akta notaris beserta grosse, Salinan, dan kutipanya;
  • akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
  • surat berharga dengan nama dan bentuk apapun;
  • Dokumen transaksi surat berharga, termasuk dokumen transaksi kontrak berjangka, dengan nama dan bentuk apa pun;
  • Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
  • Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nominal lebih dari Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang menyebutkan penerimaan uang atau berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan; dan
  • Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. Penyesuaian Tarif

Perubahan mendasar menyangkut penyesuaian tarif Bea Meterai menjadi tarif tunggal yaitu sebesar Rp10.000,00, dari sebelumnya dua lapis tarif yakni Rp3.000 dan Rp.6.000.

Penyesuaian tarif tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan pendapatan per kapita, daya beli masyarakat, dan kebutuhan penerimaan negara. Sebagaimana dimaklumi, peningkatan kapasitas untuk mengumpulkan pajak seyogianya berbanding lurus dengan pendapatan per kapita (kapasitas untuk membayar pajak). Oleh karena itu, penyesuaian besaran tarif dimaksud masih dalam rentang yang wajar dalam kerangka peningkatan penerimaan Bea Meterai tanpa memberatkan dan membebani masyarakat.

Dalam Undang-Undang Bea Meterai yang baru ini juga memungkinkan pengaturan mengenai pengenaan tarif tetap yang berbeda dari Rp10.000,00, khusus untuk dokumen yang dibuat atau digunakan dalam rangka melaksanakan program pemerintah dan mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan/atau sektor keuangan.

3. Batas Nilai Nominal Dokumen yang Dikenai Bea Meterai

Batas nominal yang dikenai tarif meterai Rp10.000 hanya untuk dokumen yang bernilai uang di atas Rp 5 juta. Di bawah itu, tidak kena bea meterai.

Batasan ini lebih longgar dari UU yang lama. Pada UU Nomor 13 Tahun 1985, yang tidak kena tarif hanya dokumen dengan nilai transaksi di bawah Rp250 ribu. Untuk dokumen senilai Rp250 ribu sampai Rp1 juta, dikenakan tarif bea meterai Rp3.000. Lalu di atas Rp 1 juta, kena tarif Rp 6.000.

Pengaturan ini merefleksikan adanya keberpihakan Pemerintah kepada masyarakat, khususnya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Berdasarkan pertimbangan kondisi perekonomian nasional dan tingkat pendapatan masyarakat, Undang-Undang Bea Meterai ini juga memberi ruang untuk menaikkan atau menurunkan besarnya batas nilai nominal Dokumen yang memuat jumlah uang yang dikenai Bea Meterai dan besarnya tarif tetap Bea Meterai.

4. Penggunaan Meterai Elektronik dan Meterai Bentuk Lain Selain Meterai Tempel

Selama ini, masyarakat umumnya mengetahui cara pelunasan bea meterai yaitu dengan menggunakan Meterai Tempel. Melalui UU baru ini ada cara pelunasan bea meterai lainnya yaitu dengan menggunakan Meterai Elektronik dan Meterai Dalam Bentuk Lain.

Meterai Tempel adalah Meterai yang ditempelkan atau direkatkan di dokumen kertas. Sedangkan Meterai Elektronik adalah meterai yang memiliki kode unik dan keterangan tertentu yang diatur dengan Peraturan Menteri. Kalau dokumen berbentuk elektronik maka tidak bisa menggunakan Meterai Tempel.

Meterai Dalam Bentuk Lain adalah meterai yang dibuat dengan menggunakan mesin teraan Meterai Digital, sistem komputerisasi, teknologi percetakan, dan sistem atau teknologi lainnya.

Pengembangan teknologi pembayaran Bea Meterai merupakan langkah kongkret yang harus dilakukan sebagai tindak lanjut dari pengenaan Bea Meterai atas dokumen elektronik sehingga pembayaran Bea Meterai dapat dilakukan secara lebih sederhana dan efektif.

5. Saat Terutang

Untuk posisi saat terutang, ada beberapa pengaturan mengenai dokumen yang terutang Bea Meterai, yaitu pada saat dokumen dibubuhi tanda tangan, dokumen selesai dibuat, dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen tersebut dibuat, dokumen diajukan ke pengadilan, dan dokumen digunakan di Indonesia.

6. Pihak yang Terutang dan Pemungut Bea Meterai

Setelah dokumen, maka pihak yang terutang juga diatur. Ini terkait dengan pihak-pihak yang terkait pada poin kelima di atas. Pihak di sini mulai dari orang yang menerbitkan dokumen sepihak, dua pihak, surat berharga, alat bukti pengadilan, atau penerima manfaat atas dokumen.

Untuk Dokumen bersifat perdata yang menjadi objek Bea Meterai dapat dilakukan pemungutan bea meterai yang terutang. Ada tiga kewajiban pemungut bea meterai, yaitu memungut bea dari pihak yang terutang, menyetorkan ke kas negara, dan melaporkan kegiatan pemungutan ini.

7. Pemberian Fasilitas

Pemberian fasilitas dapat diberikan berupa pembebasan dari pengenaan Bea Meterai atas dokumen yang digunakan di empat kegiatan. Keempat kegiatan tersebut yaitu kegiatan penanganan bencana alam, kegiatan yang bersifat keagamaan dan sosial, kegiatan dalam rangka mendorong program pemerintah, dan melaksanakan perjanjian internasional.

8. Pengaturan Mengenai Sanksi

Dalam rangka penegakan hukum, Undang-Undang Bea Meterai yang baru juga mengatur sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pemenuhan kewajiban pembayaran Bea Meterai dan meminimalkan serta mencegah terjadinya tindak pidana pembuatan, pengedaran, penjualan, dan pemakaian meterai palsu atau meterai bekas pakai.

Selain 8 poin tersebut, dalam aturan peralihan Undang-Undang Bea Meterai ini terdapat ketentuan bahwa meterai tempel desain tahun 2014 masih dapat digunakan sampai dengan 31 Desember 2021.

Download:

UU No. 10/2020 tentang Bea Meterai
Salindia Bea Meterai

artikel ini pertama kali ditayangkan di Ayo Bandung

Kisah Arief, Pegawai Pajak, dan Astronomi

Anak-anak Nebula @nebulakidz

Dalam kegelapan, sebuah bola planisfer berputar-putar, mulai menyala, dan menampakkan gambar gugusan bintang di langit-langit tenda.

“Ini namanya rasi bintang. Pada malam hari, di langit banyak sekali bintang. Jika dihubungkan dengan sebuah garis, maka akan membentuk wujud tertentu, seperti orang atau hewan,” jelas Arief Hidayat Adam di kanal Youtube salah satu stasiun televisi nasional.

Video itu berjudul “Lentera Indonesia, Anak-anak Nebula”, sebuah program yang mengangkat kisah-kisah nyata para pemuda yang rela melepaskan kemapanan kehidupan di kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa-desa terpencil.

“Tiruan langit itu menjadi salah satu metode kami menjelaskan astronomi kepada anak- anak,” terang pria yang akrab disapa Aip itu kepada Intax, Rabu, 2 September 2020. Menurutnya video dokumenter itu dibuat enam tahunan lalu (2014), saat dia masih bertugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cilegon, Banten.

Lelaki yang sejak Oktober 2018 mengabdi sebagai Account Representative di KPP Pratama Bandung Cicadas itu, bersama tim yang ia sebut “Semestarian”, kala itu berpetualang mengenalkan ilmu perbintangan kepada anak-anak di desa Paniis, Ujung Kulon, Provinsi Banten.

Misteri Astronomi

Sedari duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri Manggahang Baleendah Kab. Bandung, Aip memang antusias dengan astronomi. Baginya, misteri di balik alam semesta selalu mendorong manusia untuk berani bermimpi dan melangkah melintasi batas langit.

Menurut anak pertama dari tiga bersaudara itu mengenal astronomi memberikannya banyak manfaat. “Rasi bintang menjadi petunjuk alam bagi kehidupan,” tuturnya.

Selain itu, dengan mempelajari astronomi akan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Kecintaannya terhadap astronomi bermula saat ia tak sengaja memandang langit dan melihat bintang jatuh. “Dulu, waktu saya (masih SD) menjadi pemimpin upacara Pramuka, hanya saya yang menghadap ke barat, sementara teman-teman berbaris menghadap ke saya (ke timur). Saya satu- satunya yang melihat ada meteor yang melintas,” kenangnya.

Keterbatasan literasi dan sumber pengetahuan lainnya membuat rasa penasaran itu ia pendam hingga saat sudah bekerja. Dengan penghasilannya, ia mulai membeli buku-buku astronomi dan perlengkapan yang dibutuhkan. Petualangan pun dimulai. Dari teleskop kekagumannya kepada benda-benda langit semakin bertambah.

Berbekal dorongan itu pula, dia memutuskan untuk berbagi kekagumannya terhadap astronomi dan sains kepada banyak orang. “Terbesitlah ide untuk mengelilingi Provinsi Banten. Singgah di sekolah dasar, pesantren, atau panti asuhan untuk mengenalkan sains dan astronomi melalui permainan-permainan sederhana. Sejak 2010 saya mulai rutin melaksanakan rencana itu,” katanya.

Adam and Sun Foundation

Aip mencetuskan proyek yang diberi nama Adam and Sun Foundation dengan tiga kegiatan utama, yaitu Galileo Junior, Dream Trigger, dan Spread The Book.

Galileo Junior adalah sebuah program yang menyebarkan ilmu astronomi dengan cara mengaplikasikan atau mempraktikkan langsung di lapangan. Tiap kali ia melakukan kunjungan, Aip membawa alat peraga untuk mengamati langit. Agar anak-anak lebih tergugah dengan astronomi, Aip juga menyampaikannya melalui video, aplikasi komputer, dan presentasi yang menarik.

Menurutnya, saat kunjungan ke desa-desa di sekitar Banten, ia mendapati banyak anak-anak unggul, yang punya semangat belajar tinggi, dan rasa penasaran luar biasa akan sains. Merekalah calon ‘bintang’ di masa depan. Pria lulusan PKN-STAN tahun 2003 itu merasa perlu untuk menyemangati anak-anak agar terus mempunyai mimpi dan semangat untuk menggapainya. Karena itulah ia membuat program Dream Trigger.

Sedangkan program Spread The Book terinspirasi dari buku kaya John Wood tentang Room to Read. Idenya bermula dari sebuah kenyataan bahwa untuk mewujudkan mimpi itu, anak-anak yang haus ilmu itu membutuhkan ‘air pengetahuan’ melalui media buku.

“Alangkah senangnya mereka mendapatkan buku-buku yang menceritakan tentang betapa uniknya budaya bangsa lain, perilaku hewan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya, pengetahuan tentang alam dan isinya,” tutur anggota dari Tax Underground Community (Komunitas Musik Underground DJP) itu.

Kiprah Aip ‘meracuni’ anak-anak istimewa Banten dengan kesenangannya belajar astronomi ia siarkan melalui akun twitter @ nebulakidz. Inisiatif menyebarkan semangat belajar astronomi ini semakin banyak merangkul anak-anak dan menggandeng simpul-simpul komunitas. Mereka bergabung dan mengambil bagian dalam setiap kegiatan Adam and Sun Foundation. Hingga kini, beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Lampung hingga Jawa Timur tercatat pernah ia singgahi.

Prestasi di Tempat Mengabdi

Meski segudang kegiatan bersama komunitasnya sangat padat, Aip tak pernah meninggalkan tugas-tugasnya sebagai pegawai pajak. Malah, ia mengaku komunitasnya adalah tempatnya melatih kemampuannya bersosialisasi dan belajar keterampilan berkomunikasi.

“Kebiasaan bersosialisasi dan berkomunikasi itu terbawa ke pekerjaan di kantor. Saya pernah menjadi pegawai terbaik saat masih menjadi pelaksana seksi pelayanan di KPP Pratama Pandeglang,” ungkapnya.

Meskipun dalam pandangan orang ia sering disangka ‘anak nakal’ karena tingkahnya yang ‘nyleneh’ dan banyak kegiatan di luar, Aip mampu membuktikan diri menjadi pegawai berprestasi.

“Penghargaan terakhir yang saya terima sebagai AR terbaik kedua di Kanwil DJP Jawa Barat I tahun lalu,” katanya.

Penghargaan tersebut ia terima atas kinerjanya yang dinilai moncer selama 2019. Di Kanwil DJP Jawa Barat I, selain keahliannya berkomunikasi, Aip dikenal pandai menggali potensi Wajib Pajak dengan mengoptimalisasi data yang tersebar di internet, khususnya media sosial.

“Saya memang suka ngulik hal-hal baru. Seneng aja gitu bisa berpikir out of the box. Saya menemukan metode menggali data Wajib Pajak melalui medsosnya lalu meminta klarifikasi (data tersebut) ke Wajib Pajak. Wajib Pajak akhirnya datang ke KPP dan menyelesaikan kewajibannya,” jelasnya.

Di akhir sesi, penggemar Bung Karno, Elon Musk, dan Carl Sagan itu menegaskan kembali bahwa menjadi berbeda itu semacam api di dalam sekam yang membakar nyala kreativitas. “Tetaplah bersinar dengan caramu sendiri dan maksimalkan potensi yang ada,” pungkasnya. [HP/AU]

Editor: Agung Utomo

Artikel ini dipublikasikan pertama kali di Majalah Internal DJP, INTAX, Edisi III - 2020

Peringati HORI, Pegawai Kemenkeu Jabar Antusias Ikuti Donor Darah

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Neilmadrin Noor saat mendonorkan darahnya di GKN Bandung, Rabu (21/10)

Pradirwan - Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat menggelar donor darah di Auditorium Gedung Keuangan Negara, Bandung (Rabu, 21/10). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Oeang Republik Indonesia (HORI) ke-74
Suasana donor darah Perwakilan Kemenkeu Jabar di GKN Bandung, Rabu (21/10) 

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor mengungkapkan kegiatan ini diikuti oleh pegawai dari semua unit Eselon I Kemenkeu Jawa Barat dan bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung. “Donor darah kali ini diselenggarakan dengan tetap mematuhi protokol pencegahan Covid-19,” katanya.

Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I Neilmaldrin Noor saat pengecekan kesehatan sebelum mendonorkan darahnya di GKN Bandung, Rabu (21/10)

Calon pendonor telah diuji rapid test dan dinyatakan non reaktif. Sebelum memasuki gedung, mereka diminta untuk mencuci tangan menggunakan hand sanitizer terlebih dahulu, melakukan pengecekan suhu tubuh, dan dilanjutkan dengan pengecekan kesehatan.

baca juga: Jabar I Gandeng Tax Center Sebarkan Info Pajak

Menurut Neil, kegiatan donor darah ini tak hanya untuk memperingati HORI ke-74 saja. Sebelumnya, Kemenkeu Jabar telah menggelar kegiatan serupa secara rutin setiap tiga bulan sekali. Harapannya, melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama dan mempererat sinergi antar sesama pegawai Kemenkeu.

baca juga : 161 Siswa SMA Ikuti Pajak Bertutur Kanwil Jabar I

Pada kesempatan ini, sekitar 95 orang pegawai dari lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat I, termasuk Neil dan sejumlah pejabat Eselon III Kanwil DJP Jawa Barat I, menyempatkan diri untuk ikut mendonorkan darahnya. (HP)

sumber :  pajak.go.id

7 Manfaat Fotografi Ala Masardani

Tangkapan Layar InspiraTalk bersama Muchamad Ardani (@masardani)

Pradirwan - Banyak yang beranggapan hobi fotografi cukup menguras isi kantong karena peralatannya yang relatif mahal. 

Meskipun begitu, fotografi akhir-akhir ini justru semakin digandrungi banyak orang. Kehadiran media sosial dan didukung harga gawai yang berkamera "bagus" namun "terjangkau" konon menjadi penyebabnya.  

Selain untuk berkomunikasi, kehadiran gawai "berkualitas" tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan memotret. Entah hanya untuk sekadar mengisi lini masa, mendokumentasikan moment, atau untuk menekuni hobi fotografi itu sendiri. 

Lalu apa saja manfaat lainnya dari hobi fotografi ini? 


Bagi pak Muchamad Ardani / @masardani, kegiatan memotret yang ditekuninya membawa banyak manfaat. Pejabat di Kanwil Bea dan Cukai Aceh itu memaparkannya dalam InspiraTalk edisi "Insipirasi Pejabat Motret" di chanel Youtube @iswandibanna, Sabtu (10/10).
  
InspiraTalk #23 @IswandiBanna

Dalam kesempatan tersebut, setidaknya ada 7 manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan fotografi, yaitu:

1. Membuat Bahagia

Sebagaimana hobi lainnya, fotografi juga bisa membuat bahagia. Lelaki yang akrab disapa Pakdhe Jidan itu menceritakan, ada seorang temannya yang mempunyai hobi menumpang bus. Dengan bepergian ke beberapa kota di Jawa pada akhir pekan, temannya itu bisa bahagia. 

Begitu pula dengan hobi fotografi. Bagi Pakdhe, mendengar bunyi "krek" saat menekan tombol sutter kamera analog memiliki kepuasan tersendiri. 

"Zaman menggunakan kamera analog, kita mengira-ngira hasilnya akan terlalu terang, gelap, atau sudah cukup terang. Itu memiliki kebahagiaan tersendiri. Apalagi jika foto yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan," ungkapnya. 

Lelaki yang bercita-cita menjadi wartawan itu berujar, menekuni hobi apapun akan menjadikan pehobi itu bahagia. "Bahagia itu diciptakan. Tekunilah apapun hobinya, agar kita bahagia," katanya.  

2. Menyampaikan Pesan

Fotografi bisa menjadi sarana (memulai) berkomunikasi. Saat memperkenalkan diri sebagai fotografer Humas BC, Pakdhe memanfaatkanya untuk membuat keterikatan dengan orang lain. Jika sudah terjalin, maka pesan bisa lebih efektif disampaikan. 

"70 persen dari kehidupan kita adalah komunikasi. Kalau komunikasinya lancar, insyaallah akan meminimalkan permasalahan," ujarnya. 

Sebuah foto juga bisa menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan. "Salah satu caranya dengan membuat foto disertai tulisan (meme). Pesan yang disampaikan itu akan semakin kuat," jelasnya. 

3. Meningkatkan Rasa Syukur

Salah satu nilai rohani yang bisa didapatkan dengan melakukan fotografi adalah menjadi orang yang lebih bersyukur daripada sebelumnya. 

Pakdhe mengungkapkan, dengan menekuni hobi ini, pasti akan memotret banyak hal, mulai dari alam sampai kehidupan sosial sehari-hari di masyarakat. 

Dengan begitu, fotografer menjadi lebih tahu. Dia semakin sadar tentang berbagai ciptaan Tuhan.

"Dari kegiatan fotografi ini saya bertemu dengan banyak orang. Saya bertemu orang-orang yang semangat membaca quran braille. Quran itu dibuat per juz dan harganya mahal," katanya.

Pertemuan itu membuatnya bersyukur dan termotivasi untuk berbuat yang terbaik. 

4. Sarana Membantu Sesama

Dengan fotografi mata dan pikiran akan lebih terbuka. Seorang fotografer akan lebih ‘melihat’ kondisi sekitar dan mulai bisa melihat sisi-sisi kehidupan dari beberapa segi dan perspektif, seperti halnya saat ia mencoba memotret suatu objek. 

Foto-foto tentang quran braille itu Pakdhe posting di media sosialnya disertai ajakan untuk bersedekah, mengumpulkan donasi untuk membeli quran braille itu. 

5. Sarana Mencatat Sejarah

Lewat sebuah jepretan, seseorang bisa mengenangnya hingga beberapa tahun kemudian. Ini juga merupakan nilai plus dari fotografi

"Karena sebuah momen tidak bisa diulang. Memotret adalah salah satu cara untuk mengabadikan momen itu, menjadikannya sejarah, di manapun dan kapanpun."

6. Mendekatkan Semua Kalangan

Melalui kegiatan fotografi, Pakdhe bisa mendekatkan diri dengan semua kalangan. "Melalui foto saya berkenalan dengan milenial yang baru penempatan. Kalau ada yang minta diajarin, ya saya ajarin. Kalau dia ga mau ya mungkin karena dia ga percaya saya bisa motret," katanya. 

Melalui fotografi juga bisa menambah networking. Caranya dengan bergabung dengan komunitas foto di setiap daerah. Jangan terpaku pada lingkup pekerjaan saja. 

"Saya jika bepergian ke seluruh Indonesia punya banyak kenalan yang bisa saya hubungi. Saya tidak mungkin punya link dengan banyak tokoh kalau bukan karena foto," imbuhnya. 

7. Dengan Foto Bisa menjadi Sutradara

"Foto itu diciptakan, bukan kebetulan. Jadi kalau mau liputan, saya sudah membuat skenarionya. Saya akan mengambil fotonya seperti apa. 

Jadi kalau mau ada liputan, saya harus pertama kali datang, harus tau dan mengenal lokasinya di mana, arah cahaya dari mana, terus kalau misalnya macet, saya harus lewat mana. Semua harus sudah diperhitungkan," katanya. 

Agar karya foto bisa lebih enak dilihat, para model bisa diarahkan. Tak peduli apapun jabatannya. "Karena pecicilannya saya itu, bu Menteri sepertinya manut saja saat saya arahkan," ujarnya berseloroh. 

Selain itu, agar sebuah foto bisa "bercerita", seorang fotografer harus memperbanyak visual literasinya. 

"Semakin banyak melihat gambar, itu akan memperbanyak perbendaharaan visual kita. Salah satu medianya melalui Pinterest atau Instagram,"  jelasnya. 

Perhatikan juga hal-hal teknis dalam memotret. Kuasai segitiga eksposur (Diafragma (bukaan), Kecepatan, dan ISO), arah cahaya, dan komposisinya. 

"Karena fotografi itu bukan seperti matematika yang satu tambah satu sama dengan dua. Fotografi itu krispy dan tidak krispy," tegasnya. 

Agar kualitas foto kita meningkat, libatkan juga orang lain untuk menilai karya foto kita. 

"Jangan lupa diupload di media sosial. Biarkan saja dibully, terima saja. Jangan puas jika dipuji. Pujian bisa 'membunuhmu'," pungkasnya. (HP)

Pradirwan
Bandung, 11 Juni 2020

Download Draft UU Omnibus Law

Download UU Omnibus Law
Omnibus Law (ilustrasi)

Pradirwan - Sejak semalam, timeline twitter ramai membicarakan tentang Undang-Undang (UU) Omnibus Law yang disahkan DPR, kemarin (Senin, 5 Oktober 2020).

Pengesahan tersebut dilakukan dalam Rapat Paripurna ke-7 masa persidangan I 2020-2021 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Saya memahami Omnibus Law itu sebuah konsep pembentukan UU utama untuk mengatur masalah yang sebelumnya sudah diatur dalam sejumlah UU atau bisa dibilang satu UU yang merevisi beberapa UU sekaligus. 

UU Omnibus Law ini dimaksudkan untuk 'menyederhanakan' regulasi dari segi jumlah agar lebih tepat sasaran.

Jika boleh diibaratkan, seperti proses copy paste beberapa naskah lalu diedit menjadi satu naskah. 

Beberapa sumber yang saya baca menyebutkan bahwa UU ini bertujuan salah satunya untuk menarik investasi. 

Namun dalam perjalanannya menjadi UU, RUU Omnibus Law menuai kontroversi. Saya pun penasaran tentang poin-poin kontroversial itu.

Misalnya poin tentang Upah Minimum Kab/Kota (UMK) yang dihapus. Setelah saya baca draft-nya, di Pasal 88 C ayat 2 UMK tetep ada. Nah lho? 

Pada Januari 2020, ada dua Omnibus Law yang diajukan pemerintah, yaitu Cipta Kerja dan Perpajakan.

Secara keseluruhan, ada 11 klaster yang menjadi pembahasan dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja, yaitu:

  1. Penyederhanaan perizinan tanah
  2. Persyaratan investasi
  3. Ketenagakerjaan
  4. Kemudahan dan perlindungan UMKM
  5. Kemudahan berusaha
  6. Dukungan riset dan inovasi
  7. Administrasi pemerintahan
  8. Pengenaan sanksi
  9. Pengendalian lahan
  10. Kemudahan proyek pemerintah
  11. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sedangkan Omnibus Law Perpajakan terdiri atas 6 Klaster pembahasan, yaitu:

  1. Pendanaan investasi
  2. Sistem teritori
  3. Subjek Pajak Orang Pribadi
  4. Kepatuhan Wajib Pajak
  5. Keadilan iklim berusaha
  6. Fasilitas

Sementara itu, UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan, terdiri atas 15 bab dan 174 pasal. Di dalamnya mengatur berbagai hal, mulai dari ketenagakerjaan, lingkungan hidup, hingga perpajakan.

Terdapat 26 pasal dalam empat UU terkait perpajakan yang direvisi melalui satu bab dalam Omnibus Law Cipta Kerja.

Keempat UU yang direvisi yakni aturan terkait Pajak Penghasilan, Ketentuan Umum Perpajakan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak dan Retribusi Daerah.

Buat teman-teman yang butuh draft UU Omnibus Law, silakan download disini ya. 

Semoga bermanfaat. (HP)

Bingung Bikin Caption? Cobalah Dua Teknik Copywriting Ini

Teknik Copywriting

Pradirwan - Apa kamu sering kebingungan saat menulis caption untuk konten media sosialmu? 

Tahukah kamu jika menulis caption itu lebih mudah jika kamu mengetahui beberapa teknik copywriting? 

Ada dua teknik yang biasa saya gunakan dalam menulis caption.

Pertama, teknik Before - After - Bridge (BAB). 

Before, menjelaskan kondisi yang mungkin dialami audience-mu saat ini. Apa saja masalah, situasi, atau keadaan yang mereka alami sebelum membaca atau menyaksikan kontenmu. Tuliskan sebagai paragraf pembuka. 

After, menjelaskan kondisi spesifik yang diharapkan audience. Tuliskan perubahan apa yang bisa didapat audience setelah membaca atau menyaksikan kontenmu. 

Bridge, menjelaskan solusi yang bisa memfasilitasi audience dalam menyelesaikan masalahnya. Tuliskan apa yang bisa dilakukan oleh audience (dengan kontenmu) untuk mengubah kondisi dari Before menjadi After. 

Simak contoh caption menggunakan teknik BAB berikut:

"Bikin Caption Lebih Mudah dengan Teknik BAB (Headline/judul)

Apa kamu sering kebingungan saat menulis caption untuk konten media sosialmu?  (Before) 

Tahukah kamu jika menulis caption itu lebih mudah jika kamu mengetahui beberapa teknik copywriting? 

Salah satunya adalah teknik Before - After - Bridge (BAB). (After)

Di dalam konten ini saya akan menjelaskan bagaimana teknik BAB ini diterapkan untuk menulis caption beserta contoh yang bisa kamu tiru. (Bridge)

So, pastikan kamu baca kontenmu sampai habis ya! (Call to Action)"

Kedua, teknik PAS

Selain teknik BAB di atas, ada satu teknik lain yang bisa digunakan untuk menulis caption yaitu teknik PAS. Apa itu teknik PAS? 

Teknik PAS (Problem-Agitate-Solve) adalah salah satu teknik copywriting yang bertujuan untuk menyadarkan audience dengan menunjukkan kemungkinan terburuk dari masalah yang sedang dihadapi dan menawarkan solusi untuk keluar dari masalah tersebut. 

Problem, bagian ini menjelaskan masalah yang dihadapi audience (Pain). Mirip dengan Before pada teknik BAB. 

Agitate, menjelaskan akibat terburuk yang bisa dialami audience apabila masalah tersebut tidak diselesaikan dengan baik. 

Buat mereka semakin gelisah dengan masalah yang sedang dihadapi. 

Solve, menjelaskan alternatif jalan keluar (satu atau beberapa) yang bisa digunakan audience untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Tuliskan bagaimana kontenmu atau produkmu bisa menyelesaikan masalah audience. 

Contoh penerapan teknik PAS dalam caption. 

"TEKNIK INI DIJAMIN PAS UNTUK NULIS CAPTION!⁣ (headline/judul)

Tidak mengetahui teknik copywriting adalah salah satu penyebab kamu sering stuck saat bikin caption untuk kontenmu.⁣ (Problem)

Akibatnya, kamu hanya menulis caption seadanya tanpa susunan yang jelas dan sistematis. Hal tersebut bisa saja berakibat pada engagement konten yang kurang maksimal karena captionmu tidak bisa menarik audience untuk mengunjungi kontenmu atau memberikan feedback sesuai keinginanmu.⁣ (Agitate)

Untuk itu, sebagai creator kamu perlu mempelajari teknik-teknik copywriting. Salah satunya adalah teknik PAS (problem-agitate-solve) yang saya bahas pada konten di atas.⁣ (Solve)

Silahkan baca kontennya sampai habis untuk mengetahui penjelasan dan contoh penggunaanya dalam menulis caption.⁣ (Call to Action)."

Semoga catatan malam Senin tentang dua teknik copywriting untuk membuat caption ini bermanfaat. Salam. 

Sumber: @gilalogie

Universitas Muhammadiyah Bandung Gelar Webinar Insentif Pajak

Penyuluh Perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I Rendra Santika menjadi narasumber Webinar Insentif Pajak yang digelar Universitas Muhammadiyah Bandung (Kamis, 24/9)


Pradirwan - Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Bandung Erfan Erfiansyah mengatakan dalam menjalankan peran edukasi perpajakan ke masyarakat, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan menggandeng Kanwil DJP Jawa Barat I. "Kami mengadakan webinar kepada sekitar 40-an peserta yang terdiri dari praktisi dan dosen," ungkap Erfan melalui video konferensi di Bandung (Kamis, 24/9).

Menurut Erfan, kegiatan yang menghadirkan Penyuluh Perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I Rendra Santika sebagai narasumber itu membahas teknis pelaksanaan berbagai kebijakan insentif pajak. Dalam kesempatan tersebut, Rendra menyampaikan beberapa poin Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-110/PMK.03/2020.

"PMK 110/2020 ini merupakan perubahan PMK-86/2020. Salah satu poinnya adalah perubahan tarif insentif PPh 25, semula 30% menjadi 50%," jelas Rendra.

Baca juga : Gaji Sudah Dipotong Pajak, Apakah Harus Lapor SPT?

Menurut Rendra, berbagai perubahan kebijakan tersebut tentu akan membawa dampak bagi wajib pajak. "Ada kebingungan yang terjadi di wajib pajak. Misalnya, jika memanfaatkan insentif pajak itu, terkait laporan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan PPh Badan dan orang pribadinya nanti bagaimana? Hal-hal terkait itulah yang coba kami jelaskan kepada peserta webinar," ungkapnya.

Lebih lanjut, Rendra mencontohkan Wajib Pajak Badan yang memanfaatkan insentif PPh Pasal 25. "Wajib Pajak tak perlu bingung lagi, karena prinsipnya PPh pasal 25 itu bisa dikreditkan di SPT Tahunan Badan sesuai jumlah yang telah dibayarkan," katanya.

Baca juga : Jabar I Sosialisasikan Insentif Pajak di PRFM

Contoh lainnya tentang insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP). Kewajiban perusahaan (pemberi kerja) menerbitkan bukti potong formulir 1721 A1 seperti biasanya (tidak ada perubahan).

"Hanya saja dalam pelaporan di SPT PPh 21 masa Desember 2020, akan ada sedikit perbedaan. Misalnya dari sisi jumlah pembayaran, berapa yang disetorkan sendiri dan berapa yang DTP. Namun bagi karyawannya, tidak ada perubahan sama sekali. Karyawan tetap menggunakan dasar perhitungan penghasilan tetapnya dari bukti potong 1721-A1 yang diterbitkan perusahaan itu," tegasnya.

Ia menyebutkan, tujuan pemberian berbagai insentif pajak itu memang untuk mengurangi dampak pandemi. "Relaksasi pajak ini diperlukan agar cash flow perusahaan dan karyawannya tidak begitu terganggu. Bila kinerja perusahaan tersebut sedikit terdongkrak, harapannya daya beli masyarakat juga bisa meningkat," pungkasnya. (HP)

sumber : pajak.go.id

Foto, Kesenangan, dan Perubahan

Memotret itu menyenangkan

Pradirwan - Kegiatan fotografi saat ini sudah semakin marak di tengah-tengah masyarakat kita. Kemajuan teknologi membawa kemudahan tersendiri. Jika dulu untuk memotret jumlah rol film sangat diperhitungkan, kini dengan kamera digital, fotografer tak perlu ragu lagi memencet shutter. Kalau hasil gambarnya tidak sesuai yang diharapkan, tinggal di-delete saja. 

"Memotret Itu Menyenangkan" menjadi tema bahasan Obras (Obrolan Santai) Senin malam (28/09/2020). Acara live di instagram mas @dodisandradi itu menghadirkan mas @beawiharta sebagai "teman ngobrol santai" tentang fotografi. 

Ada pernyataan yang menarik perhatian saya dalam acara itu. "Memotret itu menyenangkan. Ketika kita bisa membuat foto yang bercerita dan menggerakkan banyak orang untuk melakukan sedikit perubahan, kita bisa bilang, untuk inilah kita hidup," kata pewarta foto Reuters itu.

Pada acara yang berlangsung mulai pukul 19:30 WIB itu, mas Bea menunjukkan sebuah foto jembatan gantung di Desa Sanghiang Tanjung kabupaten Lebak, Banten. Jembatan yang biasa dilalui anak-anak sekolah dan masyarakat itu kondisinya memprihatinkan. Salah satu pegangannya terputus.

Foto jembatan gantung di Desa Sanghiang Tanjung kabupaten Lebak, Banten karya Beawiharta

Dalam foto yang diambil awal tahun 2012  itu, nampak sekumpulan pelajar yang berjuang keras ketika menuju ke sekolah. Mereka harus meniti sebuah jembatan rusak yang terbentang di atas Sungai Ciberang. 

Para siswa itu harus berhati-hati agar tak terpeleset ke dalam arus deras sungai yang kerap digunakan untuk arung jeram itu. "Saya ngeri saat memotret itu. Kaki saya sampai bergetar," kenangnya. 

Publikasi foto itu menarik perhatian berbagai pihak. Pembangunan jembatan penghubung itu pun dilakukan. Dua bulan setelahnya, jembatan itu selesai diperbaiki. Sehingga aksi ala 'Indiana Jones' tak perlu lagi dilakukan.  

Tak hanya karena kebermanfaatannya bagi orang lain, memotret juga bisa memberikan kepuasan tersendiri. "Memotret itu sarana berkreasi. Aku men-challenge diriku sendiri, dan jika itu berhasil, aku bahagia," katanya. 

Tangkapan layar acara Obras

Selain mengerti seluk beluk teknis fotografi, seorang fotografer juga dituntut untuk selalu menunjukkan kreativitasnya. Hal ini diperlukan agar dapat menghasilkan foto yang menarik. 

"Saya mengutamakan momen. Biasanya saya membayangkan dulu momennya, baru saya mengeksekusinya. Kalau momen itu bisa dikombinasikan dengan teknis yang mumpuni, akan menghasilkan foto yang luar biasa," ungkapnya.

Selain itu, fotografer harus selalu melatih intuisinya dalam mengambil obyek agar menghasilkan foto yang mempunyai "rasa". Terlebih foto itu bisa memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. "Dengan memasukkan 'rasa' dalam fotografi, pesan dan kesan yang ingin kita sampaikan menjadi lebih kuat," tambahnya. (HP)

Artikel ini juga ditayangkan di AyoBandung

Membedah Buku Mazda

Bedah Buku Membangun Rumah di Bawah Tanah

"Jika kau bukan anak raja maka menulislah!" (Imam Ghazali)

Pradirwan - Siapa sih yang tak ingin namanya tercantum dalam sampul sebuah buku sebagai penulis? Dalam hati setiap penulis, pastilah ada keinginan untuk membuat buku, wujud tertinggi dari sebuah tulisan. Setidaknya satu buku seumur hidupnya. 

Tak terkecuali Ahmad Dahlan. Baru-baru ini, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai auditor di Kantor Pajak itu menerbitkan buku berjudul "Membangun Rumah di Bawah Tanah (MRdBT)". 

Pada acara bedah buku yang digelar Sabtu malam (19/09/2020), pria yang akrab disapa Mazda itu bercerita tentang keputusannya membuat buku. "Pertengahan Agustus 2020 lalu, motivasi membuat buku yang semula tereduksi itu tiba-tiba menguat kembali," ungkapnya. 

Konon, motivasi itu muncul berawal dari sebuah keinginan untuk memberikan kado pernikahan perak untuk istrinya. 

Terbersitlah ide untuk mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah dia buat, merangkainya, mengikatnya, lalu ia jadikan sebuah draft buku. Draft ini kemudian disebarkannya ke beberapa rekan penulis. 

Gayung bersambut. Rekan-rekannya menyatakan bahwa draft tersebut layak menjadi sebuah buku. Lalu seorang rekan memberinya nomor kontak penerbit. Proses selanjutnya sudah bisa ditebak, buku itupun terbit dan sampai kepada pembacanya.

Tangkapan Layar saat mengikuti bedah buku Mazda

Buku yang sudah masuk cetakan kedua ini dikupas tuntas oleh tiga pembicara, semalam. Mereka adalah Gathot Subroto (Fuji Film X-Fotografer), Edmalia Rohmani (Pecinta Literasi), dan Nurul Huda Haem (Pengurus Ponpes Motivasi Indonesia-Bekasi). 

Acara yang berlangsung sejak pukul 19.30 WIB ini dimoderatori oleh Slamet Rianto dan disiarkan langsung melalui aplikasi zoom meeting.

Berbagai ulasan menarik tentang buku itu pun muncul. Gathot mengulas tentang sampul dan lay out buku itu. Fotografer yang fotonya pernah digunakan akun medsos @Jokowi itu membuka bahasannya dengan dua cara penerbitan buku. 

Gathot Subroto @Gathoe

Jika dulu seorang penulis harus mengirimkan naskah kepada penerbit mayor, masuk ke dalam daftar antrian untuk di-review, dan proses-proses lain yang harus diikuti, maka sekarang para penulis indie bisa mencoba peruntungannya sendiri. "Penulis bisa membuat buku dengan lebih personal melalui penerbit minor (self publishing)," kata Gathot.

Dengan memanfaatkan jejaring pertemanan di media sosial dan komunitas di Whatsapp grup, seorang penulis bisa memasarkan bukunya. "Kita bisa mengalkulasi berapa biaya yang dibutuhkan untuk ongkos mencetak buku tersebut dari jumlah pertemanan kita itu," katanya. 

Meski ada pepatah mengatakan, “Don’t judge a book by its cover”, namun kenyataannya riset membuktikan bahwa keberhasilan penjualan buku di pasaran sangat bergantung terhadap kualitas dan keindahan cover-nya.

"Penggemar buku seringkali hanya melihat sekilas judul dan sampul buku dari berbagai banyak pilihan buku lainnya. Mereka sangat memperhatikan aspek desain cover buku agar 'stand out' di antara buku-buku lainnya," tutur Gathot. 

Semua aspek yang tercermin dalam buku itu harus bisa direpresentasikan desainer dan author melalui cover-nya. "Semua warna, typography, desain lay out, dan ukuran buku itu harus saling menunjang," ungkapnya. 

Ia berpesan, agar untuk buku selanjutnya "memanfaatkan jasa" teman-temannya yang memang ahli di bidang desain dan editing. 

Menanggapi hal tersebut, Mazda menyampaikan bahwa dia menerima masukan tersebut. "Saya berpikir untuk tidak merepotkan teman-teman saja. Pihak penerbit saya anggap profesional. Mereka pun sudah beberapa kali menyampaikan konsep baik tulisan maupun lay out untuk saya setujui sebelum dicetak," katanya. 

Ulasan berikutnya disampaikan Edmalia. Pecinta sastra itu mengatakan bahwa buku perdana Ahmad Dahlan itu sangat ringan sehingga pesannya mudah ditangkap.

Edmalia Rohmani

"Inti komunikasi (baik secara lisan ataupun tulisan) adalah menggerakkan hati orang. Tulisan dianggap sukses ketika bisa menggerakkan hati orang, dan itu tercermin dalam tulisan di buku ini," kata pegawai pajak yang akrab disapa Lia itu.

Point of View (POV) atau sudut pandang penulisan tak luput dari pembahasan Lia.  "Secara sederhana, POV adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita dan menyampaikan cerita itu kepada pembaca. POV ditentukan saat mulai menulis. Digunakan konsisten dari awal hingga akhir cerita," jelasnya. 

Dalam proses penciptaan karya, ada tiga POV yang bisa digunakan, yaitu POV orang pertama (POV1), POV orang kedua (POV2), dan POV orang ketiga (POV3). 

Dalam POV1, penulis menjadi diri penulis sendiri (aku) dalam cerita, mengikuti pikiran dan aksi si penulis. Penulis tidak bisa menggambarkan apa yang tidak dilihat si penulis. Penulis juga tidak bisa mengetahui perasaan yang tidak dirasakan oleh penulis.

Saat memosisikan diri sebagai penulis, tugas utamanya hanya menulis hingga selesai apa-apa yang menjadi ide atau pikiran yang ingin dituangkan. Tidak perlu memikirkan hasilnya akan baik atau tidak, menarik atau tidak diksi yang digunakan, semua itu urusan belakangan.

Sementara dalam POV2 dan POV3, penulis memosisikan dirinya sebagai orang lain, baik sebagai pembaca (POV2) maupun sebagai editor (POV3). 

Saat kegiatan menulis selesai, penulis kemudian memosisikan dirinya sebagai pembaca. Hasil tulisan yang telah selesai itu kemudian dibaca ulang dari awal sampai akhir. Hal ini bertujuan agar dapat mengenali tulisan yang mungkin kurang baik atau diksi yang digunakan kurang menarik. Sehingga dapat melakukan koreksi dan pengeditan.

Langkah selanjutnya, penulis memosisikan dirinya sebagai editor. Poin terakhir ini sangat penting diterapkan demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Jika sudah mampu memosisikan sebagai editor, maka dengan mudahnya dapat mengubah kata yang kurang baik, ada yang salah ketik, penggunaan tanda baca yang tidak tepat, atau mungkin ada alur yang kurang pas pada tulisannya. 

"Buku ini penulis memilih POV1. Menceritakan kejadian sehari-hari yang dialami penulis," ungkapnya. 

Untuk itu, penting juga mengetahui platform apa yang akan digunakan penulis dalam menyampaikan gagasannya. Hal ini terkait dengan penggunaan kaidah berbahasa yang baik. 

Lia lantas mengutip pendapat Gorys Keraf, “Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik."

Kejujuran yang dimaksud adalah ketepatan pemilihan kata. Ini berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat, yang berarti menggunakan kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan lingkungan berbahasa. 

"Buku ini sudah menggunakan gaya bahasa yang sopan dan menarik. Namun untuk sebuah buku, menurut saya lebih baik menggunakan kaidah penulisan buku yang berlaku. Gaya bahasa yang digunakan masih terpengaruh gaya bahasa membuat artikel blog atau medsos yang personal," kata Lia. 

Namun Lia tak menampik bahwa penggunaan diksi dalam buku setebal 160 halaman itu sangat ciamik. "Bahkan sekelas Masla (Slamet Rianto) pun harus membuka kamus untuk mengetahui maknanya," ujarnya berseloroh. 

Menurut Mazda, dirinya mengidolakan Dahlan Iskan. Tulisan-tulisannya memang terpengaruh gaya bahasa dalam DI's Way. "Gaya bahasa ini memang saya pertahankan untuk menjaga kekhasan," katanya. 

Sementara itu, pengasuh sekaligus pimpinan pondok pesantren Motivasi Indonesia-Bekasi, Nurul Huda Haem mengatakan, setidaknya ada lima hal yang ia dapatkan dari kumpulan cerita dalam buku "Membangun Rumah di Bawah Tanah" ini.

Pertama, tidak ada satu peristiwa yang terjadi melainkan ada hikmah yang menyertainya. Maknai peristiwanya. "Buku ini menyajikan berbagai kisah sederhana namun penuh hikmah," tuturnya. 

pengasuh sekaligus pimpinan pondok pesantren Motivasi Indonesia-Bekasi, Nurul Huda Haem

Kedua, jadilah orang kaya. Menurut ustaz yang akrab disapa Ayah Enha itu, selama ini manusia dituntut menguasai ilmu ekonomi tanpa diimbangi dengan kesalehan finansial. "Dengan uang kita bisa memiliki harta. Kita lupa belajar bagaimana agar uang itu bukan lagi sebagai sebab, tetapi sebagai akibat," jelasnya. 

Uang yang kita peroleh hendaknya didapatkan dari sumber yang halal, dengan cara yang baik, dan dipergunakan untuk hal-hal yang baik. 

Seorang yang memiliki kesalehan finansial akan cermat memilih sumber uang yang dia dapatkan dan saat menggunakannya. Sebab, uang yang dia dapatkan bukan hanya akan dimintai pertanggungjawabannya di dunia, namun juga di akhirat kelak.

Ketiga, menyiarkan kebaikan (sedekah) itu tak dilarang. Sebagaimana tercantum dalam surat Albaqarah ayat 271, Allah SWT berfirman, "Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu."

Keempat, jangan menghardik anak yatim. Dalam Islam, anak yatim mendapatkan perhatian Alquran sejak periode Mekah. 

Hal ini tercermin dalam Alquran surat Almaun ayat 1-3. Allah SWT berfirman, "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." 

Anak yatim (anak yang ditinggalkan oleh bapaknya saat usia kecil hingga akhil baligh) tidak hanya membutuhkan bantuan untuk masalah fisik, seperti pakaian, makanan, minuman, dan tempat tinggal. Mereka juga membutuhkan curahan kasih sayang dan pendidikan. 

Beberapa yayasan dan panti sosial yang memelihara anak yatim ini ada di sekitar kita. "Jangan santuni kami, berdayakan kami. Inilah motto yang digunakan di pesantren kami (Motivasi Indonesia)," kata Ayah Enha.

Kelima, temukan Detik Kesadaran Diri (DKD)-mu. Kesadaran diri ini merupakan salah satu respon atas segala pengambilan keputusan yang diambil dalam kehidupan ini. 

DKD adalah sebuah momentum di mana seseorang dengan penuh kearifan mengakui kekhilafannya dan melakukan perubahan. Ia sepenuhnya menyadari bahwa pengawasan Allah bukan sekadar pada keberadaannya, bahkan pada setiap huruf yang ia tuliskan, pada setiap kata yang ia lisankan, pada setiap hembusan nafas, pada setiap angin yang mendesir, pada setiap daun yang berguguran, pada setiap detik kejadian. 

"Buku MRdBT ini menyiratkan bahwa penulisnya mulai 'tersadar' saat mendengarkan khotbah salat  Jumat. Mazda menggunakan kemampuannya dalam menulis dengan berbagi tulisan untuk membuat kita termotivasi melakukan kebaikan," pungkasnya. 

Sebagai penutup, Slamet Rianto berujar, bahwa ternyata berbuat baik itu butuh ilmu. 


Tabik


Pradirwan, 

Bandung, 20 September 2020

***


Judul buku: Membangun Rumah di Bawah Tanah

Penulis: Ahmad Dahlan

ISBN: 978-602-5824-78-4

Ukuran: 14x20 cm

Jumlah halaman: 160 halaman

Penerbit: Maghza Pustaka, Pati

Cetakan pertama: Agustus 2020


***

Untuk pemesanan buku (PO) silakan mengisi tautan berikut https://tinyurl.com/MRdBT2 atau menghubungi akun facebook Ahmad Dahlan Jadi Dua

 
Copyright © 2021 Pradirwan and OddThemes